Mohon tunggu...
Tania Widyastuti
Tania Widyastuti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi di Jerman

Saya orang yang suka menulis, tapi malas membaca. Ironis ya kehidupan. Tapi semoga dengan banyak menulis membuat saya semakin termotivasi untuk membaca 😊. Hobi saya adalah berpikir dan shopping hehe. Lalu saya memiliki interest untuk semua tema dan topik pembicaraan karena saya suka belajar sesuatu yang baru, apalagi yang belum pernah saya ketahui sebelumnya.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kenapa Orang Indonesia Suka Merasa Melihat Hantu?

22 Juli 2021   07:16 Diperbarui: 22 Juli 2021   07:29 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pernah ngga sih, kalian merasa seperti melihat "seseorang" sedang berdiri di pojokan ruangan? Biasanya kejadian ini terjadi, apalagi kalau pencahayaan di ruangan tersebut sedang minim.

Jadi teringat sebuah kejadian di masa lalu saya. Jadi waktu itu saya sedang tidur siang sepulang sekolah. Tidur siang kali itu bisa dibilang cukup lama karena saya bangunnya saat matahari sudah terbenam. Otomatis kamar pun menjadi gelap gulita.

Saat saya bangun, saya dihadapkan dengan pemandangan: seorang "perempuan" berbaju putih yang sedang berdiri di dekat pintu. Naasnya, perempuan itu berdiri tepat di depan saklar lampu berada. Dalam hati rasanya dag dig dug. Saya pun berpikir, sudahlah tutup aja mata, nanti pas buka lagi pasti sudah hilang. Lalu saya pun menutup muka dengan selimut dan menunggu beberapa saat. Saat saya mencoba melihat lagi, ternyata perempuan itu masih berdiri disitu. Saya pun mulai ketakutan. Tidak saya sangka bahwa hari itu saya beneran harus melihat penampakan. Beberapa menit berlalu, tapi tidak ada tanda-tanda perempuan itu akan menghilang. Entah apa yang saya pikirkan saat itu, alih-alih berlari keluar kamar, saya malah memberanikan diri untuk menyalakan lampu. Akhirnya, setelah berhasil mengumpulkan keberanian, saya pun meloncat dari kasur dan mendekati perempuan itu. Dengan cepat tangan saya memencet saklar lampu dan lampu kamar pun menyala. Saya kagetnya bukan main, ketika melihat bahwa perempuan saya lihat dari tadi ternyata adalah kipas angin. Ya gimana si perempuannya mau hilang, wong kipasnya berdiri terus di situ hehe.

Kadang kalau lagi nganggur-nganggur, saya jadi suka bertanya-tanya, kenapa sih kita orang Indonesia suka melihat "hantu"? Nah di bawah ini beberapa kemungkinan yang saya rasa bisa menjelaskan fenomena tersebut

(Disclaimer dulu ya bahwa apa yang saya tulis, ini hanya berdasarkan asumsi pribadi saya. Disini saya bukan mau menjelaskan kenapa orang melihat hantu secara harafiah. Tapi lebih ke fenomena, kenapa kita suka merasa melihat hantu)

Pertama, pada dasarnya karena kita ini makhluk sosial, sangatlah penting untuk selalu bisa mendeteksi wajah manusia lainnya.

Hal ini dibuktikan dari hasil studi dari Johnson & Morton (1991), bahwa kita memiliki kemampuan untuk mengenali/mendeteksi wajah sejak masih bayi. Dari hasil penelitiannya, bayi akan memutar kepalanya, mengikuti pergerakan papan yang di atasnya di gambari 3 kotak yang membentuk wajah (dua kotak sebagai mata dan kotak ketiga sebagai mulut). Jika papan itu digambari sesuatu tidak menyerupai sebuah wajah atau bahkan tidak digambari sama sekali, maka rata-rata bayi akan memutar kepalanya menjadi lebih rendah. Dari sini cukup menjawab, kenapa kita suka melihat "penampakan wajah", apalagi kalau remang-remang, ya karena otak kita telah berevolusi agar mudah mengenali wajah.

Kedua, adanya fenomena yang disebut pareidolie.

Jadi pareidolie sendiri merupakan kejadian ilusi dimana objek/stimulus yang sesungguhnya digantikan oleh objek/stimulus yang tidak ada disana. Sering kan kita dapet broadcast dari grup WA tentang penampakan alien yang muncul di langit. Padahal kenyataannya itu bukan alien/penampakan, itu hanya kebetulan saja awannya terlihat seperti wajah. Pareidolie sendiri dianggap sebagai hasil dari kesalahan otak dalam memproses sebuah informasi. Contoh, karena mengenali/mengidentifikasi wajah orang lain adalah proses yang terus menerus berlangsung dan sering terjadi di dalam hidup akibatnya proses ini dianggap sangat mudah oleh otak kita. Karena ngga susah, jadinya proses ini bisa terjadi dengan cepat atau sangat cepat. Bisa dibilang otak kita itu sensitif sama "template" wajah. Tapi kalau otak kita kerjanya terlalu cepat maka ngga menutup kemungkinan bisa terjadinya sebuah kesalahan. Nah sama juga kalau misalnya kita lagi di tempat yang remang- remang dan kebetulan melihat "hantu". Bisa jadi ini hanya hasil dari ilusi optik (kebetulan pencahayaan semata) dan juga akibat dari otak kita kerjanya terlalu cepat.

Ketiga, salah satu artikel dari VOX Media mengatakan bahwa kita ini tidak bisa percaya 100% dengan apa yang kita lihat.

Karena apa yang kita lihat belum tentu merepresentasikan keadaan yang sesungguhnya. Dalam perjalanan sebuah informarsi dicerna oleh otak, banyak faktor-faktor eksternal yang ikut mempengaruhi hasil akhirnya, misalnya seperti motivasi dan ekspektasi. Seperti contoh yang dimuat di artikel VOX Media tersebut, ada sebuah penelitian dimana peserta akan disajikan gambar gabungan (blended) yang berisikan 2 gambar berbeda yang telah disatukan. Dalam kasus ini, gambar gabungan tersebut berisikan gambar sebuah wajah dan gambar sebuah tempat. Tugas peserta adalah menebak gambar mana yang lebih dominan dari gambar gabungan tersebut (scene vs. face). Jika jawaban/tebakkan mereka benar maka akan mendapatkan hadiah. Sebagai manipulasi dalam studi tersebut, sang peneliti akan mensugesti peserta untuk membuat salah satu kategori terlihat sebagai lebih dominan ketimbang kategori lainnya. Caranya peneliti akan berkata: "kalau kamu lihat gambar ini dan merasa bahwa yang dominan adalah gamvar wajah maka kamu bakal dapat lebih banyak uang". In the end, ditemukan bahwa manipulasi ini berhasil dimana peserta yang termotivasi untuk melihat gambar wajah sebagai lebih dominan, akan menjawab wajah, meskipun kenyataannya itu salah. Bisa dibilang ini adalah bukti bahwa persepsi kita itu bisa diatur tergantung apa motivasinya. Makanya kadang kalau kita pergi ke tempat yang terkesan horror, kita suka "merasa" melihat sesuatu. Padahal sebenarnya kita aja yang dari awal memiliki kepercayaan/motivasi bahwa akan ada sesuatu disana yang pada akhirnya mempengaruhi persepsi kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun