(A). Short term. Misalnya kursus bahasa asing: minimal bahasa Inggeris, Matematika Dasar.
(B). Midle term. Misalnya pendidikan non degree singkat berjenjang dari basic sampai advance.
Untuk kedua jenis ini bisa diberikan sambil mereka menjalani karantina di pelatnas. Adapun jenis pendidikannya bisa terkait dengan skill tambahan seperti managemen SDM, dan sebagainya.
(C). Long Term. Misalnya pendidikan berjenjang, mulai dari (1) D-3; (2) S-1; (3) S-2; sampai (4) S-3.
Untuk pendidikan ini, maka berlaku rumus: semakin tinggi prestasi maka semakin besar peluang meraih beasiswanya. Akan tetapi tentu saja beasiswa diarahkan kepada jenis ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan olah raga yang ditekuninya.
Jadi dengan model seperti ini, saya #Optimis ke depan, masa depan para olahragawan kita tetap cerah dan pemerintah tidak menyia-nyiakan kecerdasan majemuk dari anak bangsa ini.
Kampanye
Saat ini, menjadi atlit merupakan salah satu skill yang cukup menjanjikan secara ekonomi. Namun demikian, pemerintah wajib mengkampanyekan bahwa di dalam skill tersebut, terkandung potensi-potensi lain yang bisa dikembangkan oleh para mantan alit ke depan.
Contoh: mereka yang beprestasi di bidang olahraga sepakbola, maka beasiswa diarahkan untuk mendapatkan pendidikan tertinggi di bidang Sepak Bola ini. Siapa tahu, selain kita memiliki atlit yang bakat alamnya itu sepak bola, juga akhirnya menjadi Doktor Sepak Bola. Begitu seterusnya.
#BangsaOptimis
@InspirasiTantan