Mohon tunggu...
Boeng Tan
Boeng Tan Mohon Tunggu... Buruh - Philosophy Activist

Membaca adalah melawan dan menulis adalah membunuh.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tesis Menuju Harlah PMII

15 April 2022   12:09 Diperbarui: 17 November 2024   02:53 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tesis Menuju Harlah.

Oleh: Sayuti Melik Sahmal | Sekretaris Umum PC PMII Halmahera Selatan

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia adalah organisasi terbesar di Indonesia yang lahir tahun 60-an dari rahim kaum muda NU untuk menjawab problem bangsa kala itu. Tokoh seperti Mahbub Djunaidi yang oleh Bung Karno adalah dewa pena merupakan kader emas yang dimiliki PMII, selanjutnya Mohammad Zamroni tokoh aktivis pergerakan dan angkatan 66 melalui KAMI (kesatuan aksi mahasiswa indonesia) memberinya predikat sebagai konsolidator ulung kemudian Muhammad Iqbal Assegaf.

Sayangnya kini mereka raib, padahal kondisi bangsa yang serba krisis ini membutuhkan tokoh seperti mereka, kami yakin mereka mampu memberikan solusi untuk pemulihan segala macam masalah bangsa dan disorientasi PMII dewasa ini.

Mereka hidup diperhadapkan dengan kekuatan masif neo-kolim, rezim orde baru dan era reformasi saat itu membuat indonesia harus bersyukur karena lahir tokoh yang sesuai dengan kebutuhan zaman meskipun Mahbub Djunaidi pernah menjadi korban pengasingan, Zamroni di intimidasi. Muhammad Iqbal Assegaf keburu dijemput maut sebelum menyelesaikan masa periodenya sebagai ketua umum GP Anshor.

Sikap, mental dan karakter kepemimpinan mereka yang dikenal pemberani, pemikir serta memilik jiwa kepeloporan dan watak visioner yang dimiliki PMII masa itu, jika diteladani maka akan menjadi representasi perjuangan aktivis PMII untuk mencapai cita-cita didirikannya PMII hingga saat ini.

Akan tetapi ciri yang lekat pada mereka itu sangat jarang ditemui pada diri dan karakter kader PMII dewasa ini.

Lalu apa persoalannya, mengutip teori kesadaran Paulo Freire, mungkin saja kader PMII sekarang ini sedang pada fase Kesadaran Magis atau Kesadaran Naif, atau seperti apa yang dimaksudkan Sayyid Husen Alatas tentang bukunya The Cast of Mile persoalan budaya yang terpenjara oleh budaya lain,--terperangkap tidak mencari jati diri. Atau seperti kata Michel Faucault dalam teorinya tentang kekuasaan: "pengetahuan dibentuk oleh kekuasaan",--kekuasaan (rezim) yang barbar. Ya mungkin juga terjebak dalam ketidak aturan yang abstrak.

Olehnya ini tidak bisa dianggap enteng, dan PMII secara nasional hingga daerah mesti mereformulasi sistem kaderisasinya hingga dapat terpaut dengan masalah yang berkembang. Tapi mana yang harus didahulukan? Mereformulasi sistem kaderisasi agar melahirkan kader pergerakan yang ideologis dan reformis ataukah merubah tatanan sosial yang mengidap penyakit ketimpangan yang akut ini.

Saya rasa mereformulasi sistem kaderisasinya lebih dulu. Seperti adagiumnya Pramoedya Ananta Toer: "mendidik rakyat dengan pergerakan mendidik penguasa dengan perlawan". Sedangkal yang saya maknai, Pram mengisyaratkan agar kaderisasi harus diutamakan. Ini senada pula dengan kata Lenin pemimpin partai bolshevik: "tidak mungkin ada revolusi kalau tidak ada filsafat revolusioner",--sebelum melakukan perubahan mesti pendidikan politik (kaderisasi) itu dilakukan.

Katanya, filsafat Marxisme akan tetap hidup berkembang di mana terjadi kontradiksi sosial. Namun nyatanya tidak untuk PMII. Semangat lahirnya wadah ini dilatari oleh begitu carut marutnya kondisi ekonomi, sosial, budaya dan politik kala itu, namun sekarang yang malah lebih buruk kondisi bangsa ini justru PMII mengalami fluktuasi yang sangat drastis.
Bahkan acap kali kader PMII berselingkuh dengan kekuasaan, ini menandakan minimnya kader ideologis, kalau kita benar-benar objektif maka sistem kaderisasi memang masih sangat lemah. Toh, kaderisasinya sudah dijalankan sesuai prosedur serta kurikulumnya lalu bagaimana ia masih lemah. Barangkali kita bisa melihat kembali pemikir Jacques Derrida dalam teorinya tentang Dekonstruksi, artinya lewat teori Sistem (karena organisasi adalah sistem) dari Immanuel Wallerstein yang mana sistem itu tidak berjalan sendiri melainkan ia ditopang dengan sub-sub sistem, sehingga lewat Dekonstruksi kelemahan sub-sistemnya dapat ditemui dan sedapat mungkin direformulasi sistemnya.

Ingat sedikit lagi PMII akan genap 62 tahun. Seyogyanya momentum Harlah PMII ini tidak sekedar membicarakan historisnya belaka, melainkan semakin menuanya organisasi ini mestinya organisatoris yang terintegrasi di dalamnya lebih dewasa dan lebih punya semangat api yamg terus membara di tengah diferensiasi kelas yang multi kontradiktif ini.

Kader PMII mesti mampu mengejawantahkan nilai-nilai Aswaja dan NDP--adalah postulat, pun Paradigma sehingga kader PMII harus berjibaku dengan segudang kitab-kitab islam dan sederet ilmu-ilmu sosiologi klasik hingga modern agar dapat merumuskan solusi yang komprehensif di masa kontemporer ini. Maka dengan sendirinya konsep Mabadi Khairu Ummah dan Islam Rahmatan Lil 'Alamin dapat dibangun.

Kelemahan PMII selama ini adalah sebagian besar kadernya hanyut dalam romantika imajinasi yang membuat gerakan PMII tidak lagi progresif karena anasir konservatif yang berkecumik tanpa disadari yang membuat gerakan jalanan membuntu pada ketidak radikalnya cara berpikir karena terbuai dengan sejarah masa keemasan masa lalu.

Polarisasi kaderisasi PMII sudah saatnya dioperasi sehingga orientasi dan out put dari kaderisasi formal, non formal dan in formal dapat signifikan melahirkan kader pergerakan ideologis. Masih sangat banyak celah yang kerap dibiarkan begitu saja, misal kaderisasi PKD-PKL yang tidak menitik beratkan pada kualitas, kapabilitas dan keberpihakan kader yang bukan sekedar untuk selembar tanda lulus kaderisasi, melainkan harus punya daya tekan yang sesuai sehingga tidak absen dari pembacaan realitas objektif bangsa hari ini dan masa depannya.

SDGs, G20 dll. adalah projek global yang harus memantik semangat kader untuk mampu menganalisa lebih tajam, ya bila perlu setajam pedang damaskus karena jika tidak maka kader PMII bisa jadi korban atau bahkan bisa jadi pelaku underdevelopment di era metaverse yang sangat disrupsi atau meminjam istilah Rene Habichi, "kita telah mencapai masa kurun baru".

Ketimpangan multi sektoral yang mengakar ini sangat sulit untuk menghapus kemiskinan sebagaimana poin pertama yang harus dicapai dalam SDGs pun 16 poin lainnya yang disebut sebagai tujuan pembangunan berkelanjutan. Juga sangat konyol secara geopolitik indonesia mampu memberikan sumbangsih atau peluang untuk menstabilisasi keuangan global di tengah invasi Rusia ke Ukraina dan sanksi ekonomi serta embargo oleh AS cs Nato dan Uni Eropa ke Rusia yang jelas-jelas adalah gerbang krisis global yang berkepanjangan bahkan ini bisa terjadi PD-III (perang dunia ke 3) jika konfliknya terus berkepanjangan.

Olehnya operasi polarisasi kaderisasi sedapat mungkin secepatnya format kaderisasi di reformulasi menjadi sistem kaderisasi organik sehingga orientasi maupun out put-nya mampu memberikan sumbangsih pemikiran kritis serta mampu menjadi pelaku dari pada pembangunan yang berkeadilan. Leluhur kita sudah menciptakan sejarahnya kini sejarah generasi baru harus lebih progresif di tengah pembangunan yang kontrakonstruktif ini.

Terakhir, saya teringat kata bapak republik Tan Malaka: "tidak penting hasilnya itu melainkan bagaimana prosesnya".
Olehnya sekali lagi saya sampaikan jangan dulu berpikir merubah apa-apa tapi berpikirlah cara berproses (berkaderisasi) dengan benar.

Selamat hari lahir Pergerakanku yang ke 62 tahun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun