Mohon tunggu...
Tyasworo Prasetyowati
Tyasworo Prasetyowati Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

proud being a part of sastra instan :D

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(MIRROR) Ilusi

14 Desember 2011   07:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:18 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tantri Shu- 61

Kota kecil kamiyang biasanya tenang dan membosankan mendadak hidup setelah kedatangannya. Bahkan murid-murid sekolahku yang acuh pada perubahan pun mendadak antusias setiap kali ia melintas di koridor lorong sekolah. Ya, Amanda Blessing seperti pusat medan magnet dimana saja dia berada. Meski kedatangannya yang tiba-tiba dan pengakuannya sebagai cucu dari Isolde Blessing tak membuat seorang pun di kota kami percaya begitu saja. Tapi tak seorangpun berani mengungkapkannya di hadapan Amanda.

Amanda Blessing adalah penyihir. Begitu bisik-bisik yang aku dengar. Suatu hari di saat istirahat makan siang di kantin sekolah kami, aku menanyakan kebenaran berita itu. Dan jawaban Amanda adalah sebuah tawa renyah yang merdu. Beberapa siswa cowok menoleh ke arahnya dengan sorot mata kagum. Aku tak suka melihatnya.

Kamu percaya? Tanyanya. Matanya yang sehijau lumut itu membulat. Kenapa mereka menyebutku penyihir, apa karena aku seorang Blessing? Atau karena ini? Tangannya menjumput beberapa helaikeperakan yang mencolok di rambutnya yang legam. Rambut abu-abu diantara rambut hitam, ciri khas seorang penyihir.

Aku mengedikkan bahu, entahlah, jawabku mengambang.

Kalau aku benar seorang penyihir, apakah kau tetap mau bersamaku Patrick Lee Simone?

Aku menatap wajah dihadapanku.Kulit wajah pucat berbingkai rambut gelap, bibir merah mungil, ujung hidung yang sedikit mencuat dan kedalaman sepasang mata hijau bening miliknya.

Tentu saja Amanda Blessing, aku akan bersamamu selamanya. Mata Amanda bercahaya, bibirnya tersenyum. Dia sangat cantik.

---

Malam ini Festival Halloween. Sekolah kami mengadakan pesta dansa. Aku menjemput Amanda di rumahnya. Sewaktu usiaku masih 5 tahun, nenek pernah membawaku berkunjung ke rumah keluarga Blessing. Dalam ingatanku Isolde seorang wanita yang cantik, nyaris secantik Amanda cucunya. Dia pun memiliki rambut keperakan yang menyelip diantara rambut legamnya.

Lukisan ini masih disini? Aku menunjuk sebuah lukisan. Aku ingat pernah melihatnya dulu. Amanda mendekatiku, berdiri menatap lukisan tua itu.

Hei, kenapa aku merasa posisi wanita yang duduk itu menyisakan ruang untuk satu orang lagi? Tanyaku heran.

Kamu benar,seorang pria tampan yang berdiri disampingnya akan menyempurnakan lukisan ini. Amanda mengiyakan. Aku membaca keterangan dibawah lukisan, ... – Elaine Amanda Blessing. Wanita ini tidak mencantumkan nama suaminya?

Perempuan-perempuan Blessing tidak membutuhkan nama suaminya, Patrick, sahut Amanda menggenggam tanganku. Lembut.

Aku tersenyum menoleh ke arahnya, Amanda, wajahmu mirip sekali dengan wanita itu. Aku terkesiap.

Mungkin itu memang aku. Amanda menjawab ringan. Tangannya menggamitku menuju ke ruang tengah.

Ruang tengah itu kini serupa ballroom dansa. Lampu kristal yang menggantung di tengah ruangan bersinar terang dan indah. Musik dansa terdengar lembut mengalun dari sebuah gramofon tua. Alunannya membiusku. Aku menggamit pinggang kecil Amanda, dan tubuh kami berayun mengikuti musik. Kami berdansa dan terus berdansa. Malam semakin larut.

Bulan berwarna kebiruan tertutup awan. Tak seorang pun melintasi jalanan. Tak satupun menyadari sedikit demi sedikittanaman merambat dan akar gantung bergerak menutupi sebuah rumah putih di ujung jalan. Di sebuah lukisan yang tergantung, sesosok lelaki perlahan-lahan tergambar di dalamnya. Huruf-huruf satu persatu muncul, Lee Simone – Elaine Amanda Blessing.

----

Suatu sore di taman kotaGreenville, angin menerbangkan dedaunan yang gugur. Secarik kertas ikut meliuk bersama angin. HILANG!!! Patrick Lee Simone,18 th. Tak terlihat sejak malam perayaan haloween.

---

link gambar:

http://www.technospot.net/blogs/free-download-cartoon-halloween-wallpaper-evil-and-wicked/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun