Serius. Anda akan kesulitan untuk menyelamatkan diri jika Anda berteriak dan menjerit-jerit panik saat terjadi kondisi darurat.
Mengapa?
Berteriak dan menjerit-jerit panik akan mempengaruhi pola bernafas Anda. Rata-rata manusia dewasa melakukan setidaknya 20-24 siklus bernafas dalam 1 menit, lebih banyak dari 24 siklus disebut hiperventilasi.
Hiperventilasi adalah keadaan nafas yang berlebihan (akibat kecemasan yang mungkin berlebihan diaertai dengan histeria atau serangan panik). Hiperventilasi terjadi jika metabolisme tubuh terlampau tinggi sehingga mendesak alveolus melakukan ventilasi secara berlebihan. Kondisi tersebut akan menyebabkan alkalosis respiratorik. Alkalosis adalah keadaan dimana ekskresi CO2 dari paru-paru berlebihan yang mengakibatkan naiknya pH darah (pH darah >7,4) akibatnya adalah kepala jadi pusing, kejang otot di tangan dan kaki.
Dalam kondisi seperti itu otak tidak akan berfungsi efektif untuk mencari jalan keluar dari kondisi darurat.
Banyak kawan saya yang mendebat dengan mengatakan bahwa orang pasti panik saat kondisi darurat. BENAR. Olehnya, harus belajar mengendalikan 'kepanikan' diri sendiri.
Bagaimana caranya mengendalikan kepanikan diri sendiri saat kondisi darurat?
STOP - BREATH - THINK - ACT
Saat kondisi darurat (misalnya tiba2 gempa) - hentikan semua kegiatan Anda dan ambil posisi aman. Tarik nafas panjang untuk menenangkan diri dan pikiran tindakan apa yg harus lakukan - jika Anda terlatih baik dan tau cara menyelamatkan diri maka segera lakukan proses penyelamatan diri tersebut.
Latihan mengendalikan kepanikan diri sendiri saat kondisi darurat juga dapat menyelamatkan Anda dari PTSD (Post Traumatic Stress Disorder). PTSD dapat terjadi terhadap seseorang jika orang tersebut tidak siap saat dihadapkan pada kondisi tersebut.
Pernah nonton film Alnold Schwarzenegger yang judulnya Kinddergarten Cop? ....nah, pak guru Arlnold swasanasegar mengajarkan teknik evakuasi yang benar (bahkan pada anak TK) di dalam film tersebut. Evakuasi dilakukan dengan cepat - tertib dan gak pake teriak teriak panik.
Anda akan kesulitan melakukan proses evakuasi jika dalam kondisi berteriak panik. Teriakan Anda juga akan mengakibatkan stress pada orang lain, akhirnya proses evakuasi malah jadi lebih lamban dan berbahaya.
Jadi, kata siapa saat melakukan latihan evakuasi dilakukan dengan berteriak teriak panik? Latihan evakuasi dilakukan untuk meminimalkan kepanikan bukan meningkatkan kepanikan.
Anda tidak percaya? Coba tes sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H