Setelah dua tahun, serangan fajar yang ke dua menerjang dengan munculnya benjolan di dada kiri di atas payudara kiri dekat ketiak. Sepertinya sel kankernya sudah bermetastasis/berpindah ke paru-paru. Dan sesudah dibiopsi dipastikan bahwa hal yang kutakuti terjadi lagi.
   "Apa yang harus kulakukan kali ini?"
   "Coba engkau bertanya pada angin yang  berhembus," kembali terdengar jawaban samar-samar.
   Sekali lagi aku harus menjalani kemoterapi dan radioterapi dengan tabah, dan syukurlah aku bisa melewatinya dengan baik.
   Namun apa mau dikata. Seolah belum puas, sel kankernya bermetastasis lagi ke bibir bawah bagian dalam sebelah kanan yang mengakibatkan aku harus menjalani operasi yang melibatkan dokter bedah plastik, keren kan?
   Kalau biasanya orang menjalani bedah plastik demi mempercantik diri, namun bagiku sebaliknya. Operasi tersebut justru membuat wajahku yang awalnya lumayan manis (menurut versiku ya) menjadi kurang manis.
   Ternyata sulit juga menerima ketidaksempurnaan bibirku ini, yang tidak hanya merusak penampilan luar, tetapi juga membuatku tidak bisa melafalkan dengan baik beberapa konsonan seperti b, p, dan m yang memerlukan kerja sama yang baik antara bibir atas dan bibir bawah.
   Terlebih lagi jika dikaitkan dengan pekerjaanku sebagai pendidik yang perlu cuap-cuap di depan kelas dengan tujuan berbagi pengetahuan dengan siswa-siswiku tersayang. Apakah mereka bisa mengerti dengan apa yang kusampaikan? Apalagi mata pelajaran yang kuampu adalah bahasa Inggris. Sanggupkah aku melaksanakan tugasku dengan baik? Semakin galau aku jadinya. "Tolong berikan jalan keluar yang terbaik untukku," doaku dalam hati.
   Aku berdoa dengan khusyuk dan berjanji akan berbuat kebajikan semampuku kepada siapapun kapanpun, dan di manapun. Aku harus berdamai dengan ketidaksempurnaan bibirku ini, biar bagaimana pun.
   Jalan keluar terbentang seiring dengan berlalunya waktu. Lambat tapi pasti, bibirku membaik dan dengan berlatih buka tutup mulut setiap saat, jadinya agak kepo, lama-lama bibirku bisa melafalkan bunyi-bunyi yang sulit dilafalkan pada awalnya.
   Masih terngiang kata-kata dokter yang mendukungku dengan mengatakan, "Tak perlu kuatir, Bu. Zaman sekarang memakai masker sedang ngetren kok! Jadi pakai saja masker dengan berbagai corak dan warna, malah semakin bagus kalau berfoto, ya kan?"