Identitas Buku
Judul Buku: Di Atas Sajadah Cinta
Penulis : Habiburrahman El Shirazy
Penerbit : Penerbit Republika
Edisi : Cetakan XXII
Tahun terbit : 2006
Tebal Buku : 266 halaman
Dimensi Buku : 13,5 x 20,5 cm
Berat Buku : 500 gram
Genre : Fiksi
ISBN : 979-3210-71-00
Sinopsis
Penulis novel terkenal yang telah meraih berbagai penghargaan, baik dalam maupun luar negeri, seperti Peraih Penghargaan Sastra Terpuji Pena Award 2005, Peraih Penghargaan The Most Favorite Book 2005, Peraih Penghargaan Fiksi Dewasa Terbaik IBF Award 2006, dan masih banyak penghargaan lainnya.
Penulis novel Ayat Ayat Cinta ini telah melahirkan novel lainnya. Salah satu nya adalah novel Di Atas Sajadah Cinta.
Novel Di Atas Sajadah Cinta berisi kumpulan kisah cinta teladan Islami dan menggugah hati. Terdapat 38 kisah cinta teladan Islami dihadirkan dalam novel tersebut. Setiap kisah mempunyai penafsiran yang berbeda akan makna cinta.
Sang penulis menyajikan setiap kisah dalam novel tersebut dengan baik. Novel tersebut memberikan penafsiran mendalam tentang makna cinta bahwa sesungguhnya cinta bukan hanya sekadar saling menyayangi antara laki-laki dan perempuan, melainkan juga sesungguhnya cinta disandarkan hanya kepada Sang Maha Cinta.
Kisah yang dihadirkan dalam novel tersebut membawa pembaca ke dalam sebuah ketenangan hati dalam menumbuhkan benih cinta kepada Yang Maha Esa, seperti kisah berjudul Buah Cinta Berasas Takwa, Kisah Cinta Teladan, Surga di Telapak Kaki Ibu, dan kisah lainnya.
Hal menarik tergambar dalam kisah berjudul Di Atas Sajadah Cinta disajikan sebagai kisah pengantar dalam novel tersebut. Dalam hal ini, kisah Di Atas Sajadah Cinta benar-benar memberikan warna tersendiri akan pencarian cinta sejati.
Novel Di Atas Sajadah Cinta menceritakan seorang pemuda tampan, baik hati dan ketakwaan yang luar biasa bernama Zahid. Zahid tinggal di Kota Kuffah. Setiap hari, Zahid banyak menghabiskan waktunya untuk beribadah dan menuntut ilmu di masjid. Kezuhudan, kecerdasan, dan kebaikan hatinya menjadikan dirinya dikenal sebagai teladan di seluruh kota. Tidak ada satu pun penduduk kota yang tidak kenal dan kagum dengan dirinya.
Suatu ketika, Zahid mengunjungi temannya yang sedang sakit. Saat di tengah perjalanan, Ia bertemu dengan Afirah. Afirah adalah seorang gadis cantik, rupawan, cerdas, baik hati, salihah, dan berkulit putih. Banyak pemuda yang ingin memperistri Afirah.
Pertemuan itu menumbuhkan benih-benih cinta Zahid kepada Afirah begitu pun sebaliknya. Sejak pertemuan itu, hari-hari Zahid dikelilingi oleh bayang-bayang Afirah. Setiap hari, Zahid selalu memikirkan Afirah. Namun, hal ini membuat Zahid bimbang dengan keadaan batinnya.
Hingga pada suatu ketika, Ia menangis dalam ibadahnya karena semata-mata telah menduakan Allah.
Namun, Ia berdoa untuk berusaha mencari petunjuk.
Hari pun berlalu, sampai suatu ketika, Zahid memberanikan diri untuk mengunjungi rumah Afirah hendak mengungkapkan rasa cintanya pada Afirah dan berniat untuk melamar Afirah.
Sesampainya di rumah Afirah, Zahid menyampaikan niat baik tersebut kepada Abu Afirah, Ayahandanya. Di sisi lain, Afirah mendengar pembicaraan itu dengan saksama. Afirah berharap ayahnya menerima lamaran dari seorang pemuda dengan ketakwaannya yang luar biasa itu.
Pribahasa indah kabar daripada rupa sepertinya cocok bagi keadaan keduanya, Afirah sangat kecewa karena mendengar bahwa ayahnya menolak lamaran Zahid karena Afirah telah terlebih dahulu dilamar oleh Yasir, seorang pemuda kaya raya, tetapi memiliki sifat sombong di penjuru Kota Kuffah. Hal ini, membuat Zahid dan Afirah dilanda kesedihan mendalam di mana mereka saling mencintai, tetapi tidak bisa bersama.
Suatu ketika, Afirah mengirimkan surat kepada Zahid berisi tawaran untuk melanjutkan kisah cinta mereka di jalan yang sesat. Zahid menolak dengan tegas tawaran Afirah. Zahid berkata wanita-wanita yang tidak baik adalah untuk laki-laki yang tidak baik, laki-laki yang tidak baik adalah buat wanita-wanita yang tidak baik (pula), wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka. Bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia ( yaitu surga). Begitu membaca balasan itu, Afirah menangis. Ia menangis karena telah menemukan sesuatu yang sangat berharga, yaitu hidayah. Pertemuan dan percintaannya dengan seorang pemuda yang dikenal dengan ketakwaannya itu telah mengubah jalan hidup Afirah.
Tak disangka, Afirah mendapatkan kabar dari ayahnya bahwa ayahnya telah membatalkan pertunangan dirinya dengan Yasir. Afirah bergegas menyampaikan kabar tersebut kepada Zahid. Mendengar kabar itu, rasa syukur dan bahagia menyelimuti hati Zahid. Zahid pun pergi ke rumah Afirah dan segera melamar Afirah. Pernikahan keduanya pun dilaksanakan mengikuti sunah Rasulullah Saw.
Seketika itu, Zahid sujud syukur di mihrab masjid Kuffah. Bunga-bunga cinta bermekaran dalam hati keduanya. Tiada henti keduanya mengucap syukur.
Kesimpulan
Dalam kisah tersebut terselip makna bahwa cinta hanyalah disandarkan kepada Yang Maha Esa, Allah Swt.
Kisah tersebut mengajarkan bagaimana seharusnya kecintaan kepada seorang hamba tidak lebih besar dari kecintaan kepada TuhanNya dan bagaimana kekuatan doa adalah kekuatan paling sakral.
Novel Di Atas Sajadah Cinta membawa pembaca ke dalam kesejukan kisah cinta seorang hamba kepada TuhanNya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H