Halo semuanya! Senang rasanya bisa kembali untuk menulis sebuah artikel yang pastinya akan bermanfaat untuk pembaca sekalian.
      Sel darah merah (eritrosit) memainkan peran yang penting dalam kesehatan karena membawa oksigen yang membawa nutrisi ke seluruh bagian tubuh. Sel darah merah membawa oksigen dari paru-paru menuju jaringan tubuh. Sel darah merah juga membawa karbon dioksida kembali ke paru-paru. Sel darah merah memiliki jumlah sekitar 44% dari seluruh darah.
      Sel darah merah mengandung hemoglobin. Hemoglobin adalah protein di dalam sel darah merah yang membawa oksigen. Hem dari hemoglobin mengikat zat besi sehingga darah berwarna merah. Makan makanan yang kaya akan zat besi dapat meningkatkan kesehatan sel darah merah. Vitamin juga dibutuhkan untuk membangun sel darah merah. Maka dari itu, nutrisi seseorang mempengaruhi kualitas dan kuantitas sel darah merah.
      Pembentukan sel darah merah disebut eritropoiesis, terjadi di sumsum merah tulang dan diatur oleh hormone eritropoietin. Produksi sel darah merah juga dipengaruhi oleh hormone kortison, hormone tiroid, dan hormone pertumbuhan. Hormone eritropoietin merupakan suatu hormone glikoprotein yang diproduksi di ginjal. Sel darah merah dimulai dari sel yang belum dewasa di sumsum merah tulang dan setelah kira-kira 7 hari pematangan, sel darah merah akan dikeluarkan ke aliran darah.
 Tidak seperti sel darah lainnya; plasma darah, leukosit, dan trombosit, sel darah merah tidak memiliki inti sel dan dapat berubah bentuk dengan mudah, sehingga membantu mereka untuk lebih mudah melewati pembuluh darah. Namun, ketiadaan inti sel yang membuat sel darah merah menjadi lebih fleksibel, juga dapat membatasi usia sel darah merah karena melewati pembuluh darah terkecil yang menyebabkan kerusakan membrane sel dan menghabiskan persediaan energinya.  Mereka hidup selama 120 hari, sebelum akhirnya mati.
      Penyakit yang dihasilkan oleh sel darah merah salah satunya adalah berbagai macam anemia. Anemia merupakan kondisi dimana tubuh tidak mempunyai sel darah merah sehat yang cukup untuk membawa oksigen ke jaringan tubuh atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah berkurang. Dengan berkurangnya hemoglobin, kemampuan sel darah merah untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh berkurang atau dengan kata lain sel darah merah melemah. Memiliki anemia akan membuat orang merasa lelah dan lemah karena tubuh kurang mendapatkan pasokan oksigen.
      Anemia dapat disebabkan oleh beberapa hal. Kekurangan zat besi, sel darah merah sabit atau penyakin turunan yang membuat sel darah merah tidak berbentuk bikonkaf seperti biasanya, kanker, penyakit ginjal, hemolisis atau kerusakann/penghancuran sel darah merah, dan penyakit keturunan dimana sumsum merah tulang tidak dapat menghasilkan sel darah merah secara maksimal.
      Sebagian orang percaya bahwa sel darah merah semakin melemah dari masa ke masa, namun sebagian orang percaya bahwa sel darah merah semakin melemah karena orang menjadi lebih sibuk dan pekerja keras. Kedua pernyataan tersebut sebenarnya memiliki sangkut-pautnya. Dengan berkembangnya teknologi, ilmu pengetahuan, dan luasnya lapangan kerja pada abad 21 ini, orang menjadi lebih pekerja keras dan sibuk. Pada abad 21 ini, usia produtif (15-64 tahun) sedang aktif bekerja. Usia-usia produktif sekarang merupakan generasi X-Z dan sebagian generasi baby boomer.Â
Dimana generasi X merupakan generasi yang tangguh dan pekerja keras, generasi Y yang memiliki perhatian yang lebih terhadap kekayaan, dan generasi Z adalah generasi yang menginginkan semuanya serba instan karena sudah dibekali dengan teknologi yang canggih. Generasi Z akan mulai mengalami kesibukannya yang lebih pada saat mereka sudah memiliki 2 generasi di bawahnya. Kembali lagi ke topik, dapat disimpulkan bahwa sel darah merah orang melemah dari masa ke masa karena kesibukannya.
     Hal itu dapat dijelaskan sebagai berikut. Orang yang sibuk, seperti remaja yang memiliki segudang kegiatan: sekolah dari pagi hingga siang, lalu dilanjutkan ekstrakulikuler, les, atau kerja kelompok, dan/atau tugas individu , terlebih orang yang bekerja: bekerja dari pagi hingga malam, belum lagi jika harus berlembur, menghadiri rapat mendadak, dan lain-lain. Kesibukan orang dapat berdampak negatif bagi kesehatan tubuh.
Alasan pertama yang jarang disadari adalah orang-orang sibuk cenderung kurang memperhatikan pola makannya. Bisa dari telat makan atau juga makan makanan yang kurang sehat dan tidak mengandung zat besi yang dibutuhkan dalam pembentukan hemoglobin. Ketika orang tidak makan makanan yang mengandung zat besi, maka produksi hemoglobin menurun, sehingga sel darah merah melemah atau kemampuan sel darah merah untuk mengangkut oksigen berkurang yang menyebabkan orang mudah lelah.
Kedua, aktivitas yang tanpa henti menyebabkan tubuh kurang mendapatkan pasokan oksigen yang cukup. Oksigen dibutuhkan darah dalam "menjalankan" tugas jaringan tubuh. Ketika darah kurang mendapatkan pasokan Kadar oksigen dalam darah yang rendah disebut dengan hipoksemia. Ini akan menyebabkan kadar oksigen dalam jaringan tubuh menjadi rendah, disebut dengan hipoksia, di mana darah tidak dapat membawa cukup oksigen yang diperlukan oleh tubuh.
 Dikatakan hipoksemia bila kadar oksigen dalam pembuluh darah arteri kurang dari 80 mmHg. Seperti bagian yang tidak bisa terpisahkan, ketika sel darah merah tidak membawa pasokan oksigen yang cukup, maka sel darah merah menjadi lemah dan tidak dapat menjalankan tugas jaringan tubuh sebagaimana mestinya, sehingga tubuh menjadi lemah, letih, dan lesu.
Alasan lainnya, selain pola makan yang sering dilalaikan oleh orang-orang sibuk, olahraga juga dilalaikan oleh mereka. Karena aktivitas dan pekerjaan yang banyak membuat mereka melupakan atau tidak mempunyai waktu untuk berolahraga atau bergerak mencari oksigen. Olahraga diperlukan tubuh mendapatkan oksigen yang dibutuhkan sel darah merah seperti yang dijelaskan di atas. Ketika orang sibuk, orang lebih memilih makanan yang cepat saji atau fast food yang tidak sehat.Â
Padahal, pola makan seperti itu dan tidak diimbangi dengan olahraga, akan menumpuk lemak dan kolesterol. Penumpukan kolesterol atau plak, yang sudah dijelaskan di artikel sebelumnya, dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Pembuluh darah yang sempit menyebabkan kerusakan membrane sel dan menghabiskan persediaan energinya, sehingga sel darah merah menjadi lemah dan/atau rusak dan pecah sebelum 120 hari.
Banyak orang di dunia ini yang memiliki sifat perfeksionis, menginginkan semua yang dikerjakannya berhasil dengan baik dan tanpa ada kesalahan.Â
Sibuk yang berlebihan ditambah perfeksionis dalam bekerja, terkadang membuat orang menjadi stress. Kurangnya antioksidan dan adanya radikal bebas berlebih memicu kondisi stress oksidatif. Radikal bebas (free radicals)adalah molekul yang sangat tidak stabil akibat kekurangan elektron. Radikal bebas mengambil elektron dari molekul lain agar menjadi stabil. Jadi, molekul tersebut bersifat reaktif dalam mencari pasangan elektronnya dan jika sudah terbentuk dalam tubuh maka akan terjadi reaksi berantai dan menghasilkan radikal bebas baru yang akhirnya jumlahnya terus bertambah.Â
Kondisi stress oksidatif membawa pada kerusakan oksidatif mulai dari tingkat sel, jaringan hngga ke organ tubuh, menyebabkan terjadinya percepatan penuaan dan munculnya penyakit. (Droge, 2002; Proctor dan Reynolds, 1984). Disebutkan, kondisi stress membawa pada kerusakan tingkat sel. Pada tingkat stress yang tinggi, sel darah merah dapat rusak, pecah, dan melemah. Sehingga, stress menjadi salah satu alasan juga mengapa sel darah merah rusak sebelum 120 hari atau melemah.
Ketika seseorang mengalami stress, secara langsung otak akan merespon dengan menghasilkan beberapa hormone yang membangun reaksi fisika pada tubuh. Hormone stress yang dominan muncul adalah hormone adrenalin, norepinephrine, dan kortisol. Hormone adrenalin diproduksi oleh kelenjar adrenalin sebagai reaksi awal ketika stress muncul.Â
Hormone norepinephrine kerap bekerja bersama adrenalin yang membuat oran menjadi terlalu focus, cemas, khawatir, dan panic. Kedua hormone ini mendorong aliran darah lebih kuat menuju otak dan meningkatkan tekanan darah. Aliran darah yang terlalu kuat atau melibihi laju yang normal, memicu kerusakan dan menurunnya kualitas sel darah merah sehingga sel darah merah menjadi lemah.
Sedangkan, hormone kortisol adalah hormone utama stress. Hormone kortisol justru memicu orang merasa sangat lapar, kehilagan konsentrasi karena terus berpikir pada masalah pemicu stress dan menyebabkan tubuh menjadi terasa malas. Hormone kortisol meningkatkan gula (glukosa) yang dapat menyebabkan penumpukan lemak yang tadi sudah sedikit disinggung di atas, dapat melemahkan sel darah merah. Penumpukan lemak pada pembuluh darah menghasilkan plak yang membuat pembuluh darah menyempit menyebabkan kerusakan membrane sel dan menghabiskan persediaan energinya.
Dari pernyataan-pernyataan di atas, dapat ditarik garis kesimpulan sebagai berikut. Sel darah merah berfungsi mengedarkan oksigen dan nutrisi ke seluruh bagian tubuh dan jaringan tubuh. Namun, sel darah merah dapat melemah karena kesibukan seseorang yang parah. Kesibukan orang yang parah menyebabkan dihasilkannya hormone kortisol yang memicu orang merasa sangat lapar.Â
Pada saat sibuk, orang tidak memiliki waktu untuk meninggalkan pekerjaannya, sehingga alternative makanan yang dipilih adalah fast food atau hanya makan makanan kecil (nyemil). Padahal, fast food menyebabkan timbulnya kolesterol jahat dan begitu juga nyemil menyebabkan penumpukan lemak. Tanpa olahraga, karena tidak memiliki waktu untuk itu, lemak terus menumpuk. Penumpukan lemak dapat menghasilkan plak.Â
Plak membuat pembuluh darah yang dilewati sel darah merah sempit. Sempitnya pembuluh darah membuat sel darah merah mengalami kerusakan membrane sel dan menghabiskan persediaan energinya. Seperti orang yang tidak memiliki energy akan menjadi lemas, sama halnya dengan sel darah merah.
Pola makan yang tidak teratur dan olahraga yang tidak cukup juga menyebabkan dampak negative yang lain, yaitu kurangnya pasokan oksigen atau hipoksemia dalam sel darah merah sehingga sel darah merah tidak mengedarkan sesuatu yang dibutuhkan untuk menjalankan tugas jaringan tubuh.Â
Kurangnya zat besi karena pola makan yang tidak teratur juga menyebabkan hemoglobin berkurang. Sehingga, sel darah merah kehilangan kemampuannya untuk mengedarkan oksigen dan nutrisi ke seluruh bagian tubuh terutama jaringan tubuh. Sel darah merah menjadi lemah. Selain itu, makan makanan yang mengandung zat kimiawi berbahaya yang banyak ditemukan di fast food juga dapat menghasilkan radikal bebas yang membawa orang ke kondisi stress oksidatif yang dapat merusak sel darah merah.
Boleh saja bekerja keras, karena bekerja keras itu baik, tetapi jangan sampai melalaikan kesehatan dan menyiksa diri sendiri agar tehindar dari hal-hal buruk di atas. Juga, hindari sibuk yang berlebihan dan stress.
Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca artikel. Mohon maaf bila ada kesalahan. Semoga bermanfaat.
AMDG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H