Madu Di Balas Sianida, Cinta Di Balas Tombak !
Keajaiaban Kasih Seorang Ibu !
( Perilaku Anak Zaman Now)
Seorang ibu pernah menceriterakan betapa menderitanya mengandung dan saat melahirkan putri semata wayangnya antara hidup dan mati. Ibu itu berkisah dengan linangan air mata betapa derita yang harus dipikulnya selama Sembilan bulan mengandung anaknya, ia berulang kali pingsan dan harus dilarikan ke RS karena kondisi fisiknya yang sangat lemah, apalagi ibu itu menderita beberapa penyakit kala itu yang mestinya tidak harus mengandung.
Ketika mendengar kisah penderitaan mamanya itu, sang anak ikut menangis, ia berjanji akan membahagiakan mamanya, ia berjanji akan terus bersama mamanya dalam situasi apapun. Saat masih SD,SMP dan SMA sang putri masih memegang janjinya itu, petaka itu lahir ketika sang putri menyelesaikan pendidikan SMA-nya dan melanjutkan ke perguruan tinggi.
Ditahun kedua kuliahnya ia berjumpa dengan seorang laki-laki, awalnya relasi cinta mereka berjalan normal, di tahun ketiga kuliahnya sang puti hamil, sang mama dan bapaknya sangat terpukul, sebagai orang tua pastilah marah, apalagi laki-laki yang menghamilinya beda agama. Sang putri akhirnya diam -- diam sepakat dengan laki-laki yang belum sah menjadi suaminya itu pergi menjauh ke pulau lain jauh dari kedua orang tuanya.
Semenjak pergi dari kedua orang tuanya semua kontak keluarga di blokir, kedua orang tua dan keluarganya berusaha mencari mereka namun usaha mereka tidak membuahkan hasil. Kedua orang tuanya akhirnya mendapat kabar keberadaan mereka, bapak dan mamanya berjuang sampai ditempat dimana sang putrinya berada. Kedua orang tuanya berusaha dengan berbagai cara agar anaknya itu bisa kembali ke rumah, namun jawaban putri semata wayangnya itu sangat mengejutkan dan seolah-olah menusuk sebilah pedang di hati kedua orang tua. Jawaban sang putri itu adalah " Sekali saya keluar dari rumah, selamanya saya tidak akan kembali lagi", Sekali saya sakit hati, selamanya saya tidak akan memaafkan, jadi kamu berdua silahkan pulang ".
Kedua orang minta maaf, namun sang puti tetap pada pendirianya. Kedua orang tuanya dengan hati teriris kembali ke rumah dan terus berharap anak mereka mau kembali bersama mereka.
Kisah teririsnya seorang ibu yang mempertaruhkan nyawa mengandung dan melahirkan sang putrinya diatas adalah mungkin dialami oleh jutaan ibu di dunia ini.
Ada yang bilang dunia sudah tua, tuanya dunia ini ditandainya dengan sikap tidak tahu bersyukur dan tidak tahu terima kasih dari orang tertentu ketika mendapat kasih sayang dari orang lain. Tuanya dunia ini ditandai dengan lahirnya kisah- kisah teririsnya ibu-ibu atau bapak -- bapak diluar sana seperti kisah di atas.
Zaman ini besar ditandai dengan lahirnya penemuan-penemuan besar, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi zaman ini, melahirkan kemudahan-kemudahan dalam berbagai aspek kehidupan. Ternyata besar zaman ini melahirkan manusia -- manusia kerdil, kerdilnya manusia ditandainya dengan sikap malas tahu, egois dan tidak peduli pada siapun termasuk mereka yang mengorbankan diri untuknya.
Ternyata zaman sebesar ini dihuni oleh jutaan manusia kerdil yang kehilangan akal sehat, manusia zaman ini, merasa terasing dan sepi ditengah arena pesta. HP ditangan telah menganti mamanya, bapaknya dan saudara-saudaranya. Dengan hp mereka lebih enjoi dengan dirinya sendiri.
Anak-anak zaman ini menganggap kasih yang mereka terima dari orang tua, pantas dan wajib hukumnya mereka terima, anak tidak peduli dan tidak punya kewajiban membalas cinta dari orang tua. Sampai titik ini, mungkinkah ini yang namanya malin kundang modern ?..
Bello, Refleksi Sabtu terkhir September 2024
Kayetanus Korbaffo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H