Mohon tunggu...
tania roos
tania roos Mohon Tunggu... -

Biasa di panggil Tan, asal Malang. Saat ini masih berada di Taipei sambil memotret kehidupan para tenaga kerja Indonesia di Taiwan melalui jepretan camera dan di tuangkan dalam lembaran-ketas yang bernama Radar Taiwan Dibawah bendera Berita Indonesia Ltd.Hong Kong.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Demo Itu Indah Jika Damai

29 Maret 2010   03:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:08 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_104906" align="alignright" width="90" caption="Demo itu indah jika damai"][/caption] Beberapa waktu lalu, saya mengikuti pergerakan teman-teman  buruh migran di Taiwan turun ke jalan. Aksi ini tidak hanya diikuti buruh migran Indonesia saja, namun juga dari Filiphina, Thailand, Vietnam. Aksi yang diikuti sekitar 10.000 orang ini bertujuan untuk meneriakan hak libur bagi para migran. Selama ini yang terjadi di Taiwan, para pekerja terutama di sektor rumah tangga atau PRT tidak jelas hak liburnya. Sehingga ada yang mengaku selama bekerja tiga tahun, tak ada yang pernah bisa merasakan istirahat total seharian. Padahal mereka banyak yang bekerja dibawah tekana majikan seperti menyelesaikan pekerjaan dengan cepat dann baik." Kita kan manusia mbak, bukan robot, tapi majikan tak pernah mengerti soal itu. Selama dua tahun di Taiwan saya hanya tahunya sekolahan anak majikan yang setiap hari saya antar dan jemput, setelah itu pasar sayur.Saban hari riwa-riwi ya di tempat-tempat itu. Saya bosan mbak.Tapi bagaimana lagi. Walau capek ya harus di tahan sampai finis kontrak." ujar Ana yang bekerja di wilayah Beitou."Untuk itu jika ada yang mulai menggelar aksi minta hak libur saya senang sekali. Walau kelak bukan untuk saya, tetapi akan baik bagi teman-teman yang akan datang ke Taiwan."Imbuh Ana dengan sumringah. Aksi yang menjadi perhatian banyak media di Taiwan dan internasional ini berlangsung damai. Tentu saja kedamaian aksi ini yang membuat saya terkagum.Jika saya bandingkan aksi turun jalan di tanah airku tercinta 'Indonesia' setiap aksi selalu membawa keributan dan kerusakan, namun di Taiwan tak ada sebongkah batu pun yang melayang, tak ada sebotol plastik pun yang terlempar dan tak ada segumpal asap pun yang membumbung karena bakar ban. Setelah saya amati, kenapa setiap aksi berjalan begitu damai, terasa indah dan bersahabat? Padahal ini bukan aksi konvoi pamer kebudayaan, namun benar-benar aksi menuntut hak. Ternyata kuncinya adalah di pihak yang kita tuntut. Di sana setelah para pendemo sampai di tujuan, yakni CLA(Council Of Labour Affair) para pendemo telah di terima dengan tangan terbuka. Tidak ada kawat berduri, tidak ada pagar betis dari polisi. Walau polisi ada  di tempat tersebut,namun tidak bertameng dan berhelm  seperti pasukan perang.Bahkan pihak CLA hadir dengan senyum dan akhirnya berdialog dengan para perwakilan dari negara masing-masing. Walau hasilnya tidak hari itu juga, namun penerimaan yang dengan tangan terbuka dan persahabatan inilah yang membuat aksi itu terasa indah. Tentu saja hal ini bisa saya petik, nadai saja para penguasa di tanah air tercintaku itu bisa menerima rekan-rekan saya pekerja, mahasiswa yang beraksi untuk menuntut hak nya dan di terima dengan diaolg dan rasa persahabatan, tentu aksi anarkis dari pendemo tak tak terjadi. Namun sekali lagi, semua dikembalikan, jika bersalah biasanya memang takut menghadapi, namun jika tidak bersalah kekuatan dan keberanian akan muncul dari para penguasa itu untuk menghadapi para pendemo. Lantas pertanyaan saya,"Apakah engkau wahai para penguasa negeri tercintaku Indonesia, apakah engkau bersalah, sehingga engkau tak berani menghadapi rekan-rekan kami seperti petani, buruh, guru, dan mahasiswa yang berdemo?"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun