Mohon tunggu...
Akbar Sanjaya Rambe
Akbar Sanjaya Rambe Mohon Tunggu... Psikolog - Psikologi Dan Teknologi Informasi

Psikologi, Teknologi Informasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tentang Syukur

24 April 2024   11:02 Diperbarui: 24 April 2024   11:10 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebelum kumandang adzan subuh menggetarkan alam sunyi, aku sudah terjaga dari tidurku. Reaksi yang otomatis, bahkan satu menit sebelum alarm berbunyi. Yap, kalau ada dua golongan manusia berdasarkan jam tidur, maka aku merupakan tipe "morning person", bukan nocturnal. Bagaimana tidak, pukul 21.00 WIB tubuh ku sudah meminta jam fisiologisnya, tidur. Hal ini tidak menjadi masalah ketika masih kuliah pra profesi, masih santai dan belum banyak tugas. Namun menjadi masalah ketika kuliah dan praktikum (yang sebenarnya) sudah dimulai sejak bulan Agustus lalu.

Senin sampai dengan Kamis pukul 07.30-16.10 ditambah Jumat dan Sabtu praktikum dan Minggu terkadang home visit. So, where's my weekend? Aku butuh moment untuk aku habiskan harinya dengan lenye-lenye di kos, makan es krim tempo gelato yang enak banget itu, hunting buku yang murah banget itu, baca buku seharian, beres-beres kamar, dengerin musik kesukaan dan yang paling penting ga terpapar sama laporan dulu hiks.

Kalau dipikir-pikir membosankan banget ga sih? Bayangkan nih ya, bayangkan. Aku sudah harus ngampus pukul tujuh pagi, belum lagi kalau jalan kaki. Anw jarak kos ke kampus sekitar 1 km dan ditempuh dalam waktu 15-20 menit dengan jalan kaki. Tapi sekarang udah sering nebeng sih ya, paling kalau jalan pas lagi pengen aja. Dan rutinitas itu aku lakukan everyday!.

"Duh Din kayak anak SD aja, pagi banget udah ke kampus."

Bener bangettt, bahkan kadang tiap hari senin kalau jalan kaki dan ngelewatin SD, anak SD nya lagi pada baris mau UPEBEND alias Upacara Bendera.

"Mbak, mbak, mau ikutan gak, jadi penggeret bendera?"

"Jleeep"

Justru jangan dipikir-pikir, tapi dirasakan, dihayati, dan dinikmati.

Karena dinikmati, aku baik-baik saja selama menjalaninya. Bahkan tidak terasa ini sudah memasuki mid semester. Baik-baik saja bukan berati mulus-mulus saja. Setidaknya i could handle everything which is happened.

"Aku selalu bersyukur karena aku dikelilingi orang-orang baik di sini. Orang yang tidak kuduga-duga datangnya darimana. Aku juga selalu bersyukur karena Allah memberikan pundak yang kuat dalam memikul tas (yang isinya mungkin sekitar ehm lima kilogram), kaki yang kuat (untuk berjalan 1 km, atau 2 km pulang balik), mata yang tajam, pendengaran yang baik, pembauan, perabaan, dan nafas yang entah berapa banyak sudah kuhirup. Ah semoga dengan ini aku menjadi orang yang selalu bersyukur, orang yang jauh dari lontaran kalimat keluhan. Meskipun untuk jadi yang seperti ini tidak mudah."

Tidak mudah karena jadwal kuliah yang padat, tugas yang menumpuk, praktikum dan laporan yang kejar-kejaran and ect.

Tapi  di luar sana ada orang yang hidupnya lebih tidak mudah, lebih tidak beruntung. Tidak berkesempatan menikmati bangku pendidikan. Jangankan bersekolah, bahkan untuk makan pun susah.

Fabiayyi ala irobbikuma tukadziban (Q.S 55:13)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun