Mohon tunggu...
Tantri WulandariSubroto
Tantri WulandariSubroto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mahasiswa Magister Agribisnis

Akun ini berisi tugas kuliah yang diarsipkan

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Relaksasi Impor Bawang Putih, UMKM Makanan Jember Tersenyum

26 Juni 2020   17:57 Diperbarui: 27 Juni 2020   11:08 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi bawang putih di pasar. (Foto: Tribunnews/Haerudin)

"Saya selaku pegiat UMKM makanan di Jember dan teman-teman pegiat lainnya juga menyambut baik turunnya harga bahan pokok terutama bawang putih dan bawang bombai ini."

Awal bulan Mei harga bawang putih dan bawang bombai melonjak tinggi, harga bawang putih bisa mencapai 25.000 rupiah perkilo dan bawang bombai melonjak hingga 120.000 rupiah perkilogramnya. 

Usaha menengah kecil dan mikro dibidang kuliner khususnya di Jember Jawa Timur mulai resah dengan adanya lonjakan harga dari bulan April 2020 saat COVID-19 sudah mulai mendesak Indonesia untuk mengeluarkan kebijakan “dirumah saja”. Cash flow yang menurun dikarenakan beberapa resto, destinasi wisata dan perhotelan di turunkan aktivitas nya. 

Restoran yang mulai melaksanakan take home untuk makanan, sampai destinasi wisata yang ditutup mengakibatkan trafic pembeli juga terjun bebas. 

Ditambah dengan melonjaknya bahan pokok, termasuk bawang putih. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pegiat bisnis kuliner di Jember Jawa Timur, pilihannya adalah mengurangi kualitas makanan sehingga harga jual tetap atau menaikkan harga makanan dengan mengikuti lonjakan harga bahan pokok.

Kabar burung dipsar adalah, barang-barang impor dibatasi jumlah, malah ada barang yang tidak dapat masuk ke Indonesia karena pembatasan perdagangan Internasional. Jadi dengan kata lain bawang putih yang biasanya kita impor dari negara tetangga itu tidak bisa masuk ke pasar-pasar di Indonesia selama pandemi. 

Alhasil stok bawang putih di Indonesia menipis, hukum ekonomi yang mulai bermain sesuai rulesnya. Harga akan naik jika persediaan barang menurun sedangkan permintaan tinggi, supply demandnya tidak seimbang. 

Padahal di Tiongkok pada bulan bulan ini mengalami panen raya. Berdasarkan data dari Jawapos.com panen raya Tiongkok 7 juta ton yang notabene lebih besar dari tahun lalu yang hanya 5 juta ton saja.

Masalah pemasaran karena pembatasan perdagangan ini membuat jalur distribusi ekspor impor terbatasi yang mengakibatkan harga barang pokok yang bersinggungan langsung dengan impor sangatb rentan. 

Seperti kita ketahui bahwa Indonesia tidak bisa menanam bawang putih, akhirnya sangat tergantung terhadap negara lain untuk pemenuhannya. Siskaperbapo adalah sistem informasi ketersediaan dan perkembangan harga bahan pokok di Jawa Timur. 

Fitur ini sangat membantu saya dalam melihat perkembangan harga harga barang pokok di Jawa Timur, terdiri atas 119 pasar dan 38 Kabupaten yang dapat dipantau. Per tanggal 1 Juni 2020 harga bawang putih sebesar 20.159 rupiah, dan di tanggal 26 Juni 2020 turun menjadi 14.717 rupiah rata rata harga di Jawa Timur. 

Harga tertinggi tercatat pada Kabupaten Gresik sebesar 19.333 rupiah dan harga terendah pada Kabupaten Situbondo sebesar 11.500 rupiah perkilogram bawang putih. 

Akhirnya lambat laun harga bawang putih bisa turun dan bawang bombai dipasaran sudah mulai turun, bahkan saat ini bawang Bombay sampai 13.000 rupiah perkilogram di Kabupaten Jember. 

Saya selaku pegiat UMKM makanan di Jember dan teman teman pegiat lainnya juga menyambut baik turunnya harga bahan pook terutama bawang putih dan bawang bombai ini.

Namun agar lebih paham masalah apa yang terjadi ada baiknya kita melakukan kajian ilmiah mengenai pemasaran bawang putih ini kenapa tiba tiba sangat tinggi dan sangat rendah sekarang, apakah benar ada masalah dijalur distribusi pemasarannya sehingga supply demandnya tidak seimbang sehingga berimbas ke harga? Atau ada hal lain yang melatarbelakangi?

Menurut pemerhati pertanian di berita investor.id menyebutkan bahwa masalah kenaikan harga komoditi yang terkait dengan impor seperti bawang putih, bombai dan gula selama ini lebih banyak disebabkan oleh kebijakan pembatasan yang diberlakukan oleh pemerintah. Namun dari sumber lain Jawapos.com pada radar Surabaya meyatakan bahwa harga bawang putih melonjak dari Januari 2020 hingga 100 % dikarenakan impor dari Tiongkok dihentikan. 

Meskipun impor bisa dilakukan dari negara selain Tiongkok yaitu Taiwan, Malaysia, dan India, namun impor tahun 2019 lalu diambil dari Tiongkok, jadi kebijakan impor lainnya masih menunggu dari rapat terbatas. 

Produksi bawang putih di Indonesia khususnya di Jawa Timur tersentral di Probolinggo, Banyuwangi, Malang, Magetan dan Batu.

Namun masih belum bisa mencukupi kebutuhan bawang putih Provinsi Jawa Timur sebesar 62.000 ton, sehingga masih diperlukan kebijakan impor bawang putih untuk pemenuhannya.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur memastikan bahwa meskipun harga bawang putih mahal, namun bisa dipastikan tidak akan terjadi kelangkaan. 

Persediaan digudang masih cukup untuk kebutuhan masyarakat, strategi ini menjadi andalan sambal menunggu impor bawang putih lancar kembali. 

Harga berubah memasukin bulan setelah lebaran, harga mulai turun, ternyata pemerintah mengeluarkan kebijakan relaksasi yang terbukti mampu menurunkan harga bawang putih di pasaran. 

Namun kekawatiran harga naik dan turun lagi dikarenakan new normal sudah mulai berlaku, dikawatirkanterjadi penimbunan barang dan rekayasa harga konsumen karena saat ini pembatasan perdagangan sudah dilancarkan lagi. 

Barang pertanian yang dulu lama tidak bisa masuk ke Indonesia sekarang membanjiri Indonesia sehingga stok melimpah dan harga relative rendah.

Alternatif yang bisa dipakai untuk para pegiat UMKM olahan bahan pertanian  terutama makanan dan minuman bisa memulai swasembada di dapur sendiri, karena cita rasa masakan akan berubah jika yang seharusnya memakai bawang bombai menjadi tanpa bawang bombai. 

Swasembada dapur sendiri artinya mulai berwirausaha makanan dan minuman yang terintegrasi dari hulu ke hilir, dari pengadaan bahan baku yang bekerjasama dengan petani sampai pada sistem pemasaran yang etrintegrasi. Sehingga perubahan kebijakan atau perubahan harga akan lebih minim mengimbas ke bisnis kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun