Mohon tunggu...
Tantri Mega Sanjaya
Tantri Mega Sanjaya Mohon Tunggu... Guru - Seorang ibu rumah tangga dengan 2 anak. Juga seorang dosen di Rangkasbitung.

Seorang dosen di sebuah kampus di Lebak, Banten. Selain itu pengurus Institut Ibu Profesional (IIP)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Optimis Cs Hati-hati

6 Juli 2013   13:31 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:56 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehidupan merupakan langkah demi langkah penuh keajaiban yang terangkai dalam sebuah bingkai perjalanan. Penuh teka-teki dan misteri. Aku yang sekarang telah berbeda dengan aku sedetik lalu, berbeda pula dengan aku satu jam kemudian. Berbeda pikiran, berbeda semangat, berbeda keimanan, berbeda harapan dan berbeda-beda lainnya. Semua di luar kendali.

Siapa yang menyangka jika saat ini aku berada di Daarul Firdaus, duduk di depan leptop, menulis dan bercerita tentang semua keajaiban yang terjadi dalam hidupku sembari tersenyum-senyum. Sama sekali tak pernah terbayangkan hingga sedetil itu.

Jikapun saat ini aku bermimpi dan menuliskan keinginan untuk menjadi penulis, bisa membuat karya kolaborasi bersama orang tercinta. Siapa yang tahu bahwa yang terjadi di masa depan aku bisa membuat karya yang lebih dari sekedar yang aku impikan sekarang. Bahkan siapa yang akan menyangka kelak aku mampu merealisasikan semua imajinasi raksasa yang sebelumnya hanya imajinasi semata. Bukan sesuatu yang mustahil, itu sangat mungkin sekali, karena Allah ciptakan kehidupan dengan penuh keajaiban. Amazing...

Jika aku bisa membuat skenario hidup yang pasti, tentunya saat ini aku akan memposisikan diriku dalam kondisi yang jauh lebih wooow, bukan hanya membuat tulisan yang tersimpan dan membasi dalam laptop saja, tetapi sudah menjadi buku best seller cetakan ke-50 dan mempengaruhi pikiran berjuta umat manusia.

Semua itu mengajarkan kepada kita agar senantiasa optimis dan berhati-hati dalam menjalani kehidupan, karena waktu kedepan tiada yang tahu. Barangkali saat ini kita sedang terpuruk maka itulah saat mengobarkan rasa optimis, berusaha dan bertekad membangun kehidupan yang jauh lebih baik, karena Allah mampu membalik semua keadaan dan menciptakan keajaiban di luar nalar kita.

Ketika saat kita berada di puncak kebahagiaan, maka itulah saatnya untuk berhati-hati, siapa yang tahu satu jam kemudian Allah akan mencabut kenikmatan itu. Betapa itu sangatlah mungkin kawan, tidak mustahil semua bisa berubah dalam sekejap.

Hal ini pun bukan lantas membuat kita pasrah dengan mengatakan “aku ikut maumu Tuhan”. Ingat, Allah sesuai dengan prasangka hambanya. Dan pada akhirnya optimis dan kehati-hatian akan membuat kita siap dalam menjalani setiap kondisi yang akan terjadi, siap untuk bahagia dan siap untuk bersabar.

Sungguh, hidup ini ajaib..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun