Mohon tunggu...
Tanus Korbaffo
Tanus Korbaffo Mohon Tunggu... Guru - guru

saya adalah guru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perempuan (Refleksi Atas Satu Abad Lahirnya WKRI)

26 Juni 2024   16:31 Diperbarui: 26 Juni 2024   16:36 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perempuan-Perempuan Adonara Saat Misa Perdana Rm.Aris Miten, Pr di Bello-Kupang (Foto : Tanus Korbaffo)

Perempuan !

(Refleksi Atas Satu Abad Lahirnya WKRI)

Istilah "perempuan" umumnya digunakan untuk manusia segala umur dan segala golongan. Sebutan umum untuk orang dewasa berjenis kelamin perempuan disebut wanita. Sementara itu, istilah untuk Anak yang berjenis kelamin perempuan disebut "anak perempuan", "cewek",[2] atau "gadis".[3]

Sedangkan menurut bahasa daerah tertentu, menyebutnya Ina, Ine, Ena, Bifel, feto dstnya. Ungkapan -- ungkapan ini pada intinya mengandung arti "yang memberi hidup / kehidupan". Dalam budaya ketimuran, sangat menghormati kaum perempuan, perempuan dipandang sebagai mnaot bua (emas murni) sehingga perempuan harus benar-benar dihargai dan dihormati, karena dia yang memiliki Rahim dan dia pula yang memiliki air susu (ASI).

Orang Lamaholot menjunjung tinggi filosofi , "Ina Ata Wai Matan" ibu adalah mata air, INAWAE = perempuan adalah berkat bagi kehidupan. Maka orang Lamaholot wajib hukumnya menghormati perempuan sebagai sang yang menghadirkan kehidupan, atau Ibu Kehidupan. Suatu metafora yang amat luas, seluas kehidupan itu sendiri

Menurut teori populer, kata "perempuan" berasal dari kata "empu" dalam Bahasa Jawa Kuno, yang kemudian diserap dalam Bahasa Melayu, yang berarti "tuan, mulia, hormat".[5] Kata empu tersebut mengalami pengimbuhan dengan penambahan "per-" dan "-an" yang kemudian membentuk kata "perempuan".[6] Beberapa sumber juga menyebutkan bahwa kata empu dalam perempuan berhubungan dengan kata ampu yang berarti "sokong, penyangga".[7]

Ada ungkapan " sehebat-hebatnya seorang laki-laki (suami), ada seorang perempuan (istri) dibelakang yang terus menerus menopang untuk tetap berdiri". Ungkapan ini benar, karena suksesnya seorang laki-laki hebat tidak terlepas dari sokongan seorang perempuan luar biasa dibelakangnya. Sejarah mencatat bahwa tanpa kehadiran dan sokongan seorang perempuan, sang suami (laki-laki) ibarat kendaran berjalan tanpa roda belakang

Misalnya Pada 28 April 1996, Indonesia meratapi kehilangan salah satu tokoh penting, Ibu Tien Soeharto dan dua tahun kemudian, tepatnya Kamis, 21 Mei 1998, Presiden kedua Republik Indonesia Soeharto, yang telah memimpin selama 32 tahun mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden.

Perempuan dalam urusan tertentu mereka bergerak di belakang layar, tetapi tanpa mereka urasan pasti terbengkelai. Perempuan terkadang dianggap makhluk lemah namun sesungguhnya perempuan sangat kuat, kata orang kuatnya perempaum karena punya airmata yang siap membasuh setiap masalah yang timbul dalam keluarga serta punya bahu yang kokoh tempat bersandar anggota keluarga yang sedang goyah dengan segala masalah.

Perempuan diciptakan Allah dengan multi talent, mampu mengerjakan berbagai pekerjaan dalam satu waktu,dari memasak membersihkan rumah ,mengasuh anak dalam satu waktu tanpa ada yang tercecer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun