Mohon tunggu...
Tania Nahwa
Tania Nahwa Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

u can do it!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Eksistensi Blangkon Masih Ada Sampai Saat Ini

11 Desember 2021   01:25 Diperbarui: 11 Desember 2021   01:44 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Siapa sih yang tidak tahu blangkon? Blangkon, penutup kepala khas Jawa yang dipakai oleh kaum pria sebagai bagian dari pakaian tradisional Jawa. Blangkon di Jawa bukan hanya penutup kepala saja, tetapi blangkon sendiri mempunyai makna.

Di Yogyakarta tepatnya di dusun Beji, Sidoarum, Godean, Sleman terdapat dusun yang dikenal dengan Kampung Blangkon. Salah satu pengrajin atau pembuat blangkon di desa itu bernama Pak Rohim.

Pak Rohim atau dikenal dengan Pak Roy, meneruskan usaha ayahnya yang juga pengrajin blangkon sejak 2008 hingga sekarang. Sudah lebih dari satu dekade ini, beliau membuka usaha sendiri di rumahnya tanpa karyawan atau tanpa bantuan siapapun. Beliau mengerjakan blangkon ini dirumahnya sendiri. Pak Roy menjadikan usaha ini untuk biaya kehidupan sehari-harinya. Beliau sudah memiliki istri dan dikaruniai 2 anak.

“ Jadi dulu itu saya banttu-bantu bapak buat bikin blangkon ini, lalu setelah itu saya jadi kuli bangunan dulu sebelum buka usaha ini. Nah pas 2008 itu, saya baru mulai usaha ini sendiri untuk meneruskan usaha bapak saya juga.” tutur Pak Roy.

Di masa pandemi seperti ini, Pak Roy hanya bisa membuat 4-5 buah blangkon saja tiap harinya. Karena tidak ada karyawan atau orang yang membantunya, Pak Roy hanya bisa membuat tidak lebih dari 10. Di masa dulu, Pak Roy bisa membuat blangkon 6-7 setiap harinya. Pak Roy sendiri belanja untuk membeli kain dan bahan dasar lainnya di Pasar Beringharjo. Karena menurut Pak Roy, di Pasar Beringharjo murah untuk belanja bahan dasar.

“ Jadi saya itu buat blangkon ini tidak langsung di perjual-belikan ke toko-toko, tapi saya punya juragan yang bakal mendistribusikan hasil blangkon saya ini. Juragan saya ini aslinya dari Kulon Progo, dan dia bakal ngasih hasil blangkon ini ke tokonya yang ada di Jalan Wates.”

Cara pembuatan blangkon versi Pak Roy ini tanpa menggunakan alat-alat modern selain alat jahit. Karena bahan dasar dan polanya yang dibuat dengan alas mendong, menjadikan blangkon ini susah untuk dijahit dengan tangan langsung. Pak Roy memakai kain blangkon yang biasa ia beli di Pasar Beringharjo. Pak Roy juga membuat lipatan-lipatan di kain blangkon dengan filosofi, yaitu lipatan di atas berjumlah 17 yang artinya jumlah rakaat shalat dalam sehari, dan 5 lipatan di belakang yang artinya jumlah rukun islam.

Pak Roy sendiri membuat blangkonnya dengan jenis blangkon Jogja yang untuk di pasarkan ke juragannya. Tetapi jika ada pesanan dengan jens lain, Pak Roy akan membuatnya dengan kemauan pemesannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun