Meirizka Widjaja Model Cinta Suci Seorang Ibu Yang Lupa Diri !
( Sisi Lain Dari Kasus Gregorius Ronald Tannur)
Ibunda Ronal Tannur saat sebelum jadi tersangka dan saat menjadi tersangka
Foto : Tribun Jatim
Pembaca yang budiman, kita semua terutama masyarakat NTT sedang berduka atas bencana alam  meletusnya Gunung Lewotobi Laki-laki di Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur,  yang mengalami erupsi dengan ketinggian kolom abu mencapai 5.000 meter dari puncak, pada Kamis (07/11), yang menewaskan 9 orang.
Sudah banyak orang yang menulis tentang kisah duka ini.
Belakangan ini, public di hebohkan dengan kasus Gregorius Ronald Tannur, anak seorang mantan anggota DPR RI Edward Tannur, dimana pada Oktober 2023 menganiaya kekasihnya Dini Sera Afriyanti, sampai meninggal dunia. Menariknya setelah menjalani serangkaian proses presidangan di Pengadilan Negeri Surabaya 3 hakim yakni  Erintuah Damanik, Heru Hanindyo, dan Mangapul yang memutus bebas Ronald Tannur.
Tiga bulan setelah vonis bebas yang diberikan kepada Ronald, pada Rabu, 23 Oktober 2024, penyidik Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus (Jampidsus) Kejaksaan Agung menangkap tiga hakim Pengadilan Negeri Surabaya yang memutus bebas Ronald, menyusul Kejagung melakukan penahanan terhadap ibunda dari Ronald Tannur Meirizka Widjaja karena terbukti suap para hakim dengan nilai uang yang fantastis.
Meirizka Widjaja adalah ibu rumah tangga yang mungkin saja buta hukum, ia pasti sangat terpukul ketika anaknya berhadapan dengan hukum dan satu keinginan tulusnya adalah anaknya bisa bebas dari jeratan hukum.
Ibunda dari Ronald Tannur adalah model cinta suci seorang ibu yang diri, ia tidak peduli akan berapa banyak uang yang harus ia keluarkan, ia tidak peduli akibat dari keputusan brutalnya menyuap para hakim, yang ia harapkan adalah anaknya segera kembali padanya sebagai manusia bebas.
Pembaca pasti ingat lagu kasih ibu, yang syairnya berbunyi demikain'. Kasih ibu kepada beta, Tak terhingga sepanjang masa, Hanya memberi tak harap kembali,Bagai sang surya menyinari dunia.
Cinta satu kata yang kaya makna. Begitu kayanya makna cinta, maka tidak seorang ahlipun yang mampu mendefenisakan arti cinta, dan dapat diterima oleh semua orang. Ketika saya bertanya apa makna cinta kepada pasangan yang sedang kasmaran, mereka akan menjawab, cinta adalah sesuatu yang gatal di hati yang sangat sulit untuk digaruk. Ketika saya bertanya apa arti cinta pada seorang ibu, sebut saja ibu dan suaminya Edu Tannur, keduanya akan sepakat bahwa cinta adalah memberi kepada anak -- anak tanpa memperhitungkan untung rugi atau ulasan kita ini, mencintai sampai lupa diri.
Ketika Meirizka Widjaja apa tanggapan beragam, ada yang menghujat seraya berucap " betapa bodohnya ibu" ada yang prihatin seraya berucap " kasihan ! Ada yang mungkin sangat marah ketika mengetahui ibu Meirizka suap para hakim untuk membebaskan anaknya walau terang-terangan anaknya menghabisi nyawa kekasihnya.
Ya ! Gregorius Ronald Tannur adalah sosok yang menjadi sorotan publik setelah terlibat dalam kasus pembunuhan kekasihnya, Dini Sera Afriyanti. Kasus ini tak hanya mengguncang masyarakat, tetapi juga melibatkan beberapa hakim yang kini ditangkap oleh pihak berwenang karena diduga terlibat dalam kasus suap.
Gregorius Ronald Tannur benar-benar membawa petaka bagi keluarganya. Edward Tannur, ayahnya karena kasus ini akhirnya  dinonaktifkan, baik sebagai legislator maupun anggota partai. Kini petaka itu lahir lagi malah lebih parah, " maksud hati memeluk gunung apa daya tangan tak sampai, maksud hati membabaskan anaknya dari hukuman penjara, tidak peduli berapa besarnya uang yang dia kasih malah berhadapan dengan hukum.
Pada suatu kesempampatan bapaknya Edward Tanur berucap "Saya menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban," kata Edward dalam konferensi pers di Surabaya, Jawa Timur, Selasa, 10 Oktober 2023, seperti dikutip dari Antara
Edward Tannur mengaku tidak menyangka Ronald bisa bertindak brutal. Padahal, sejak kecil hingga menginjak usia 30 tahunan, Ronald dianggap anak yang baik sering membantu orang tua dan terlihat begitu sopan.
Pasti semua orang di dunia menginginkan anak-anaknya menjadi anak yang baik, anak yang beriman, bermoral dan sukses dalam hidup. Seperti ungkapan Edward Tannur di atas, nampaknya dambaannya bapak tiga orang anak Edward dan Ibu Meirizka Widjaja jauh panggang dari api, ternyata anak mereka bertindak terlalu jauh sampai tanpa prikemanusiaan menghabisi nyawa orang yang mestinya dia lindungi.
Kisah kalut ini mengingatkan saya akan satu pernyataan dari seorang ibu ketika anaknya tertangkap tangan mencuri. Sang ibu itu berucap di hadapan polisi, bahwa ia memang melahirkan tubuhnya tetapi tidak melahirkan hatinya. Ibu itu di hadapan polisi ia sangat marah pada anaknya mengapa anaknya bertindak sebodoh ini.
Dari kasus ini kita mestinya sadar bahwa pengaruh lingkungan, pergaulan tidak sehat, miras dan mungkin pil setan menggiring anak-anak zaman ini pada suatu muara ketidakmampuan pengelolaan diri atau penguasaan diri.
Belajar dari kasus Ibu Meirizka Widjaja mestinya dalam bertindak tidak gegabah, berpikir, berpikir dan berpikir lagi dan lebih dari itu dengarkan suara hati, sebagai pribadi beriman hadirkan Tuhan dalam setiap keputusan atau tindakan..
Kupang, 7 November 2024, 21.28 Menit
Satu Dari Sekian Voice of the Voiceless
Tanus Korbaffo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H