Mohon tunggu...
Wimbo B Wibowo
Wimbo B Wibowo Mohon Tunggu... wiraswasta -

Anggota HMI

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dampak Kalau RUU KAMNAS Disahkan

18 Januari 2012   00:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:45 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13268473012030728790

RUU Kamnas sudah di serahkan ke DPR namun perlu diketahui bahwa UU KAMNAS merupakan bentuk Modern dari Orde Baru, silahkan pembaca jabarkan sendiri bagaimana pada saat Orde Baru gimana MILITER sangat berkuasa, silahkan Rakyat indonesia berkaca dari Negara georgia, dimana pada saat itu banyak Korban dari Rakyat sipil yang menjadi korban akibat kebringasan MILITER, berikut ini cuplikan berita perang gergoria : [caption id="attachment_156834" align="alignleft" width="284" caption="RAKYAT SIPIL JADI KORBAN KEBRINGASAN TENTARA"][/caption] ENTAH apa yang ada di benak Presiden Georgia, Mikhail Shaakashvili, saat memerintahkan pasukannya membombardir Ossetia Selatan, di saat pembukaan Olimpiade 2008 di Beijing. Tapi yang jelas tindakan ini, yang disebut-sebut telah menewaskan 1.500 dalam hanya dua hari, sangat meresahkan dan membahayakan. Tentara Georgia dengan didukung tank dan pesawat tempur membombardir Ossetia Selatan, wilayah mereka yang memisahkan diri, Jumat lalu. Serangan dengan artileri berat ini oleh Shaakasvili disebut sebagai langkah tak terhindarkan untuk merebut kembali wilayah yang memerdekakan diri pada 1990 itu. Selain waktunya yang bersamaan dengan hari pembukaan Olimpiade Beijing 2008, mungkin dengan maksud untuk sedikit meredam liputan media, serangan yang dilakukan Georgia ini pantas membuat kita mengurut dada. Gempuran militer yang dilakukan Georgia ini mengingatkan kita pada model serangan di era Perang Dunia II: gempuran yang membabi buta untuk merebut suatu daerah tanpa melihat sasaran sipil atau militer. Militer Geogia telah menghancurkan lebih separuh ibukota Ossetia Selatan, Tskhinvali, tak peduli apakah infrastruktur yang rata dengan tanah itu bangunan umum atau fasilitas militer. Dengan bombandir tanpa pandang bulu ini maka tak heran jika hanya dalam waktu dua hari, korban tewas telah mencapai 1.500 orang lebih, sebagian besar tentu rakyat sipil !. Serangan sedemikian ini jelas sangatlah disesalkan. Dan yang lebih kita sesalkan lagi, media-media internasional, terutama media Barat, tidak membeberkan kekejaman ini secara lugas karena satu alasan: Presiden Saakhasvili adalah tokoh pro-Barat di negeri bekas Uni Soviet !. Kita juga sulit untuk menilai keberanian apa yang ada dibenak Saakhasvili, presiden negara kecil, saat memerintah perang habisan-habisan untuk merebut kembali Ossetia Selatan di saat kita tahu bahwa Rusia, raksasa dunia yang baru bangkit kembali, mendukung secara penuh Ossetia Selatan secara politik, ekonomi, budaya dan militer. Berperang dengan Ossetia Selatan sama artinya berperang dengan Rusia, yang berbatasan langsung dengan Ossetia Selatan. Rusia jelas bukan tandingan yang sebanding dengan Georgia. Kita tahu bahwa Georgia memang telah menjadi anggota NATO, mungkin ini yang mendasari keberanian Saakhasvili menghadapi Rusia, tapi adalah jelas bahwa NATO tak akan habis-habisan dalam menghadapi Rusia seperti Rusia yang telah menyatakan diri habis-habisan membela Ossetia Selatan. Tapi terlepas dari apa pun yang ada di benak Saakhasvili, tindakannya memerintah aksi militer penuh di Ossetia Selatan bukanlah kebijakan yang tepat. Kita maklum bahwa Ossetia Selatan secara resmi merupakan wilayah Georgia dan aksi sekolompok orang di Ossetia Selatan yang memerdekakan wilayah itu dari Georgia pada 1990 bisa dikatagorikan sebagai aksi pemberontakan. Adalah pantas memang bila sebuah negara menggunakan aksi militer untuk meredam pemberontakan guna mempertahankan kedaulatan wilayah mereka. Tapi opsi militer seharusnya menjadi opsi paling akhir yang tak seharusnya diterapkan. Kita masih melihat bahwa opsi dialog, walau dengan cara yang amat sulit, masih terbuka untuk menyelesaikan isu Ossetia Selatan. Saakhasvili seharusnya bisa melihat apa yang yang terjadi dalam sejumlah aksi pemberontakan seperatisme dunia yang dicoba untuk diselesaikan secara militer: tak satu pun yang bisa diselesaikan secara singkat tapi sebaliknya berlarut-larut berkepanjangan yang menuntut begitu banyak korban jiwa. Serangan Georgia ini telah membuka kotak pendora yang memicu pada konflik yang semakin mengerikan. Kita sudah melihat bahwa Rusia telah melibatkan diri langsung dalam konflik ini, dengan mengirim pesawat tempur dan ratusan tank memasuki Ossetia Selatan. Ini berarti bahwa genderang perang telah ditabuh, dengan skala besar, dan kita pun siap untuk melihat lagi begitu banyak jiwa yang akan melayang. Itulah gambaran jika RUU KAMNAS disahkan, " apakah pembaca mau jika Keadaan INDONESIA sama seperti Georgia"???

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun