(tulisan empat)
Mari kembali ke permulaan penciptaan alam semesta. Maka pada awalnya hanyalah malaikat. Mereka makhluk Allah dengan kepatuhan yang tak dapat disangsikan. Ruang-ruang di surga adalah ruang-ruang penyembahan yang sesak oleh suara dzikir dan pemujaan yang memuliakan dan mensucikan kebesaran Tuhan. Di tengah semua kepatuhan itu Adam dicipta. Ketika Allah memerintahkan malaikat untuk bersujud kepada Adam, maka semua malaikat bersujud, tetapi tidak Iblis. Abaa wastakbara, ia menolak dan menyombongkan diri.
Allah adalah Tuhan yang Maha berkehendak. Sesungguhnya dengan penolakan Iblis untuk sujud kepada Adam, Allah memperlihatkan kepada semua makhluk ciptaannya bahwa kehendaknya adalah sangat beragam. Allah mentakdirkan dalam iradatNya bahwasanya kekayaan Tuhan itu bukanlah jika ia hanya menciptakan roh yang baik saja. Di samping yang baik, ada yang buruk. Ada yang patuh ada yang durhaka. Ini sudah ada dari saman permulaan. [tafsir Al Azhar]
Iblis oleh sebagian ulama dianggap merupakan golongan malaikat. Dia disebut-sebut sebagai burung meraknya malaikat, malaikat yang paling rajin beribadah dan paling patuh dalam segala hal. Kalau demikian, tidakkah itu berarti sesungguhnya penolakan Iblis untuk sujud kepada Adam berasal dari ketaatan untuk tidak menyembah selain kepada Allah? Iblis dibanding malaikat apatah lagi manusia, adalah ciptaan Allah yang paling mentauhidkan Tuhannya.
Tuhan telah meminta kepada manusia untuk mengimani bahwa takdir baik dan takdir buruk semua berasal dariNya. Penciptaan malaikat yang sangat patuh kepada Allah merupakan takdir baik bagi malaikat. Jika malaikat dicipta hanya dengan unsur kepatuhan, manusia diciptakan dengan kepatuhan dan pembangkangan yang bersatu dalam jiwanya. Maka apakah yang dapat dipakai untuk menguji kedua kecenderungan yang ada pada diri manusia? Iblis mendapat peran itu, penguji iman manusia. Iblis berada di jalur yang nalar kemanusiaan kita menganggapnya sebagai takdir buruk.
Apakah Iblis keberatan atas peran itu? Iblis mungkin telah tiba pada kesimpulan dia hanya hamba. Apun yang Allah inginkan, Tuhan yang hanya kepadaNya dia bersujud, akan ia lakukan. Tidak perduli karena perannya itu dia diusir dari surga dan tercatat abadi sebagai hamba yang abaa wastakbara. Pun jika tempat kembalinya kelak sudah jelas. Neraka jahanam.
Lewat perintah sujud kepada Adam, Allah ingin manusia memahami beberapa hal sekaligus. Malaikat memberi contoh kepatuhan mutlak terhadap semua perintah Tuhan. Iblis memperlihatkan ketidakpatuhan tetapi sekaligus tekad untuk mentauhidkan Allah. Dan Allah memperlihatkan betapa besar kuasaNya atas segala makhluk dengan kehendak baik dan buruk pada takdirNya. Hal terbaik yang dapat dilakukan manusia adalah belajar memahami segalanya, lalu memilih hamba seperti apa yang ia ingin bentuk pada jiwa dan tubuhnya.
Tentang neraka, Allah memperingatkan manusia agar menjaga diri dan keluarga mereka dari api neraka. “Wahai Orang-orang yang beriman, jagalah diri kamu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu.
Neraka selalu digambarkan sebagai tempat dengan api yang menyala-nyala. Tempat ke mana Iblis dalam rupa syaitan akan dikumpulkan dengan manusia-manusia pengikut bujuk-rayunya. Tapi ingatlah kembali asal muasal penciptaan iblis. "Dan  Kami (Allah) ciptakan Jin (sebelum Adam) dari Api yang sangat panas. "
Jika begitu, memasukkan syaitan ke dalam neraka hanyalah mengembalikannya ke asal penciptaannya. Seperti memakamkan jasad manusia ke bumi di saat kematiannya. Â Api yang dimasukkan ke dalam api adalah penyatuan. Manusia dan batulah yang menjadi bahan bakarnya.
Tuhan dengan segala kuasanya telah memberi manusia semua perangkat untuk menguji kemanusiaannya. Selain syaitan untuk membujuk-rayu, Tuhan mengutus nabi dan menganugerahkan manusia kitab suci. Belum cukup? Allah sedari awal sudah membekali dalam diri manusia sendiri akal yang cara kerjanya begitu menakjubkan. Ia merupakan paduan kerja antara sistem pikir, sistem rasa dan qalbu. Berbekal ketiganya manusia akan memutuskan manakah yang akan diikuti, kebenaran ajaran para rasul dan kitab suci, ataukah mengikuti bujuk rayu syaitan.
Jika malaikat tempatnya surga dan iblis tempatnya neraka, maka sesungguhnya manusialah inti dari penciptaan kedua kedua tempat itu. Manusialah yang diberi kesempatan memilih ke mana dia akan menuju: surga atau neraka. Maka memilih surga atau neraka, sungguh adalah pilihan absolut manusia. Syaitan hanya punya bujuk rayu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H