Mohon tunggu...
wien tanpa oo
wien tanpa oo Mohon Tunggu... Freelancer - keluarga adalah koentji

berjalan terarah, biarpun ditepian biar tetap mengakar pada apapun dan siapapun yang dilewatinya....

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Sukses Saya Berasal dari Orang Lain

5 Mei 2015   17:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:21 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Noor Liesnani Pamella Memutuskan Tidak Berjualan Rokok

[caption id="attachment_364536" align="aligncenter" width="300" caption="Noor Lisnani Pamella di ruang kerjanya (dok.wien)"][/caption]

Perempuan kelahiran 13 setember 1955, bersuamikan Sunardi Syahuri dan dikaruniani anak lima menantu empat dan cucu yang berjumlah 13. Merupakan perempuan gigih, inspiratif bagi banyak kalangan, pasalnya perempuan ini banyak memilik kesibukan termasuk sejak tiga tahun terakhir ini beliau banyak berkecimpung dalam orgaisasi sosial yaitu mempunyai panti asuhan sekaligus pondok pesantren. Perempuan yang memiliki nama Noor Lisnani Pamella merupakan salah satu tokoh inspirasi dari Yogyakarta. Beliau merupakan salah satu owner swalayan Pamella yang tersebar di setiap sudut kota, saat ini berjumlah 7.

Mengawali perbincangan saat ditemui di Pamella Satu jalan Kusumanegara Yogyakarta, Perempuan yang akrab disapa bu Nardi (panggilan suaminya Sunardi) mengatakan, saat ini yang dilakukan adalah memikirkan banyak orang, disamping tidak mengurangi bekerdi di Pamella, yang dilakukan lainya adalah mencari bekal ke akherat.

Awal mula mendirikan Pamella menurut bu Nardi, ketika selepas menikah kira-kira dua bulan selepas menikah yaitu tanggal 14 September 1975 setelah suami Sunardi mengijinkan, akhirnya memilai usaha. Warung pertama yang dimiliki hanya berukuran 5x5 m, dindingnya saat itu tembok dengan satu pintu dibelakang dan bagian depan diberi rolling door untuk membuka dan menutup warung

“Modalnya ketika itu hanya Rp.250.000, ketika itu nilanya hampir sama dengan emas seberat 100 gram, kalau dihitung saat ini kira-kira Rp. 60 juta,” terang bu Nardi.

Lambat laun usahanya berkembang, dengan menggunakan nama brand Pamella hadir di kota Yogyakarta sehingga ikut meramaikan suasana di kota Jogja ini. Bu Nardi merupakan anak yang dibesarkan dari keluarga pedagang, sehingga baginya tertanam dalam pikiran dan hidup bahwa perempuan itu harus bekerja.

“Karena yang saya lihat perdagangan maka saya menyukai perdagangan, suami seorang ustad yang tidak merepotkan umatnya. Suami memiliki prinsip bahwa dalam berdakwah tidak boleh merepotkan umat. Sehinga kami memiliki prinsip jangan sampai merepotkan orang lain sehingga yang utama adalah harus kaya terlebih dahulu,agar dapat membantu orang lain,” ujarnya.

Selama perjalanan waktu bu Nardi merasakan banyak sukanya dari pada dukanya, yang utama dalam bekerja adalah hati harus bahagia dan senang setelah itu diikuti rasa ikhlas sehingga memperingan pekerjaan. Yang lain, selama ini ketika dalam bekerja tidka pernahmeninggalkan rumah. Menurutnya selama berada di toko, yang terpenting adalah toko bersebelahan dengan rumah, sehingga anak-anak ketika kecil tetap mendapat perhatian.

Sampai saat ini bu Nardi telah memiliki swalayan Pamella berjumlah 7, satu SPBU, satu lapangan futsal, salan day spa khusus perempuan dan panti asuhan yang saat ini dikembangkan santri-santrinya belajar wirausaha berupa pembuatan makanan.

Jika ditanya dukungan suami dan anak, bu Nardi lantang menjawab 100% suami dan anak-anak mendukung apa yang dilakukan, sehingga hari ini pun bermanfaat bagi banyak orang.

“Waktu tujuh hari sepertinya kurang, dan saya pun tetap bersyukur karena memiliki alat tekhnologi sehingga dapat membantu memperlancar kegiatan baik ditoko di panti asuhan maupun di tempat lain,” ucapnya.

Dalam kesibukan sehari-hari bu Nardi membagikan pengalamanya, semua sudah dijadwalkan, dari bangun jam 03.00 wib melakukan ibadah sunah tahajud yang dilakukan setiap hari hingga jamaah shubuh, setelah itu melakukan olahraga dalam seminggu dilakukan dua kali jalan kaki, dua hari renang, kemudian 3 kali untuk pengajian.

Galau Antara Ya dan Tidak menjual Rokok

Perempuan kelahiran asli Yogyakarta rumah berada di dekat nol KM, dan suami dari Godean. Memulai aktifitas ke toko jam 08.30 wib dan pulang pukul 16.00 wib, setelah itu melakukan kegiatan sosial.

Berkaitan dengan usaha, prinsip yang digunakan adalah semua swalayan Pamella tidak menjual rokok, menurutnya sangat merugikan kesehatan. Kemudia belia bercerita, sejak tahun 1975 menjual rokok sangat laris sekali, dan keuntungan menjual rokok pun banyak sekali. Dahulu memang hanya berfikiran keuntungan saja, lambat laun ketika Subhan Khadafi, anaknya tahun 1998 kuliah di Arab Saudi tepatnya di Madinah memintanya untuk tidak menjual rokok karena di Mekah haram, kemudian pertanyaan itu dijawab bahwa di Indonesia masih makruh. Karena omset jualan rokok sangat lumayan, dan akhirnya pada tahun 200-an munculah iklan-iklan rokok yang ada peringatanya, dari situlah bu Nardi mulai merasakan risih dan merasa bersalah.

”Kalau saya menjual rokok, berarti saya memberikan penyakit kepada konsumen saya, akhirnya saya putuskan sejak tahun 2003 setelah pulang haji, untuk tidak menjual rokok. Hati saya pun galau, karena ustad yang mengisi pengajian saat haji pun mengatakan haram sementara anak pun mengatakan haram. Ya, saya putuskan saja hingga saat ini, saya korbankan omset saya yang lumayan, untuk tidak menjual rokok berarti hijrah dari hal buruk menjadi hal baik semoga rejeki saya menjadi berkah,” tambahnya.

Ya,menjadi inspirasi banyak orang tentunya sudah diniatkan, karena sukses ini dibantu oleh orang lain. Ssehingga yang dilakukanya pun ingin membantu orang lain lewat bisnisnya. Menurutnya, yang diinginkan adalah perempuan-perempuan tidak selalu njagake laki-laki yang setiap bulan hanya diberi gaji bulanan dan tidak hanya momong anak saja. Momong anak itu menurut beliau adalah kewajiban namun bekerja juga kewajiban. Sehingga bu Nardi menyarankan kepada perempuan agar jangan nganggur, sepertinya dalam mengatur waktu antara mengurus rumah tangga dan bekerja dapat dilakukan perempuan. “Sebaiknya bekerja apa, harus ridho dari suami, karena perempuan harus ijin suami, bisa dilakukan bekerja dari rumah maupun lainya yang terpenting adalah kreatif dan tepat dalam pemasaranya. Modalnya utama adalah yakin, niat yang baik dan tentunya kemauan atau semangat bisa mandiri,” paparnya.

Jika tahun 2014 merupakan tahun tanah, maka tahun 2015 kata bu Nardi merupakan tahun melunasi tanah, yaitu merencanakan pengembangan dan memabngun cabang toko. Sehingga jika saat ini karyawan berjumlah 700 orang yang berasal dari masyarakat, semoga tahun ini akan banyak membahagiakan orang.

“Semua yang saya lakukan ini merupakan kesungguhan untuk melatih hidup, membagikan pengalaman hidup kepada orang lain, terutama perempuan agar perempuan-perempuan dimana saja tidak hanya menjadi pelengkap namun memiliki kreatifitas yang dapat menambah dan mencukupi kebutuhan,” pungkasnya. Wien

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun