Mohon tunggu...
Tanjung Sari Puji Rahayu
Tanjung Sari Puji Rahayu Mohon Tunggu... Penulis - Penulis/Blogger

Penulis amatir yang suka menjadi pengamat bidang kebijakan publik, hukum, sosial dan politik. Penulis yang suka tantangan untuk menulis segala jenis tulisan, fiksi dan non fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ikoy-ikoyan: Gaya Berbagi ala Milenial

29 Agustus 2021   07:18 Diperbarui: 29 Agustus 2021   07:18 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari yang awalnya yang didominasi dengan berbagi produk, ketika PPKM darurat diberlakukan, Arief mulai bergeser dengan membagikan uang tunai. Arief juga lebih selektif dalam memilih pemenang. 

Tidak lagi secara acak, tetapi dipilih untuk mereka yang benar-benar terdampak PPKM atau mereka yang juga ingin berbagi. Ikoy-ikoyan yang digelar setiap hari Selasa dan Kamis mulai jam 1 siang ini begitu menarik perhatian. 

Hal ini terlihat dari ratusan ribu komentar yang masuk ke akun Arief Muhammad, dalam hitungan menit. Mereka beradu nasib untuk bisa terpilih jadi pemenang dan mendapatkan rejeki nomplok dari sang Sultan.

Ada berbagai kisah menyentuh dari mereka yang beruntung. Ada seorang guru honorer mendapatkan uang tunai 10 juta karena gawainya mati, sehingga untuk mengajar daring harus bergantian dengan sang suami yang menjadi pengemudi ojek online. Uang itu kemudian digunakan untuk membeli laptop, gawai baru dan memasang jaringan internet. 

Atau seorang anak yang ingin membelikan ibunya sebuah oven sebagai modal usaha membuat kue. Ada juga yang ingin berbagi kebahagiaan dengan komunitas difabel atau dengan anak yatim.

Hal ini kemudian menular kepada beberapa selebgram lainnya. Indra Kesuma contohnya, yang ikut menggelar program Ikenz Ikenz. Trader yang juga menjadi CEO beberapa perusahaan kuliner dan fesyen ini memfokuskan pemenang dari mereka yang membutuhkan modal untuk membuat usaha.

Beberapa perusahaan besar melihat fenomena ini bukan hanya sekedar program berbagi, tetapi juga untuk meningkatkan ketertarikan publik pada produk mereka. Dari mulai pengusaha kuliner, distro, sepatu bahkan perusahaan otomotif terkenal, pernah menjadi sponsor program Ikoy-ikoyan.

Terlepas dari itu semua, program ini menyentuh sisi paling sensitif yang luput dari pembuat kebijakan bangsa ini. Di saat seharusnya kesejahteraan masyarakat dijamin, masyarakat malah tidak merasakan ketidakhadiran negara. Di tengah carut marutnya pembagian bansos, program berbagi seperti ini seperti menjadi oase bagi masyarakat kecil yang paling terdampak PPKM.

Walaupun ada suara miring yang mengatakan bahwa program ini terkesan tidak mendidik dan menyuburkan mental pengemis, tapi semangat berbagi para milenials ini patut diapresiasi dan dapat menjadi contoh.

Anak-anak muda ini menunjukkan bahwa untuk mendapatkan tempat di hati rakyat tidak memerlukan rombongan buzzer dan juga bukan melalui baliho, akan tetapi cukup dengan hadir saat rakyat membutuhkan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun