Mohon tunggu...
Healthy

Slow Learner: Kenali Lebih Dekat

30 Desember 2016   19:11 Diperbarui: 30 Desember 2016   19:35 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah Anda mengalami pengalaman dengan anak-anak yang kesulitan dalam belajar? Atau Anda memiliki anak yang meskipun sudah diajari berulang-ulang tetapi masih tetap sulit memahami pelajaran di sekolah? Sebelum Anda menjudge bahwa anak tersebut bodoh atau malas, pernahkah Anda berpikir bahwa mungkin saja anak tersebut mengalami slow learner?

Slow learner merupakan sebuah kondisi di mana anak mengalami kesulitan dan keterlambatan dalam belajar. Anak membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengerjakan tugas dan mempelajari sesuatu. Slow learner tidak termasuk dalam golongan gangguan belajar, seperti diseleksia, disgrafia, atau diskalkulia, tetapi sama-sama dapat membuat anak sulit dalam belajar. Penyebab dari slow learner diakibatkan oleh tingkat intelegensi anak yang berada di bawah rata-rata tetapi diatas dari batas tingkat intelegensi retardasi mental, yaitu berada sekitar 69-89. Oleh karena itu, anak dengan slow learner ini juga sering disebut dengan anak-anak Bordeline Intelligence.

Shaw (2010) menggambarkan terdapat sejumlah karakteristik dari anak slow learner dibandingkan dengan anak rata-rata seusianya, yaitu:

  • Kesulitan untuk memahami teknik pembelajaran dengan konsep yang abstrak.
  • Kesulitan dalam mengubah atau mengeneralisasi keterampilan, pengetahuan, dan strategi belajar, mengadaptasi konsep baru pada situasi yang baru.
  • Kesulitan secara kognitif untuk mengorganisasikan materi baru, termasuk asimilasi informasi baru atas informasi sebelumnya.
  • Kesulitan mengalami untuk tata kelola waktu dan penentuan tujuan jangka panjang.
  • Kesulitan  dalam membangun motivasi akademis atau motivasi berprestasi.

Kesulitan-kesulitan yang dimiliki anak slow learner ini seharusnya menjadikan kita lebih memahami apa yang menjadi kebutuhan si anak. Bukan berusaha menuntut anak untuk mencapai hal-hal yang sulit ia capai. Orang tua sepatutnya memahami bahwa keadaan anak yang mengalami slow learner bukan merupakan hal yang diinginkan anak. Memaksa tanpa memahami kondisi anak dapat meningkatkan tingkat stres anak. Untuk membantu pemahaman orang tua, dapat dilihat video dibawah ini.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun