Stereotip dalam pola pikir gamers Indonesia terlihat saat mereka menamai berbagai hal dalam game (aliansi, bangunan, kota, kastil, ID, pets) dengan kata 'janda". Misalnya penggemar janda, janda squad, janda attack, kota janda, dan lain-lain.
Pada dasarnya, eksistensi seorang pemain dalam game online sangat ditentukan oleh ilusi hierarki yang tercipta. Kekuasaan dan kekuatan dalam game dibeli dengan uang. Karena itu, saat gamers perempuan atau hode disponsori oleh pemain lain yang lebih 'kaya' dan kuat, pemberi sponsor tentu memiliki tujuan. Biasanya mereka akan merasa memiliki hak lebih soal mengatur jalannya permainan, bahkan lebih jauh terkait komunikasi pribadi.
Karena perbedaan relasi kuasa inilah, interaksi antar pemain game tak jarang diwarnai dengan tekanan, intimidasi, pelanggaran hal-hal pribadi. Bahkan berlanjut ke tingkat lebih ekstrim, seperti pinjam-meminjam uang dan pemerasan.
Sisi Gelap Game Online, Hanya Bisa Diabaikan
Tidak berlebihan jika disimpulkan, interaksi antar gamers menjadi ruang terjadinya berbagai ekspresi maskulinitas toksik, pelecehan seksual, dan bahkan kekerasan berbasis gender online (KBGO).
Sebenarnya, diskriminasi gender hampir tidak berlaku dalam sistem teknis game. Baik laki- laki maupun perempuan memiliki kesempatan yang sama dalam bermain. Namun bias datang dari sesama pemain.
Eksploitasi, diskriminasi, dan penyalahgunaan kuasa dalam dunia game belum banyak dibicarakan karena orang hanya ingin mencari hiburan singkat dan keseruan selama beberapa jam. Dalam situasi ini, kesadaran kolektif mengenai diskriminasi dan penindasan menjadi sesuatu yang langka. Mungkin gamers perempuan kadang merasa sulit memposisikan diri di tengah ratusan pemain lain karena kurangnya kesadaran maupun dukungan.
Kebanyakan pemain game juga menggunakan nama samaran, sehingga ada kesan misleading bahwa mereka akan aman dari konsekuensi atas perkataan apapun dalam game. Hanya tombol blokir dan tindakan dari administrator game yang bisa mencegah korban untuk terpapar ulang. Namun hanya sebagian yang memiliki kesadaran untuk melaporkan gangguan kepada tim pengembang game.
Pada akhirnya, pengembang game memegang peranan penting untuk menciptakan lingkungan bermain yang lebih aman dan ramah bagi perempuan dan mengurangi perilaku toksik.  Pengembang game harus memberikan sanksi tegas pelaku hate speech, diskriminasi, dan pelecehan. Misalnya dengan menghapus  hak berbicara atau membekukan akun game, meskipun akun tersebut penting dan signifikan. Menyediakan fasilitas sistem akun resmi yang terikat pada identitas pemain dapat mendorong gamers untuk lebih bertanggung jawab dalam setiap ucapan.
Meskipun segala sesuatu yang ada di dalam game bersifat sementara, namun perlawanan terhadap diskriminasi, perisakan, dan kekerasan seksual harus konsisten dilakukan. Mengabaikan persoalan tidak akan membuat suasana dalam game menjadi lebih baik. Sedikit usaha untuk melawan akan membawa dampak. Mbak sis gamers perempuan, bijaksanalah dalam merespons berbagai tawaran dalam game online.