Pembatasan kegiatan masyarakat selama masa pandemik, dengan berbagai variasi nama dan levelnya, tidak pelak lagi memberikan pukulan cukup berat bagi masyarakat luas, terutama dari segi ekonomi, mulai dari penurunan pendapatan, bahkan sampai kehilangan mata pencaharian.
Menurunnya daya beli masyarakat juga memberikan dampak bagi dunia usaha. Tidak hanya usaha skala kecil dan menengah, pengusaha besar pun memutar otak untuk sekedar bertahan.
Namun saat terpuruk, kita memiliki sesuatu yang menjadi salah satu aset penopang keutuhan bangsa ini, yaitu gotong royong. Dari mulai gotong royong menyediakan masakan atau sembako bagi mereka yang sedang menjalani isolasi mandiri atau para tenaga kesehatan, hingga berinisiatif menjadi relawan yang membantu ketersediaan oksigen, ketika pandemik mengalami puncaknya.
Berbagai lapisan masyarakat bekerja sama, saling membantu mereka yang terdampak, termasuk beberapa selebgram dan YouTuber yang memiliki followers jutaan ikut turun langsung ke jalanan untuk berbagi rejeki ala kadarnya bagi mereka yang terdampak.
Sempat viral video seorang YouTuber, Doni Salmanan yang juga berprofesi sebagai trader ketika membagikan uang kepada para pengendara sepeda motor di beberapa persimpangan lampu merah kota Bandung.Â
Dalam video lainnya, Doni Salmanan, sosok dibalik pembuatan video musik Wonderland Indonesia ini, terlihat juga membagikan uang tunai kepada para pemulung, tukang becak dan tukang sapu jalanan. Hal yang sama pernah dilakukan oleh Baim Wong, bahkan sebelum pandemik terjadi.
Fenomena berbagi lainnya yang sangat viral, bahkan sempat menjadi trending topic di Twitter adalah ikoy-ikoyan yang digawangi oleh seorang selebgram, Arief Muhammad.Â
Sosok yang sering disebut sebagai Sultan Bintaro ini, awal mulanya berasal dari keisengannya berbagi secara acak kepada para pengikutnya di Instagram.Â
Arief membagikan beberapa produk perusahaannya, seperti baso aci dan produk fesyen yang dimilikinya. Sesekali Arief juga membagikan uang tunai.
Bagi yang beruntung terpilih, Arief akan menyebutkan akun pemenang di cerita Instagram dengan menyebut akun asistennya yang bernama panggilan Ikoy. Dari nama sang asisten akhirnya program berbagi ini semakin dikenal.Â
Apalagi ketika Arief sukses melelang sebuah mobil tua yang sudah direstorasi dengan harga fantastis dan berimbas semakin meningkat jumlah pengikutnya.
Dari yang awalnya yang didominasi dengan berbagi produk, ketika PPKM darurat diberlakukan, Arief mulai bergeser dengan membagikan uang tunai. Arief juga lebih selektif dalam memilih pemenang.Â
Tidak lagi secara acak, tetapi dipilih untuk mereka yang benar-benar terdampak PPKM atau mereka yang juga ingin berbagi. Ikoy-ikoyan yang digelar setiap hari Selasa dan Kamis mulai jam 1 siang ini begitu menarik perhatian.Â
Hal ini terlihat dari ratusan ribu komentar yang masuk ke akun Arief Muhammad, dalam hitungan menit. Mereka beradu nasib untuk bisa terpilih jadi pemenang dan mendapatkan rejeki nomplok dari sang Sultan.
Ada berbagai kisah menyentuh dari mereka yang beruntung. Ada seorang guru honorer mendapatkan uang tunai 10 juta karena gawainya mati, sehingga untuk mengajar daring harus bergantian dengan sang suami yang menjadi pengemudi ojek online. Uang itu kemudian digunakan untuk membeli laptop, gawai baru dan memasang jaringan internet.Â
Atau seorang anak yang ingin membelikan ibunya sebuah oven sebagai modal usaha membuat kue. Ada juga yang ingin berbagi kebahagiaan dengan komunitas difabel atau dengan anak yatim.
Hal ini kemudian menular kepada beberapa selebgram lainnya. Indra Kesuma contohnya, yang ikut menggelar program Ikenz Ikenz. Trader yang juga menjadi CEO beberapa perusahaan kuliner dan fesyen ini memfokuskan pemenang dari mereka yang membutuhkan modal untuk membuat usaha.
Beberapa perusahaan besar melihat fenomena ini bukan hanya sekedar program berbagi, tetapi juga untuk meningkatkan ketertarikan publik pada produk mereka. Dari mulai pengusaha kuliner, distro, sepatu bahkan perusahaan otomotif terkenal, pernah menjadi sponsor program Ikoy-ikoyan.
Terlepas dari itu semua, program ini menyentuh sisi paling sensitif yang luput dari pembuat kebijakan bangsa ini. Di saat seharusnya kesejahteraan masyarakat dijamin, masyarakat malah tidak merasakan ketidakhadiran negara. Di tengah carut marutnya pembagian bansos, program berbagi seperti ini seperti menjadi oase bagi masyarakat kecil yang paling terdampak PPKM.
Walaupun ada suara miring yang mengatakan bahwa program ini terkesan tidak mendidik dan menyuburkan mental pengemis, tapi semangat berbagi para milenials ini patut diapresiasi dan dapat menjadi contoh.
Anak-anak muda ini menunjukkan bahwa untuk mendapatkan tempat di hati rakyat tidak memerlukan rombongan buzzer dan juga bukan melalui baliho, akan tetapi cukup dengan hadir saat rakyat membutuhkan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H