Bukan Buwas namanya kalau tidak pernah memberikan pernyataan keras. Direktur Utama Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) bernama lengkap Budi Waseso itu sering kali memantik polemik dengan pernyataan dan sikap kerasnya.Â
Baru-baru ini, pensiunan jenderal bintang tiga Polisi itu melontarkan tuduhannya pada seorang pejabat tinggi negara yang disebutnya menghalangi impor 100 ribu ton bawang putih oleh Bulog. Di hadapan wartawan, Buwas menyebut pejabat yang berani batalkan impor itu adalah orang kuat.Â
Pernyataan seperti itu yang muncul dari pimpinan perusahaan pelat merah sekelas Bulog tentu tidak main-main. Sepertinya ada kepentingan yang sangat besar saat Bulog sebegitu ngototnya ingin mengimpor 100 ribu ton bawang putih.
Padahal beberapa waktu sebelumnya, Buwas terkesan sangat anti impor. Pada 2018 lalu, rapat koordinasi terbatas memutuskan agar Bulog mengimpor beras untuk menjaga cadangan persediaan dalam negeri.Â
Tapi sepertinya saat itu Buwas tidak paham dengan urgensi tersebut. Secara terang-terangan, Buwas ngotot menolak impor beras. Beredar kabar ia ditegur oleh Presiden Jokowi lantaran sikapnya tersebut.
Alih-alih melunak, Buwas malah makin ngelunjak. Dengan dalih gudang Bulog yang kepenuhan, Buwas menolak penugasan yang diberikan kepadanya. Ia berkukuh bahwa stok beras cukup hanya dengan pengadaan dalam negeri. Bulog akan memaksimalkan penyerapan gabah dari petani bukan membeli beras impor.
Bahkan ia pernah melontarkan umpatan pada menteri dan pimpinan Bulog terdahulu yang pernah menjalankan impor beras. Memang terlihat bahwa Buwas adalah orang yang keras.
Anehnya, keteguhan dan keras hati Buwas terhadap importasi sepertinya beda dalam hal rencana impor bawang putih ini. Padahal bawang putih bukan komoditas pokok, bukan pula komoditas yang bisa menimbulkan gejolak sosial. Satu-satunya efek buruk dari fluktuasi harga bawang putih hanyalah rapor inflasi yang naik.