[caption id="attachment_72748" align="alignleft" width="300" caption="dok.Ekakarya"][/caption]
Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis) sang puspa pesona yang telah ditetapkan pemerintah sebagai bunga nasional Indonesia adalah anggrek yang memang mempesona. Bentuknya yang indah dengan mahkota bunga yang besar, tebal dan awet sering mengundang decak kagum. Anggrek yang dikenal pula dengan nama Moth Orchid ini ditemukan di Asia, Ambon, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Irian sampai dengan Queensland (Australia). Varietas Phalaenopsis amboinensis adalah spesies asli Indonesia yang juga ditemukan di Ambon pertama kali oleh J.J. Smith di tahun 1911 (Iptek.net.id).
Pada perkembangannya kemudian banyak muncul hybrid baru yang antara lain menggunakan spesies amabilis dan amboinensis ini sebagai tetuanya. Hybrid tersebut kebanyakan disilangkan dan diperbanyak oleh breeder (pemulia tanaman) dari luar dan banyak dijual di kebun anggrek di luar negeri. Kita ketahui bukan hanya warna putih dan merah saja yang ada tetapi juga muncul warna-warna baru seperti kuning, garis-garis atau totol-totol.
Mungkin tak banyak orang tahu bahwa saat ini anggrek bulan adalah salah satu jenis bunga yang termasuk dalam perdagangan bunga internasional baik sebagai bunga potong (cutflower) ataupun dalam bentuk tanaman berbunga (potplant). Tingginya minat terhadap anggrek bulan sebagai tanaman hias maupun pelengkap dekorasi khususnya di luar negeri menjadikan produsen anggrek ini bukan lagi skala rumahan tetapi sudah menjadi skala industri. Sang puspa pesona kini juga menjadi penyumbang devisa bagi negara.
[caption id="attachment_72846" align="alignleft" width="300" caption="dok.Ekakarya"][/caption]
Indonesia sebagai negara yang memiliki iklim dan topografi yang sesuai untuk pertumbuhannya memiliki nilai tambah sebagai salah satu tempat produksi anggrek bulan untuk pasar ekspor ke Jepang, Amerika sampai dengan Eropa. Tak heran petani, tepatnya petani berdasi menangkap peluang ini dengan investasi yang ‘berani’ untuk menjawab tantangan pasar. Mengadopsi teknologi dari Jepang dan Taiwan, mereka yakin mampu bersaing dengan produsen anggrek dari negara lain. Jepang dan Taiwan memang diakui majubeberapa langkah di depan dalam hal teknik budidaya anggrek bulan ini. Jepang dan Taiwan memiliki gaya budidaya sendiri-sendiri yang sangat dipengaruhi oleh deskripsi minat konsumen di masing-masing negara tersebut.
[caption id="attachment_72769" align="alignleft" width="300" caption="dok.Ekakarya"][/caption]
Salah satu kebun produksi yang berlokasi di Cikampek dan Cianjur, yang merupakan perkebunan anggrek bulan terbesar di Indonesia bahkan menggunakan tenaga ahli dari Jepang sebagai media transfer ilmu kepada tenaga Indonesia. Menurut sang ahli, Indonesia memiliki modal lain yang tak dimiliki Jepang yaitu kondisi iklimnya yang cocok untuk pertumbuhan anggrek bulan dan tenaga kerja yang murah sehingga biaya produksi bisa ditekan, sedangkan kelemahan dari orang Indonesia umumnya kurang tekun, cepat putus asa dan mudah puas. Padahal untuk menguasai teknologi dan sistem budidayanya, konon orang Jepang rela belajar dari bawah dan ini dilakukan bukan dalam waktu singkat.
Untuk memenuhi kebutuhan pasar yang didominasi ekspor, anggrek bulan diperbanyak dengan cara kultur jaringan untuk menghasilkan tanaman unggulan dan seragam. Patut kita berbangga hati perbanyakan secara in vitro ini telah mampu dilakukan anak bangsa. Hanya dari segi kuantitas dan koleksi warna memang kita masih ketinggalan.
[caption id="attachment_72850" align="alignleft" width="300" caption="dok.Ekakarya"][/caption]
Anggrek bulan termasuk dalam jenis tanaman yang dilindungi maka perbanyakan dan perdagangannya diawasi Departemen Kehutanan secara ketat. Produk yang diekspor berupa bunga potong, tanaman kecil ataupun tanaman dengan spike (bakal bunga). Kualitas bunga dan tanaman hasil produksi Indonesia tidak kalah bersaing di luar negeri dan terbukti mampu memenuhi persyaratan yang ketat dari negara tujuan, mengingat tanaman ini bila tidak mendapat perlakuan yang tepat dalam perjalanannya akan mengalami penurunan kualitas secara drastis.
Sayangnya konsumen dalam negeri masih terbatas pada florist dan keperluan dekorasi hotel ataupun dekorasi perhelatan. Meskipun harganya relatif lebih mahal tetapi dekorasi dengan menggunakan anggrek bulan memang memiliki daya tarik sendiri, terkesan elegan dan eksotik.
Untuk tanaman penghias halaman rumah, peminatnya masih terbatas. Mungkin hal ini disebabkan kebutuhan perawatan yang dianggap sulit. Sebenarnya tingkat kesulitan itu relatif, ingat saja sesungguhnya ini tanaman asli Indonesia tinggal kita menyesuaikan dengan kebutuhannya dari segi penyiraman dan kelembaban dan terlindung dari panas matahari langsung. Meskipun interval berbunga tak sesering tanaman tropis lainnya tetapi tingkat kepuasaan yang kita dapat juga berbeda. Tak sebanding lelah merawat dengan kenikmatan melihat bunganya yang mekar sangat indah dan juga tahan lama.
[caption id="attachment_72879" align="aligncenter" width="300" caption="Lautan anggrek bulan (dok.Ekakarya)"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H