Pencarian akan Tuhan ini membuat umat-umat terdahulu menyembah apapun yang hebat di luar dirinya. Matahari, bulan, berhala atau apapun yang dianggap hebat. Ketika manusia makin tenggelam dalam penyembahan itu, Tuhan mengutus rasulnya untuk meluruskan ingatan manusia dengan perintah mentauhidkanNya. Tapi manusia memang suka abai. Kebanyakan umat itu dimusnahkan karena ketidaktaatan mereka.
Mari mengingat kembali riwayat umat-umat terdahulu. Setiap zaman, setiap nabi harus menanggungkan satu umat dengan pola penyimpangan yang berbeda. Ketika mereka menolak taat kepada seruan nabi yang diutus menyeru untuk mentauhidkan Allah, azab Allah pun tiba.
Azab Allah turun dalam spektrum pemusnahan yang berbeda. Umat Nabi Nuh menghadapi dunia yang ditenggelamkan. Maka Nabi Nuh pun menjadi Bapak kedua manusia di muka bumi. Diriwayatkan bahwa dari semua orang yang selamat menaiki bahtera Nuh, tidak ada yang memiliki keturunan kecuali tiga putra Nuh. Ketiganya setelah banjir reda lalu menyebar ke tiga belahan dunia dengan membawa keturunan masing-masing.
Umat Nabi Luth yang punya kecenderungan menyukai sesama jenis mengalami pemusnahan yang mengerikan. Meteor-meteor dengan ekor api yang membara jatuh menimpa Sodom. Tak cukup sampai di situ, daratan Sodom diangkat lalu dibalikkan. Seketika musnahlah kaum Sodom.
Ketika Tuhan memusnahkan bangsa Sodom dengan mengangkat daratan dan membalikkannya, Tuhan hanya sedang memastikan kehidupan manusia akan tetap berlanjut. Ketertarikan manusia pada sesama jenis adalah pengingkaran pada fitrah manusia untuk meneruskan kehidupan di bumi. Penyimpangan itu akan memusnahkan manusia. Ketertarikan kepada sesama jenis hanya akan berarti satu: tak akan ada generasi baru yang terlahir.
Berbagai perangai pada umat-umat terdahulu sepertinya telah menjadi gambaran besar dan menyeluruh bagi manusia untuk dijadikan pelajaran penting bagi umat-umat yang tiba belakangan. Karena itu Tuhan memutuskan sudah waktunya menyempurnakan ajarannya juga perintah mentauhidkanNya kepada manusia lewat nabi terakhir, Muhammad saw.
Islam datang begitu sempurna. Ia mengingatkan untuk mentauhidkan Allah. Mengajarkan manusia untuk berbuat baik dan mengingatkan untuk menghindari godaan syaitan. Semua cara dan jalan untuk menjadi manusi dan hamba Allah yang baik tertulis dengan jelas dalam kitab Al Quran.
Tetapi setelah Nabi terakhir kembali ke haribaanNya, Allah memilih menjadi [lebih] gaib. RahmatNya atas manusia dibumi ditarik sedikit demi sedikit. Tetapi keputusan Allah untuk tidak menampakkan diri kepada umat manusia diikuti satu pesan gembira.
Taatlah kepadaKu dan kepada Rasulku. Kelak penghuni surga yang paling berbahagia, adalah mereka yang mendapat kesempatan berjumpa denganKu.