Mohon tunggu...
Tanzania Margareta
Tanzania Margareta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya adalah seorang mahasiswi Antropologi Universitas Airlangga angkatan 2021

a rain

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Difusi Budaya Korea dan Fanatisme Penggemar K-Pop

27 November 2022   20:20 Diperbarui: 27 November 2022   22:03 828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: Pexels

Pernahkah kalian berpikir bagaimana K-Pop ataupun K-Drama bisa tersebar luas hingga ke seluruh penjuru dunia seperti saat ini? Budaya populer seperti budaya Korea atau biasa juga disebut sebagai Korean Wave atau Hallyu merupakan salah satu fenomena budaya yang dihasilkan dari proses globalisasi. 

Globalisasi sendiri merupakan proses penyebaran unsur budaya tanpa perlu adanya kontak fisik pada saat proses penyebarannya (Adi, 2019). Dalam teori difusi antropologi Korean Wave terjadi karena akibat adanya perpindahan unsur-unsur budaya dari suatu tempat ke tempat lain yang dibawa oleh individu maupun kelompok. 

Pesatnya kemajuan teknologi menjadi salah satu unsur suksesnya budaya Korea dalam penyebaran budaya populer Korean Wave. Penyebaran unsur budaya populer Korean Wave didukung oleh adanya globalisasi di mana teknologi-teknologi canggih sekarang ini mempermudah masuknya kebudayaan-kebudayaan asing tanpa adanya kontak fisik.

Korean Wave tersebar melalui berbagai cara dan juga dipermudah dengan akses internet sehingga memudahkan siapa pun dapat mengakses informasi yang tersedia dalam berbagai bahasa sekalipun. 

Media menjadi salah satu faktor dalam proses penyebaran budaya secara tidak langsung, karena media merupakan saluran yang berpengaruh dalam distribusi kebudayaan global yang secara langsung memengaruhi gaya hidup konsumennya. 

Budaya Korea memiliki keunikannya tersendiri yang menyebabkan munculnya daya tarik tertentu, seperti K-Pop yang merupakan salah satu budaya Korea yang saat ini memiliki banyak penggemar. 

Namun, Korean Wave bukan hanya tentang musik K-Pop saja, tetapi di dalamnya terdapat beberapa unsur yang lain seperti serial televisi Korea atau drakor atau drama Korea, K-Fashion, K-Beauty, K-Style, teknologi dan bahkan kuliner khas Korea Selatan.

Di Indonesia budaya Korea telah menjadi suatu hal yang tidak asing lagi, terutama di kalangan Gen Z. Penyebaran budaya Korea dimulai sejak tahun 2002 setelah Piala Dunia Korea Selatan dan Jepang, pada saat itu media televisi memanfaatkan momen dengan menayangkan drama seri Korea Selatan untuk pertama kalinya, hal tersebut diyakini sebagai awal mula masuknya budaya korea di Indonesia (Putri et al., 2019). 

Selain itu, K-Pop atau musik Korea juga mengambil peran yang penting dalam memopulerkan Korean wave di Indonesia. Besarnya minat penggemar memunculkan komunitas-komunitas penyuka K-Pop atau biasa disebut fandom (fans kingdom), munculnya online shop yang menjual berbagai barang maupun makanan khas Korea Selatan di Indonesia, hingga tujuan perjalanan wisata ke tempat pembuatan K-Drama di Korea Selatan dan juga universitas-universitas yang menyediakan program studi terkait Korea.

Akibat dari ketenaran musik K-Pop atau K-Drama di kalangan penggemar, muncullah istilah Korea Fever atau Demam Korea, yang menunjukkan sikap antusias terhadap hal-hal yang mengenai budaya Korea Selatan. 

Aktivitas penggemar yang berlebihan mengakibatkan seseorang menjadi fanatik terhadap sesuatu. Sifat fanatik cenderung menyebabkan seseorang kurang memperhatikan kesadaran sehingga seringkali perilakunya kurang terkontrol dan tidak rasional. 

Fanatisme yang berlebihan dari penggemar ini dapat berbentuk dalam tindakan seperti sifat konsumtif dan perilaku mereka terhadap idola yang mereka sukai. Seperti sikap dari penggemar garis keras yang sangat terobsesi terhadap idola yang mereka sukai atau biasa disebut dengan istilah Sasaeng, mereka dapat bertindak ekstrem hingga menggangu privasi idola mereka sendiri. 

Sikap fanatisme beberapa oknum penggemar inilah yang menjadikan stereotipe penggemar budaya korea khususnya K-Pop makin buruk hingga tak jarang menjadi bahan bullyan oleh netizen atau mereka yang tidak menyukai K-Pop atau budaya Korea.

Fanatisme memiliki dampak buruk yang dapat memengaruhi seseorang dalam bertindak dan berperilaku bahkan menghabiskan uang untuk membeli berbagai hal mengenai idola yang disukai. Meskipun tidak ada masalah jika mengidolakan seorang tokoh idol atau yang lain, tetapi kita perlu untuk mengontrol atau membatasi diri sendiri untuk tidak bersikap fanatik terhadap sesuatu hal.

Seperti yang telah diketahui bahwa sikap fanatisme berlebihan dapat menyebabkan berbagai dampak negatif terutama terhadap diri sendiri. Oleh karena itu, seharusnya kita bersikap sewajarnya saja dalam mengidolakan tokoh atau menyukai sesuatu hal, sehingga tidak akan merugikan diri sendiri atau bahkan orang lain

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun