Tidak hanya busuk dan kadaluwarsa, beras di gudang penyimpanan, beras Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Bulog) kini juga ditemukan berkutu.
Hal tersebut terungkap setelah beredar beberapa video berdurasi 32 menit dan 42 menit. Video ini memperlihatkan adanya beras raskin yang berkutu. Dikutip dari Sindonews, video dimaksud direkam di kantor Kelurahan Noling, Kecamatan Bupon, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, beberapa waktu lalu.Â
Plt Camat Bupon, Andi Pallangi, membenarkan hal tersebut. "Memang benar, video raskin berkutu itu kejadiannya di Kelurahan Noling. Lurah Noling, Fadly sudah melaporkan ke saya terkait kondisi raskin yang mereka terima dari Bulog. Dia laporan raskin tersebut berkutu," ujarnya.
Ia kemudian meminta Lurah Noling agar menahan beras tersebut dan tidak membagikannya ke masyarakat. "Saya minta agar Lurah Noling jangan bagikan berasnya dan buatkan laporan, nanti suratnya saya hadapkan ke Pak Bupati," kata Andi.
Selain kepada Lurah Noling, Plt Camat Bupon juga telah menyampaikan ke kepala desa di Kecamatan Bupon agar memeriksa raskin dari gudang Bulog Belopa sebelum dibagikan kepada masyarakat. Hal Ini penting dilakukan untuk memastikan kualitas beras memang sudah menurun sebelum tiba di tangan masyarakat. "Kondisi ini bukan kekeliruan pemerintah di kelurahan maupun kecamatan," akunya.
Kepala Gudang Beras Bulog di Belopa, Rivianti Rasyid, mengaku, telah menerima informasi di atas. Ia memastikan pihaknya akan mengganti beras tersebut dengan yang baru dan kualitas layak untuk dikonsumsi.
Ia mengakui tidak semua beras di Gudang Bulog terjamin kualitasnya karena tersimpan lama. "Begini, Bulog tugasnya menyimpan beras untuk cadangan beras pemerintah, jadi kami harus menyetok beras paling lama 3 sampai 4 bulan untuk ketahanan pangan nasional. Jadi umur simpan beras itu 3 sampai 4 bulan, nah beras itu bukan hanya 1 jenis dan varitas tapi banyak macamnya," jelas dia.
Maraknya penemuan beras busuk, kadaluwarsa hingga yang berkutu belakangan ini, memang menunjukkan lemahnya pengawasan oleh Bulog. Seperti dikatakan oleh Direktur Utama Perum Bulog periode 2009-2014 Soetarto Alimoeso, ada kelemahan pengawasan internal terkait penanganan beras di gudang-gudang penyimpanan Bulog.
Padahal, sebagai perusahaan pelat merah yang berperan sebagai garda terdepan ketahanan pangan nasional, Bulog pasti memiliki standar operasional prosedur (SOP) yang jelas terkait stok yang mereka miliki, khususnya skema FIFO (first in first out) alias stok yang lebih dulu masuk gudang, lebih dulu juga keluar dari gudang.
Sutarto mengemukakan SOP yang jelas terkait penanganan stok beras, data beras dari setiap gudang perseroan juga sebenarnya sudah bisa diakses secara online hingga ke pimpinan tertinggi. "Jadi tahu di gudang A ada berapa, gudang B ada berapa. Kekuatan gudang A berapa. Makanya, biasanya sebelum rusak dilakukan reproses," ungkapnya.
Lebih jauh, SOP juga mewajibkan untuk melakukan proses ulang atau reproses bagi beras-beras yang sudah berusia enam bulan untuk mencegah kebusukan di gudang-gudang penyimpanan. Reproses juga mendesak, terutama pada beras lokal yang dibeli pada musim hujan, karena berumur lebih cepat, yaitu sekitar tiga bulan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H