Mohon tunggu...
Tanti MegaSanjaya
Tanti MegaSanjaya Mohon Tunggu... Dosen - Seorang ibu rumah tangga. Fokus dan serius mendidik dua anak. Penyuka pengembangan diri

Saya adalah seorang ibu rumah tangga yang suka dengan tantangan dan pernak perniknya. Mendambakan kehidupan di dunia dan akhirat semakin baik.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Olah Sampah Menjadi Pembersih Rumah, Emak Jadi Menjadi Hemat Rupiah

6 Februari 2024   20:26 Diperbarui: 6 Februari 2024   20:31 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses membuat sabun dari minyak jelantah (Sumber gambar: dokumentasi pribadi)

Dalam menjaga lingkungan, ada prinsip penting yaitu sebisa mungkin tidak menghasilkan sampah. Kalau tidak bisa dihindari, minimal mengurangi sampah. Inilah yang keluarga saya lakukan dalam Menjaga Lingkungan dari Limbah Domestik.

1. Mengubah Minyak Jelantah Menjadi Beragam Pembersih

Selain sisa makanan, bahan untuk membuat makanan bisa menjadi sampah mencemari lingkungan. Salah satunya adalah minyak jelantah. Bahan sisa ini kalau dibuang begitu saja dapat merusak lingkungan atau organisme makhluk hidup.

Minyak jelantah ini hampir tidak bisa diapa-apakan. Paling-paling dibuang begitu saja ke selokan, ke tanah, atau ke tempat sampah. Padahal, ini berbahaya, lho. Jika masih digunakan beberapa kali menjadi pemicu kanker. Kan berbahaya.

Di buang ke tanah juga punya dampak. Tanah kehilangan nutrisi dan unsur hara. Cacing enggan hidup di sana. Nanti tanaman atau pohon tidak bisa tumbuh. Dalam jangka panjang akan menimbulkan krisis pangan.

Bermula tahun 2019 seorang teman aktivis Institut Ibu Profesional (IIP) Banten berbagi ilmu mengubah minyak jelantah menjadi sabun. Sejak itu saya antusias melakukan kegiatan mengubah minyak jelantah menjadi sabun. Setelah lancar dan pede saya mengajak ibu-ibu di lingkungan sekitar rumah.

Apa reaksi mereka?

"Wah, emang bisa ya punya jelantah diubah jadi sabun?" tanya Bu Noni.

"Pasti unik jadinya,"

"Iya, daripada pusing bagaimana membuang jelantah, kan?"

"Di rumah banyak. Mau dong diajarin."

Maka saya mengundang ibu-ibu untuk sama-sama membuat praktik membuat minyak jelantah menjadi sabun. Seperti saya alami dulu, mereka cukup antusias karena memang selama ini punya jelantah hanya menjadi bahan-bahan sisa yang dibuang begitu saja. Ada sekitar 12 orang ibu-ibu. 

Proses membuat sabun dari minyak jelantah (Sumber gambar: dokumentasi pribadi)
Proses membuat sabun dari minyak jelantah (Sumber gambar: dokumentasi pribadi)

Alat yang dibutuhkan adalah pengaduk kayu, spatula, gelas takar (pilih gelas plastik atau kaca yang tahan panas), timbangan (usahakan timbangan digital agar lebih presisi), wadah untuk mengaduk adonan. Gunakan wadah berbahan stainless steel atau plastik yang tahan panas. Setelah dipakai membuat sabun, jangan dipakai lagi untuk memasak.

Saat memprosesnya gunakan alat pengaman berupa masker, kacamata pelindung, dan sarung tangan. Ada gas yang dihasilkan. Baunya menyengat. Maka, pakailah masker. Jangan sampai air soda api terkena mata atau kulit. Kalau terkena kulit, akan terasa gatal dan panas seperti terbakar.

Sudah lama saya menggunakan sabun cuci dari minyak jelantah ini. Bukan hanya menghemat pengeluaran tetapi juga hasilnya bersih dan mengkilap serta bebas dari kuman atau noda. Waktu yang diperlukan untuk serangkaian proses pembuatan sekitar  2 jam. Namun untuk siap dipakai perlu didiamkan dulu selama 3-4 pekan ini dinamakan masa curing.  Agar bentuknya lebih unik saya menggunakan berbagai cetakan seperti bentuk kura-kura, pesawat, boneka, kepiting, dan lainnya.

Lucu-lucunya bentuk sabun minyak jelantah (Sumber gambar: dokumentasi pribadi)
Lucu-lucunya bentuk sabun minyak jelantah (Sumber gambar: dokumentasi pribadi)

Berbagi Pengalaman 

Saya sering memposting produk sabun minyak jelantah di media sosial saya. Kegiatan di rumah juga saya posting di media sosial. Semakin banyak orang yang tahu. Mereka tertarik juga. Saya beberapa kali diundang untuk mengadakan pelatihan.

"Bu Tantri, kalau akhir pekan Nggak ada kegiatan bisa nggak ibu datang ke perumahan kami,"  undang Bu Siti Farihah, warga kampung Muara Dua kecamatan Rangkasbitung kabupaten Lebak. Lima hari kemudian saya sedang demo di depan ibu-ibu kampung Muara Dua. Mereka terkesima dengan sabun yang sudah tidak lagi kelihatan minyak jelantahnya. Zat cair sisa berwarna kuning kehitaman yang biasa memusingkan itu sudah tidak kelihatan lagi. Berganti dengan tampilan sabun yang unik dan menarik.

"Ih, pengen dimakan aja, lho." cetus seorang ibu.

"Bentuknya bagus begini ya," timpal ibu yang lain.

Saya semakin senang dengan aktivitas Menjaga Lingkungan dari Limbah Domestik. Saya menampung minyak jelantah dari ibu-ibu di sekitar perumahan. Mereka berbondong-bondong menyetorkan minyak jelantah yang memang biasanya tidak digunakan lagi. Rumah saya pun menjadi bank minyak jelantah. Sekilas terlihat seperti sampah, tapi bagi saya menjadi berkah. Ingat, minyak jelantah banyak bahayanya.

Bahaya minyak jelantah (Sumber gambar: Canva pendidikan)
Bahaya minyak jelantah (Sumber gambar: Canva pendidikan)

Meskipun sudah punya cara mengubah minyak jelantah menjadi sabun, saya tetap seperlunya memakai minyak sayur. Prinsipnya adalah mengurangi zat sisa di rumah. Kalau minya sayur maksimal digunakan tiga kali. Lebih dari itu sudah nggak bagus, ada zat-zat karsinogen yang bisa menyebabkan kanker. Sejauh ini kalau ada minyak jelantah memang dikumpulin di jerigen khusus. 

Jumat, 26 Januari 2024 saya diundang oleh sebuah sekolah SMP untuk berbagi cara mengubah minyak jelantah menjadi sabun. Pesertanya ada 18 orang siswa dan satu guru. Senang sekali berbagi hal seperti ini kepada mereka orang lain lebih-lebih kepada generasi muda mereka harus lebih melek dengan isu-isu lingkungan. Sebab bumi ini akan diwariskan kepada mereka yang mengelolanya nanti.

Pelatihan membuat sabuh bersama siswa SMP (Sumber gambar: dokumentasi pribadi)
Pelatihan membuat sabuh bersama siswa SMP (Sumber gambar: dokumentasi pribadi)

Walaupun anak-anak muda ternyata proses mengerjakannya lebih lama dibanding ibu-ibu. Maklum, mungkin belum terbiasa dengan alat-alat yang digunakan. Senang melihat mereka semangat mengaduk-aduk adona, menuangkan adonan ke cetakan, dan membawa pulang sabun batangan yang mereka buat.

Langkah menjaga lingkungan adalah menghindari adanya sampah dari rumah. Kalau tetap ada, kita berupaya minim sampah. Kemudian sampah itu diolah.

2. Mengurangi Sampah Dengan Eco enzyme, Menghemat Pengeluaran

Eco enzyme dibuat dari sisa sampah dapur organik. Misalnya kulit buah dan sisa-sisa potongan sayur yang masih segar. Untuk dibuat eco enzyme harus kondisi bersih. Eco enzyme itu fermentasi sampah dapur dicampur dengan gula tebu. Perbandingannya adalah 1 : 3 : 10 yaitu satunya tebu, tiga itu kayak kulit buahnya atau potongan-potongan sayur dan sepuluhnya itu adalah airnya. Ketiganya dimasukkan ke sebuah wadah.

Saya kadang menggunakan jerigen atau botol air mineral besar. Nah itu difermentasi bulan minimal 3 bulan. Jangan penuh-penuh. Tapi disisakan ruang untuk menampung gas. Mungkin sepertiga bagiannya. Lalu ditutup rapat. Setiap dua hari sekali dibuka untuk mengeluarkan gas. Dua pekan awal biasanya menghasilkan banyak gas karena prosesnya an-aerob. Setelahnya tidak banyak. Kita bisa panen eco enzyme setelah 3 bulan. 

Proses mendapatkan eco enzyme (Sumber gambar: dokumentasi pribadi)
Proses mendapatkan eco enzyme (Sumber gambar: dokumentasi pribadi)

Eco enzyme ini banyak manfaatnya. Banyak sekali!

Pertama, kalau yang masih murni tanpa diolah lebih lanjut bisa sebagai pembersih udara dan membersihkan lantai. Kalau untuk mengepel lantai caranya dilarutkan ke dalam airnya. Saya sudah lama menggunakannya mungkin empat tahun. Lantai terasa bersih dan kesat. Eco enzyme bisa untuk pupuk. Perbandingannya 1 : 10.

Kedua, bisa sebagai pembersih udara hanya disemprot-semprotkan ke udara. Itu bisa membunuh kuman dan membuat wangi.

Ketiga, sebagai sabun cuci. Bisa dikasih bahan tambahan MES atau metil ester sulfonat merupakai semacam surfaktan yang mudah terurai. Bahannya tetap ramah lingkungan.

Keempat, untuk badan sebagai pelembab bisa ditambah gliserin. Kalau mau ada wangi-wanginya tambahkan coconut oil.

Kalau untuk produk yang tidak menyentuh tangan tidak perlu pakai gliserin. Karena tujuan gliserin itu kan melembutkan.  Kalau sebagai deterjen, tidak usah pakai gliserin. Kalau untuk cuci piring dalam satu kali takaran itu bisa ditambahkan sekitar 5 -- 10 ml gliserin. Untuk sabun sabun mandi atau sampo karena langsung ke kulit maka kandungan gliserinnya lebih banyak. Pakai glicerin vegetable yang harga 1 liternya sekitar Rp. 4.000-an. Ini dokumentasi pembuatan eco enzyme.

">

3. Menggunakan Lerak Sebagai Pengganti Detergen 

Eco enzyme sebagai sabun memang baru setahun terakhir. Sebelumnya saya pakai lerak sebagai pengganti deterjen.  Sudah tiga tahun saya tidak beli pembersih lantai, sudah dua tahun mengurangi membeli deterjen, dan setahun berjalan tidak beli deterjen.

Lerak itu sangat ramah lingkungan. Mencuci baju pakai lerak. Ada pohon lerak, jadi pakai buahnya. Sehingga sangat alami. Lerak tidak merusak warna justru membikin awet.

Ingat dulu sewaktu kecil di Jogjakarta sudah pakai itu untuk mencuci pakaian. Daerah saya memang belum menemukan lerak jadi saya membelinya secara online. Harganya Rp. 35.000 per kg.

Cara pemakaiannya ada dua cara.

Pertama, lerak itu direbus sampai mendidih airnya. Bisa dicampur jeruk nipis atau sereh. Lalu air rebusannya digunakan sebagai pengganti deterjen.

Kedua, caranya lebih praktis. Kalau besok mau mencuci, maka hari ini lerak direndam di air mesin cuci. Satu kali nyuci cuma butuh satu biji. Biji itu direndam, dimasukan ke kantong kain atau kaos kaki bekas yang bersih. Cemplungkan atau digiling bareng pakaian. Ini dia cara pemanfaatannya.

">

"Bunda Tantri, aku udah nyoba buat kain lap, terasa lebih bersih dan kesetnya. Beda dengan sabun yang biasa dipakai. Dulu masih ada minyak-minyaknya. Tapi yang ini merasa bersih banget mencuci pakai eco enzyme. Kandungan minyaknya itu memang rontok," ini testimoni dari Bunda Rumi. Beliau bahkan pesan satu paket eco enzyme untuk rumahnya. Wah, senang ada teman dalam Menjaga Lingkungan dari Limbah Domestik.

 

Di tengah isu global terkait lingkungan saya dan keluarga ingin menjadi pemakmur bumi. Mengurangi sampah rumah tangga seperti deterjen, minyak jelantah, sampah plastik, atau sampah dapur. Kalau tidak bisa menghilangkan sama sekali, setidaknya mengurangi. Dari berbagai sumber, sampah dari rumah tangga merupakan penghasil sampah terbesar dibandingkan dengan sumber-sumber sampah lainnya. Kalau kita punya kesadaran untuk mengolah sampah rumah, semoga bisa mengurangi masalah ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun