Mohon tunggu...
Tantri Pranashinta
Tantri Pranashinta Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Hanya orang biasa yang masih terus belajar menyelami kehidupan ...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Selamat Jalan Tandi Skober

30 September 2013   17:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:11 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Innalillahi wa innailaihi Rojiun … Telah berpulang Pak Tandi Skober – sastrawan, budayawan, cerpenis, essais yang baik hati, humoris, sederhana, rendah hati dan bersahaja.Saya pribadi merasa amat kehilangan sosok beliau. Tiga minggu lalu kami masih berbincang lewat inbox facebook, siapa sangka pagi ini saya mendengar berita duka itu. Saya jadi teringat salah satu paragraph dalam tulisan beliau, “Waktu pada akhirnya seperti pisau nasib yang memotong pelan-pelan usia kita. Itulah sebabnya kita harus berbuat sesuatu, untuk sesuatu yang pasti dan jelas. Sesuatu itu langkah dari masjid ke masjid menuju kematian (Ayat-ayat putih, 2012).

Melalui Kompasiana ini saya pertama kali kenal dengan Pak Tandi. Tahun 2009 beliau mengomentari tulisan fiksi saya pertama di Kompasiana dan melalui Kompasiana ini juga saya menuliskan kenangan tentang beliau.

Bune Menjemput Maut (1) 2 Nov. 2009 : yeyyy …..tulisanmu iku nduk..apik tenan. Sing sumringah lan tetep istikamah ya nduk…aja klalen ning Gusti Allah SWT. (Tandi Skober)

Bune Menjemput Maut (2) 13 Nov. 2009 : oalahhhh…tambah kematu ceritanya… pancen pinter buat cerita. Sing tetep cerdas ya ndukkkkk (Tandi Skober)

Bune Menjemput Maut (3) 17 Nov. 2009 : Hmmm…kian asyik. Ini cerita sastra…dan sangat lembut meski menulis wilayah jiwa yang kasar. Terus nulis ya nduk diajeng….. Kasih ilustrasi gambar..biar keren. Cari suasana ndesa yang bisa gambarin jiwa cerita ini (Tandi Skober)


Bune Menjemput Maut (4) 19 Nov.2009 : Nah loh ketahuan kalo memang Tantri itu memang asli penulis hehehe…simak kalimat ini: Potongan-potongan gambar kejadian seperti bergerak sangat cepat. Saking cepatnya seperti campuran cahaya mencorong warna warni di dalam kegelapan alam pikirku. Itu tak mungkin ditulis oleh pemula. Luar biasa, luar dalem!. Mbak TANTRI ini bisa mendeskripsi secara detil seputar tempatan yg sekaligus menggambartkan warna kolbu sang tokoh. Antara benda dan kuklbu memanunggal. Ini sekali lagi hanya bisa ditulis oleh BUKAN PENULIS PEMULA. Senang sekali bila terus menulis dan memberi tahu saya tiap kali ada cerpennya mbak Tantri yang cerdas lembut ini. (Tandi Skober)



Dengan kapasitas yang dimiliki Pak Tandi saya amat sadar bahwa komentar beliausaat itu hanya dimaksudkan untuk memberi saya kepercayaan diri dalam menulis, agar semangat untuk menulis lagi. Sejak itu kemudian dalam beberapa kesempatan Pak Tandi selalu berpesan untuk istiqomah menulis. Karena itu tak salah kiranya saya anggap beliau sebagai salah satu guru saya. Saya pun banyak belajar dari tulisan-tulisannya yang humanis dan kemahirannya mengolah kata.Pak Tandi juga yang memberi saya keberanian untuk belajar menulis resensi buku.

Di obrolan kami terakhir, lagi-lagi Pak Tandi memberikan nomer HP ‘Kalau ke Bandung SMS saya ya Tantri ’. Dalam hati saya niatkan dalam waktu dekat untuk sempatkan ke Bandung dan mampir ke kediamannya. Ternyata takdir berkehendak lain.Pak Tandi pun sempat mengirimkan doa untuk kesembuhan ibu saya yang juga seorang cerpenis tahun 60-an (tapi kini tak aktif menulis lagi). Saya ceritakan ibu membaca buku ‘Seribu Sujud Seribu Masjid’-nya Tandi Skober sampai menitikkan air mata. “Buku bagus … orang ini bukan penulis biasa. Sempatkan sampaikan salam mama kepada beliau,” begitu pesan ibu saya.

Kini Pak Tandi sudah menghadap ke haribaanNya, menuju kehidupan kekal di kampung akhirat. Ada satu janji saya pada almarhum yang belum terlaksana yaitu menulis tentang cinta dua lansia. Waktu itu beliau berseloroh ketika saya terkesan dengan langgengnya cinta Pak Tandi pada istrinya.

Pak Tandi,

Semoga saya bisa segera memenuhi janji itu . Maafkan saya belum sempat berkunjung. Terimakasih atas kiriman buku-bukunya . Terimakasih telah menginspirasi dan memberi saya semangat menulis. Selamat jalan Pak Tandi Skober …

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun