Produksi Minyak mentah Indonesia tidak lagi mampu menangani permintaan dari dalam negeri, sehingga Indonesia melakukan impor minyak mentah dari negera pemroduksi minyak lainnya. Suatu hal yang menjadi concern khusus bagi sektor ekonomi Indonesia, karena komoditi minyak bukanlah hal yang murah. Indonesia yang kini masih dalam tahap perkembangan ekonomi dan akhir-akhir ini mulai tampak hasilnya.
Surplus ini akan menjadi lebih maksimal jika Indonesia tidak lagi melakukan impor minyak mentah dari negara lain. Kondisi harga minyak saat tulisan ini dibuat memang saat paling tepat untuk negara importir minyak untuk melakukan kegiatan impor. Namun bagai tikus mati dilumbung padi, maksudnya mati di rumahnya sendiri, Indonesia yang di anugerahi banyak sumber minyak belum mampu menangani masalah pemenuhan kebutuhan penduduk sendiri.
Di samping masalah prilaku komsumtif penduduk Indonesia, optimalisasi produksi tiap lapangan minyak yang ada di Indonesia pada dasarnya juga belum maksimal. Rata-rata perolehan minyak di Indonesia baru sekitar 28% dari total cadangan yang dimiliki Indonesia. Dengan kata lain masih banyak yang bisa diperoleh sehingga pengembangan teknologi untuk meningkatkan produksi minyak mentah di Indonesia masih berpotensi tinggi.
Disisi lain, isu lingkungan yang tengah naiknya,terkait efek rumah kaca karena gas CO2 yang mengakibatkan kenaikan suhu rata-rata bumi. Produksi beberapa lapangan gas alam di Indonesia yang pada dasarnya berpotensi berpotensi, namun belum diproduksi karena produksi CO2-nya yang banyak dan bingung mau dikemanakan, atau sudah diproduksi namun belum ada penanganan khusus.
Dua masalah yang dibenturkan antara pemenuhan kebutuhan energi dan isu lingkungan yang memberi efek negatif secara global pada bumi. Sehingga akibat kedua concern ini, muncul pertanyaan kenapa gas CO2 dari dalam bumi secara massive tidak dikembalikan saja kedalam bumi? Sehingga muncul metode peningkatan performa produksi sumur minyak dengan menggunakan injeksi gas CO2 ke dalam reservoir minyak dan juga sebagai langkah lain dalam mengurangi efek rumah kaca akibat produksi gas alam.
Efek injeksi gas CO2 ini akan meningkatkan tekanan dari reservoir minyak, sehingga mampu meningkatkan performa produksinya untuk memenuhi kebutuhan energi bagi konsumen di Indonesia. Metode ini juga akan meningkatkan perolehan minyak (Recovery Factor) di Indonesia sehingga memperpanjang jangka waktu bagi Indonesia untuk menikmati manfaat energi dari produksi minyak mentah. Kegiatan ini juga dikenal dengan nama Enhanced Oil Recovery (EOR)
Gas CO2 dapat diinjeksikan dengan menkonstruksi sumur baru selayaknya sumur produksi, namun biasanya menggunakan sumur produksi yang performanya sudah tidak menjanjikan lagi. Injeksi CO2 merupakan bagian dari EOR yang merupakan langkah pengembangan setelah produksi primer secara alami maupun sekunder dilakukan. Karena dalam satu lapangan sudah dipastikan tidak hanya ada satu sumur, maka injeksi CO2 dapat dilakukan pada sumur produksi lain.
Karena sifat fluida yang berbeda, perlu dilakukan pengecekan kekuatan semen dan casing pada sumur lama serta mekanisme korosi yang dapat timbul akibat kontak dengan Gas CO2. Gas CO2 dalam hal ini bukanlah yang tersebar di atmosfer, namun diperoleh bersamaan dari diproduksikannya sumur gas dan/atau Coal Bed Methane (CBM).
Kemudian Gas CO2 diinjeksikan pada sumur dan memberi energi lebih pada reservoir untuk meningkatkan produksi minyak per harinya. Untuk kasus CO2 yang tidak terlarut, bisa didahului dengan injeksi untuk meningkatkan kemampuan dari reservoirnya atau dengan tambahan pelarut lain yang mampu melarutkan CO2 dalam minyak dibawah Tekanan Terlarut Minimal (TTM).
Gas CO2 juga akan ikut terproduksi, kemudian dipisahkan melalui separator di permukaan, dan gas CO2 yang telah terpisah kembali digunakan untuk proses produksi, sehingga dapat menghemat bahan baku dari proses reuse ini.
Untuk mendapatkan gambaran efek dari injeksi, biasanya dilakukan simulasi. Simulasi dilakukan menggunakan software untuk melakukan forecastingterhadap performa produksi sumur setelah dilakukannya injeksi fluida. Sehingga dibutuhkan data-data profil reservoir dan production history dari lapangan tersebut.
Gas CO2 bersifat larut dalam minyak dan menjadi komponen yang paling murah diantara fluida terlarut dalam minyak lainnya. Sehingga saat melakukan proses injeksi kedalam reservoir minyak, CO2 akan terlarut sehingga menjadikan minyak menjadi hidrokarbon yang lebih ringan dibanding berat jenisnya sebelum tercampur dengan CO2. Dibutuhkan suatu tekanan untuk memastikan CO2 tetap dalam bentuk terlarut dalam minyak, yang dikenal dengan TTM .
Sehingga tekanan reservoir diusahakan berada diatas tekanan ini, apakah dengan injeksi air terlebih dahulu, atau sudah dalam kondisi alaminya. Larutan minyak-CO2 menghasilkan tegangan permukaan yang kecil dengan pori batuan dibanding minyak sebelum tercampur, sehingga CO2 mambantu minyak keluar atau menguras minyak dari porinya, sebagaimana pelarut lain seperti sabun membersihkan kotoran minyak yang lengket di piring makan.
Namun, tidak semua lapangan minyak performanya masih bagus. Tekanan reservoir dibawah TTM menjadi tantangan lain bagi metode ini. Sehingga perlu dicampur dengan komponen kimia lain yang mampu membuat gas CO2 mampu terlarut dalam minyak. Dalam hal ini propane mampu membuat CO2 terlarut dalam miyak,dan bekerja selayaknya injeksi CO2 biasanya. Atau sebelum proses injeksi CO2 lebih dahulu dilakukan injeksi air (water flooding)untuk meningkatkan tekanan reservoirnya.
Keuntungan dari metode injeksi CO2 ini adalah:
- Harganya relative murah dibanding pearut lain,
- Mampu meningkatkan perolehan minyak,
- Mengurangi efek gas rumah kaca yang disebabkan oleh produksi gas alam,
- Meningkatkan performa produksi minyak
- Gas CO2 relatif tidak berbahaya secara mekanik, dan tidak mudah meledak.
Sehingga dapat disimpulkan :
- Metode injeksi gas CO2 mampu menjadi solusi pemenuhan kebutuhan energi di Indonesia, terbukti dari peningkatan perolehan minyak mentah yang mampu diambil serta peningkatan kapasitas produksi minyak per harinya. Optimalisasi ini sangat mungkin karena beberapa lapangan minyak yang berdekatan dengan lapangan produksi gas alam, seperti di Blok Natuna, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan Jawa Barat.
- Metode injeksi CO2 mampu memberi peran pengurangan terhadap efek rumah kaca akibat penaganan yang tidak tepat dari industry migas yang memroduksi gas CO2. Hal ini (pemanasan global) tengah menjadi isu lingkungan secara global,
- Lapangan-lapangan gas alam yang ditutup akibat kandungan CO2 yang tinggi bisa diproduksikan dengan mengalirkan CO2 ke sumur injeksi minyak, dan gas alam mampu digunakan untuk menyediakan energi bagi konsumen Indonesia.
Indonesia saat ini masih dalam studi kelayakan terkait metode ini, dari segi ekonomi, hal teknis, dll. Namun penelitian yang intens disini tentunya akan menemukan titik temu dari permasalahan migas Indonesia.
REFERENSI
Marhaendrajana, T., Gunadi, B., Suarsana, P. 2005. “Potensi Peningkatan Perolehan Minyak Lapangan Jatibarang dengan CO2 Flooding”. JTMGB(No.1/2005).
Verma., M.K. 20.15. “Fundamentals of Carbon Dioxide -Enhanced Oil Recovery (CO2-EOR)—A Supporting Document of the Assessment Methodology for Hydrocarbon Recovery Using CO2-EOR Associated with Carbon Sequestration”.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI