Mohon tunggu...
Tania Salim
Tania Salim Mohon Tunggu... Guru - Guru

Pendidik

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menyebar Kebajikan Meraih Kebahagiaan dalam Upaya Menghadapi Perubahan

7 Agustus 2022   08:01 Diperbarui: 7 Agustus 2022   08:10 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Seiring dengan perkembangan zaman teknologi yang semakin canggih ini, kita tentu saja dihadapkan pada berbagai perubahan dalam hidup ini. Baik ataupun buruk perubahannya harus kita terima. 

Sebagai contoh, dulu saya tidak mau menggunakan aplikasi mobile banking dengan alasan 'gaptek', repot, risiko yang harus dihadapi jika salah pencet, dan seabrek alasan lainnya. 

Namun seiring dengan berjalannya waktu, mau tidak mau, suka tidak suka, saya harus menerima perubahan ini karena semakin banyak transaksi dilakukan melalui aplikasi mobile banking.

Begitu juga dengan hidup kita, yang selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu sesuai dengan ajaran Sang Buddha bahwa segala sesuatu yang terbentuk dan terkondisi akan mengalami perubahan. 

Sebagai contoh, kita ambil kondisi jasmani kita yang akan mengalami perubahan, dari lahir menjadi tua, lalu sakit, dan kemudian meninggal dunia. Perubahan itu sudah pasti terjadi dan tidak ada yang bisa menghindar dari kematian, cepat atau lambat. 

Dulu saya jarang sakit. Kalaupun ada, itu hanya penyakit-penyakit ringan, tetapi sejak tahun 2019 kondisi kesehatan saya berbalik 180 derajat. Saya disapa kanker nasofaring. Apa yang harus saya lakukan untuk menghadapinya?

Beruntung saya memiliki keluarga, teman-teman yang selalu mendukung saya, dan juga berkat kebajikan-kebajikan yang saya lakukan selama ini membuahkan hasil. 

Salah satu dari teman saya memperkenalkan saya dengan kegiatan pembacaan paritta yang dilaksanakan setiap pagi secara online yang dipimpin oleh seorang Bhante yang sangat baik. Beliaulah yang selalu menekankan bahwa kita harus berbuat kebajikan kepada siapapun, kapanpun, dan di manapun sebagai bekal kita ketika kematian datang menjemput. 

Dalam menghadapi kematian yang sudah pasti ini, pilihan untuk hidup bahagia atau menderita ada pada diri kita karena bahagia atau menderitanya diri kita ditentukan oleh diri kita sendiri. 

Dan syarat utama untuk bahagia adalah menyebarkan kebajikan secara terus-menerus hingga tercapainya kebahagiaan sejati. Jadi manfaatkan waktu yang tersisa dalam hidup ini untuk terus berbuat kebajikan kepada semua makhluk tanpa terkecuali. Tidak ada tawar-menawar dalam hal ini. Itu sudah merupakan harga mati yang harus dibayar.

Setelah mengetahui hal ini, maka dengan segala cara dan kekuatan yang saya miliki, saya berusaha berbuat kebajikan melalui pikiran, tutur kata, dan perbuatan saya sehari-hari.

Diawali dengan menanamkan empat sifat luhur yakni metta/cinta kasih universal, karuna/belas kasih, mudita/turut berbahagia atas kebahagiaan makhluk lain, dan upekkha/keseimbangan batin, ke dalam diri kita masing-masing sehingga pikiran kita yang merupakan penentu dari segala perbuatan kita bisa kita kendalikan. 

Setelah menanamkan empat sifat luhur tersebut, kemudian kita menerapkan sifat-sifat tersebut dalam tutur kata dan perilaku kita sehari-hari dengan berbuat kebajikan kepada siapapun, kapanpun, dan di manapun secara terus-menerus.

Berbuat kebajikan itu sebenarnya bukan hal yang sulit, misalnya dengan memberikan senyuman terindah yang kita miliki kepada semua makhluk, he he he, menyapa orang dengan kata-kata yang sopan. 

Selain itu bisa juga dengan berdana sesuai dengan kemampuan yang kita miliki seperti menyumbangkan uang, makanan kebutuhan pokok kepada orang-orang yang membutuhkan, atau memanfaatkan waktu dan tenaga kita untuk berbuat kebajikan.

Baru-baru ini saya menemukan cara terkeren untuk berbuat kebajikan. Bagaimana caranya? Yakni dengan menyebarkan dhamma/ajaran Sang Buddha melalui tulisan-tulisan dhamma secara online dengan memanfaatkan aplikasi-aplikasi yang tersedia di zaman yang serba canggih ini.

Ide untuk menulis tentang dhamma ini juga tanpa sengaja saya dapatkan lewat grup Whatsapp. Seorang teman mengirimkan tulisan dhamma ke grup tersebut dan mengajak anggota grup yang tertarik untuk menulis bergabung di grup penulis dhamma. Nah, tunggu apalagi! Segera saya sambar kesempatan berbuat kebajikan yang sangat bagus ini dengan antusias, apalagi di zaman teknologi yang serba canggih ini, di mana jaringan komunikasi memberikan kita kemudahan untuk berbagi informasi kepada siapapun, kapanpun, dan di manapun.

Untuk memulai sesuatu yang baru memang agak sulit, tetapi begitu kita sudah berhasil menelurkan karya perdana kita, maka semangat kita akan terpacu untuk terus menulis dan menulis. Pernah gara-gara asyik menulis, tanpa disadari waktu tidur saya terlewati, ha ha ha ...

Terus dan teruslah berbuat kebajikan dan lebih baik lagi kalau bisa memotivasi orang lain untuk turut berbuat kebajikan karena kebajikan itu merupakan hal yang sangat penting dan harus dilakukan oleh kita dalam upaya menghadapi perubahan yang pasti terjadi dan tak terhindarkan ini demi tercapainya kebahagiaan sejati.

     Selamat berjuang!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun