Kedepannya, tantangan bagi Tiongkok adalah menyelaraskan dukungan internasional yang diinginkan dengan kebijakan dalam negeri yang menuai kritik. Dalam kondisi dunia yang semakin terhubung, kontradiksi ini dapat mempengaruhi dan mengubah persepsi global terhadap Tiongkok dan strateginya di arena internasional.
Jika alasan Tiongkok adalah untuk memperbaiki hubungan dengan negara-negara muslim, dan memperluas pengaruhnya terhadap negara-negara muslim. Seharusnya, Tiongkok dapat memulai hal tersebut dengan menyelesaikan permasalahannya dengan etnis minoritas Uyghur di Xinjiang. Meninggalkan tindakan-tindakan represif dan kebijakan yang ketat terhadap etnis Uyghur di Xinjiang, serta melakukan pendekatan yang lebih manusiawi jika Tiongkok bertujuan untuk mengurangi tingkat radikalisme, extremisme, dan separatisme di Xinjiang.
Sebab, tidak hanya persoalan Palestina yang harus diselesaikan. Akan tetapi, persoalan mengenai Uyghur pun harus diselesaikan. Dengan memberikan treatment yang berbeda antara memperjuangkan hak-hak asasi manusia di Palestina dan perlakuan represif  terhadap etnis minoritas Uyghur di Xinjiang. Hal ini tidak membuat masyarakat internasional mengubah pandangannya terhadap Tiongkok yang telah melakukan tindak pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang. Akan tetapi, malah akan memperburuk pandangan masyarakat internasional terhadap Tiongkok, karena Tiongkok dinilai gagal dalam menyelesaikan permasalahannya terhadap Uyghur. Hal ini, membuat Tiongkok di pandang sebagai negara yang mencari kesempatan didalam isu pelanggaran hak asasi manusia di Palestina. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H