Â
Di Oekusi, saya bertemu dengan banyak Suster, antara lain, Sr.Maria Antonia Mamoh, SSpS, dan justru Sr.Antonialah yang pagi itu menghantar saya ke SDK Oekusi dan sekaligus menjadi guru saya. Ada Sr.Anisia Maria, SSpS, Sr.Alfonsa, SSpS, Sr.Theodora, SSpS, Sr. Kristafora, SSpS, Sr.Ima Almeida, SSpS, Sr.Fransiska, SSpS, Sr. Maria Yovita Kope,SSpS dan suster-suster lainnya.
Â
Setelah menyelesaikan SMA, saya harus melanjutkan kuliah. Di Malang-Jawa Timur, Sr.Amanda, SSpS adalah seorang ibu, meski saya bukan lahir dari rahimnya, setiap minggu akan mengirimkan surat, didalam surat itu ada lembaran uang entah Rp.100.000 atau Rp.200.000. Uang itu bertujuan untuk beli makanan ringan. Untuk kebutuhan hidup yang lebih besar Sr.Amanda biasa transfer.
Â
Seusai kuliah, hanya satu permintaannya, saya harus kembali dan mengajar di SMPK Sta.Theresia Kupang. Selama Suster masih kuat dan sehat, tiap kali istrahat, kalau Suster tidak sibuk, Sr.Amanda sudah siapkan susu dan roti untuk saya nikmati dan setiap hari Sabtu, Sr.Amanda, SSpS memberi uang sejumlah Rp.250.000 untuk transport selama seminggu, sedangkan kebutuhan makan minum sudah diantar ke kontrakan.
Â
Tahun 2004, di bulan Mei Suster berangkat ke Surabaya untuk berobat, karena sakit. 19 Juni 2004, setelah operasi, Sr.Amanda,SSpS kembali ke Kupang. Saya masih ingat, saat kembali dari Surabaya, Sr.Amanda,SSpS dalam keadaan sangat lemah, ia memanggil saya ke pendopo biara, menyanyakan keadaan saya selama Suster di Surabaya.
Â
Dalam catatan harian saya menulis seperti ini, 8/10-2004 hari berduka. Saya tidak tahu apa yang harus saya buat. Sr.Amanda Theresia Klara, SSpS meninggal dunia di RS.Marianum Halilulik. Sebenarnya siang 7 Oktober 2004 ketika pulang dari sekolah Om Niko Seran, sempat omong agar saya segera ke Halilulik. Lanjut dalam catatan harian saya itu ku tulis, Sr.Amanda meninggal pukul 04.15 dalam keadaan tenang.
Â