Mohon tunggu...
Taofik Banta
Taofik Banta Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Berkurangnya Sawah di Lampung

25 Februari 2019   22:31 Diperbarui: 26 Februari 2019   00:07 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ancaman serius (meme olah pribadi)

Saat ini, alih fungsi lahan menjadi ancaman yang sangat perlu diwaspadai di sektor pertanian kita. Karena lahan yang sudah dialihfungsikan, tidak lagi bisa dikembalikan. Tidak mungkin kan areal pemukiman atau industri dikembalikan lagi fungsinya menjadi persawahan.

Keseriusan ancaman ini juga tercermin dari rilis Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) akhir tahun lalu yang menyatakan, setiap tahunnya areal persawahan diprediksikan terus berkurang karena alih fungsi lahan. 

Fenomena ini juga terjadi di Provinsi Lampung. Alih fungsi lahan yang terjadi di kota Metro, Lampung, membuat semua kalangan kuatir. Termasuk dari pihak legislatifnya. Oleh karena itu, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dari Metro pun mengusulkan ke Pemkot Metro mencari lahan persawahan sebagai ganti lahan sawah yang telah tergerus.

Radar Lampung

Ancaman serius (meme olah pribadi)
Ancaman serius (meme olah pribadi)
Mereka juga berharap, Dinas Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan setempat Metro untuk dapat melakukan upaya penerapan teknologi agar produksi padi tetap bertahan. Karena lahan yang semakin berkurang, harus bisa diimbangi dengan intensifikasi agar produksi padi tidak tergerus juga. 

Bisa dibilang, semua pihak untuk menjaga agar produksi padi tidak berkurang, dan alih fungsi lahan tidak berpengaruh terhadap produksi padi. Karena ada reputasi kota Metro sebagai produsen padi, yang dipertaruhkan. Pada tahun 2017 dan 2018, wilayah itu berhasil surplus produksi padi sekitar 3000 ton. Namun bila alih fungsi lahan tidak bisa diredam dan tidak ada inovasi pertanian, bukan tidak mungkin kota Metro akan defisit produksi padi ke depannya.

Upaya membendung alih fungsi lahan memang sudah dilakukan oleh pemerintah, khususnya Kementerian Pertanian (Kementan). Caranya adalah dengan melancarkan program cetak sawah. Program ini dihelat sejak 2013 lalu, dan juga direncanakan dengan anggaran hingga trilyunan rupiah. 

Sayangnya, program ini dianggap masih belum berhasil. Untuk bisa efektif berproduksi, cetak sawah memerlukan waktu yang sangat lama. Di mana lahan sawah baru tersebut diperkirakan baru bisa berfungsi dalam jangka waktu 5 tahun hingga 10 tahun ke depan.

Bendung alih fungsi lahan (meme olah pribadi)
Bendung alih fungsi lahan (meme olah pribadi)
Kementan mengklaim program cetak sawah mampu menghasilkan sekitar 60.000 hektar sawah baru tiap tahunnya. Jika dikalkulasi, program yang dimulai dari tahun 2013 ini harusnya sudah mampu menghasilkan sebanyak 300.000 hektar dalam 5 tahun terakhir. Namun, realisasinya ternyata sangat sulit.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun