Mohon tunggu...
Tanus Korbaffo
Tanus Korbaffo Mohon Tunggu... Guru - guru

saya adalah guru

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Yang Paling Tinggi Menjadi Incaran

27 Mei 2024   08:36 Diperbarui: 27 Mei 2024   08:53 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama dua siswa kelas 9, menikmati hasil ujian praktek 2024/dok. pri

Yang Paling Tinggi Jadi Incaran !
(Bilosofi Bambu)

Angin kencang yg melanda kota Kupang hari-hari belakangan ini membuat pepohanan sebagian tumbang dan atau patah.
Tak dapat dipungkiri bahwasannya pohon yang paling tinggi resiko tumbang atau patah lebih besar dari pohon yang lebih rendah / pendek.

Situasi ini mengiring saya masuk lebih jauh merefleksikan arti kaya - miskin, memiliki jabatan dan orang biasa / sederhana.

Sukses dalam karier atau usaha menjadi dambaan jutaan manusia di dunia ini. Suksesnya menduduki jabatan tertentu ada yang melalui suatu  proses panjang dan tidak sedikit terjadi atau diperoleh secara instan.

Ada yang kaya raya berawal dari langkah pertama, kedua dan akhirnya tiba dipuncak. Ada sebagian orang kekayaannya merupakan warisan dari orang tua dan ada yang mendadak kaya karena kerja kotor.

Mereka yang kaya karena perjuangannya sendiri kadang keringat darah menjadi bagian dari perjuangan itu tentu saja akan bertahan dalam posisi itu, kalau tokh terjadi sesuatu, sebut saja kehilangan harta biasanya mereka anggap bagian dari hidup, namun bagi yang memiliki karena warisan biasanya ketika kehilangan apalagi tidak memiliki apa-apa stres berkepanjangan.

Pohon tinggi menjadi incaran angin hal yang sama mereka yang memiliki jabatan peluang dijatuhkan atau jatuh sangat mungkin. Disinilah dituntut kepekaan melihat situasi. Bambu bertahan dalam terpaan angin karena belajar menari saat angin, mungkinkah filosofi bambu mesti menjadi filosofi kita juga?

Stasi Bello Kupang , 2022 05 27
Tanus Korbaffo.

Di post kembali ketika mulut salah ucap pada yang mestinya tidak tahu. Mirku...maafkankan saya ya! Sudah mendengarkan pengakuankuan yang mestinya tidak pantas kau dengar. Sekali lagi mohon maaf !

29 Mei 2024 09.33

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun