Mohon tunggu...
tantan hadian
tantan hadian Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

menulis, gowes

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Generasi Rebahan, IndiHome dan Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP)

8 Mei 2023   10:23 Diperbarui: 8 Mei 2023   10:40 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembelajaran masa pandemi COVID-19, Dok pribadi

"Generasi Rebahan" itulah saya menyebutnya, generasi yang masa remajanya dihabiskan dengan mengurung diri di rumah karena pandemik COVID-19. Tidak hanya itu, memasuki masa SMA yang seharusnya mereka menikmati masa putih abu selama tiga tahun bersama teman-temannya di sekolah secara tatap muka, namun dengan adanya pandemic COVID-19 mereka hanya sekitar satu tahun merasakannya, di akhir masa SMA kelas 12.

"Generasi Rebahan" ini memang pada umumnya mereka belajar sambil rebahan di atas kasur,  di temani gadget atau laptopnya sambil melihat atau mendengarkan gurunya yang cuap-cuap berbusa menerangkan materi mata pelajaran.

Mau bagaimana lagi, demi kesehatan semua terpaksa harus mengkondisikan aktivitas untuk tidak bertemu banyak orang, kalaupun keluar rumah dengan terpaksa juga harus memakai masker yang pada waktu agak sulit untuk didapatkannya.

Pembelajaran tatap muka terbatas, dok pribadi 
Pembelajaran tatap muka terbatas, dok pribadi 
Saat itu, sekolah agak sulit mengkondisikan pembelajaran jarak jauh yang ideal, apalagi keterbatasan kompetensi guru yang baru menggunakan teknologi pembelajaran jarak jauh, seperti video conference sejenis zoom meeting, google meet, skype dan lain sebagainya, serta fasilitas yang kurang memungkinkan untuk berjalannya pembelajaran daring tersebut secara ideal.

Bisa terbayangkan, untuk pelajaran olah raga saja yang harusnya siswa di lapangan, ini dilakukan di tengah rumah atau garasi mobil masing-masing, difoto atau dibuatkan videonya dan diupload ke Google Class Room (GCR) untuk dinilai oleh gurunya.

Hal yang paling pokok saat itu adalah internet, pembelajaran waktu itu memerlukan internet yang tak terbatas. Baik untuk gurunya atupun untuk siswanya, guru yang menyampaikan materi tentunya harus dibekali dengan internet yang tak terbatas, begitupun dengan siswanya.

Bisa terbayangkan kalau kuota internet mereka terbatas, banyak diantara mereka yang tidak bisa mengikuti pembelajaran, mengerjakan tugas atau hanya untuk mengabsen saja mereka merasa kesulitan. Itu diperkotaan lho! bagaimana jika di pedesaan yang walaupun mereka punya kuota namun signal HP aja kadang-kadang hilang?

Berdasarkan survei yang saya lakukam sendiri, kebutuhan kuota internet untuk mengikuti pembelajaran dengan video conference melalui google meet/zoom meeting atau sejenisnya dalam waktu 1,5 jam (2 Jam pelajaran) dibutuhkan kuota sekitar 1 GB, berarti jika dalam satu hari ada tiga mata pelajaran yang diikuti oleh siswa maka dibutuhkan kuota internet sekitar 3 GB.

Maka sangat wajar kalau banyak siswa yang tidak bisa mengikuti pembelajaran daring, atau mengikutinya tidak penuh.  Guru kesulitan dalam menentukan kebenaran kondisi yang terjadi, jika siswa tidak ikut KBM, tidak mengerjakan tugas, dan tidak melakukan absensi. Jika demikian adanya besar kemungkinan mereka akan memiliki nilai yang lebih rendah di rapornya dibanding siswa yang selalu mengikuti dan mengerjakan tugas yang diberikan.

Oleh karena itu, tidak mungkin bagi seorang guru memberikan nilai yang jelek bagi mereka yang selalu hadir, mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar secara penuh, mengerjakan tugas dan mengikuti penilaian harian dari gurunya. Maka sangat wajar jika nilai rapor bisa gede-gede dibanding yang lainnya.

"Generasi Rebahan" ini adalah generasi yang perlu dimaklum, mereka diperkosa hak remajanya oleh sang COVID-19, pengembalian psikologis supaya normal kembali dalam waktu satu tahun di SMA dirasakan masih kurang.

Mereka adalah anak-anak bangsa ini yang harus diselamatkan, mereka punya harapan yang sama dengan generasi sebelumnya untuk meneruskan cita-citanya baik melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi yang mereka impikan maupun cita-cita mereka yang lainnya.

Perguruan Tinggi Negeri (PTN) favorite merupakan salah satu cita-cita idaman mereka, dengan tiga jalur seleksi yang disediakan oleh pemerintah, yang salah satunya adalah Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) yang kriterianya ditentukan dari nilai prestasi rapor, yaitu nilai rapor semester 1 sampai dengan 5 untuk semua mata pelajaran.

Siswa yang berhak mengikuti seleksi ini merupakan siswa yang eligible yaitu 40 % siswa yang memiliki rata-rata nilai seluruh mata pelajaran dari semester 1-5 terbaik tiap jurusan/peminatannya.

"Generasi Rebahan" tidak kehilangan kesempatan untuk mengikuti seleksi ini, dengan berbekal komitmen mereka mengikuti pembelajaran di masa-masa sulit waktu pandemi dengan dibantu juga dengan ketersediaan faslilitas internet yang memadai.

Hadirnya IndiHome sebagai internet provider PT Telkom Indonesia yang hemat, cepat, stabil, berkelas dan tanpa batas di rumah, sangat membantu mereka untuk mengikuti pembelajaran secara penuh, mengerjakan tugas, mengupload tugas, belajar mandiri dari internet dan tentunya kehadiran dalam pembelajaran daring pun bisa 100%.

Saya sebagai guru sangat merasa terbantu dengan kehadiran IndiHome di rumah dan di sekolah saya, saya lebih leluasa mantengin internet dari pagi sampai petang tanpa takut kehabisan kuota, mencari bahan ajar, mengupload/download tugas, melakukan pembelajaran daring dan melakukan tugas lain di rumah.

Begitupun dengan siswa, dengan hadirnya IndiHome di rumah mereka, mereka dapat 100 persen hadir dalam pembelajaran, mengerjakan tugas dari gurunya, mengupload/download tugas dari gurunya, mengikuti pembelajaran daring, browsing materi yang mereka kurang pahami, dan tentunya komunikasi antara guru, dan teman-temannya waktu itu tidak terputus.

Guru di sekolah dengan segala pertimbangan dapat memberikan penilaian yang mudah-mudahan bisa dirasakan adil oleh semua siswanya, dapat memberikan bekal kepada mereka untuk bisa bersaing dalam SNBP.

Seleksipun dimulai, siswa eligible pun bisa mendaftar di perguruan tinggi impiannya. Berusaha, berdoa, tawakal, dan akhirnya garis tangan yang menentukan siapa yang lolos dan siapa yang tidak lolos. Bisa saja yang nilainya rata-ratanya besar, tapi karena persaingannya cukup ketat tidak lolos, dan ada juga yang nilainya berada "di bawah garis kemiskinan" bisa lolos karena ia memilih prodi yang sepi peminatnya.

Semoga "Generasi Rebahan" ini tetap menjadi generasi pilihan yang dapat mengisi estafeta kepemimpinan bangsa ini ke depan. Dukung mereka supaya tetap memilki mental dan kompetensi yang bisa bersaing di era golablisasi sekarang dan ke depannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun