Mohon tunggu...
Tania Agustina Suherman
Tania Agustina Suherman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nama : Tania Agustina Suherman NIM : 43222010008 Jurusan : S1 Akuntansi Dosen : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Jeremy Bentham's Hedonistic Calculus dan Fenomena Kejahatan Korupsi di Indonesia

14 Desember 2023   14:01 Diperbarui: 14 Desember 2023   14:16 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama : Tania Agustina Suherman
NIM : 43222010008
Prodi : S1 Akuntansi
Matkul : Pendidikan anti korupsi dan Etik UMB
Dosen : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Meskipun upaya pemberantasan korupsi telah dilakukan dengan berbagai cara selama bertahun-tahun, dan sanksi terhadap pelaku korupsi telah diperketat, kita masih melihat dan mendengar berita tentang korupsi hampir setiap hari. Korupsi mempunyai akibat yang sangat berbahaya bagi kehidupan manusia, baik dalam kehidupan bermasyarakat, politik, birokrasi, perekonomian maupun individu.

Untuk memulai materi mengenai "Jeremy bentham's hedonistic calculus dan fenomena kejahatan korupsi di Indoneisa" mari kita bahas lebih rinci mengenai "Jeremy Bentham's Hedonistic Calculus" itu sendiri terlebih dahulu.

Jeremy Bentham adalah seorang filsuf, pengacara, dan ekonom Inggris. Jeremy masih dikenal dengan teori utilitarianisme modernnya sampai saat ini. Jeremy Bentham lahir di London, dan dia belajar di Oxford, dan kemudian Jeremy Bentham memenuhi syarat sebagai pengacara di London. Jeremy Bentham merupakan seorang filsuf empiris di bidang moralitas dan politik. Pengaruhnya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan semakin diakui. Bentham mendefinisikan ini sebagai aksioma mendasar dari filosofinya: "The Greatest Happiness of the Greatest Number" (kebahagiaan terbesar dari jumlah terbesar) adalah ukuran kebaikan dan kejahatan. Ia menjadi ahli teori terkemuka filsafat hukum Anglo-Amerika dan seorang radikal politik yang gagasannya mempengaruhi perkembangan negara kesejahteraan. Dia menganjurkan kebebasan pribadi dan ekonomi, pemisahan gereja dan negara, kebebasan berekspresi, kesetaraan bagi perempuan, dan hak untuk bercerai. Dalam esai yang tidak diterbitkan, ia disebut juga pernah mengutarakan gagasannya tentang dekriminalisasi tindakan homoseksual.

Jeremy Bentham itu lahir di London pada tahun 1748 dan Dia hidup pada masa perubahan sosial, politik, dan ekonomi yang besar, dan juga mengikuti revolusi Perancis dan Amerika yang memperkenalkan Bentham pada teorinya. Ia sangat dipengaruhi oleh ajaran David Hume bahwa segala sesuatu yang berguna membawa kebahagiaan. Menurut Bentham hakikat kebahagiaan adalah hidup tanpa suka dan duka.

Prinsip dasar pengajaran Bentham dapat dijelaskan sebagai berikut.

Tujuan undang-undang ini adalah untuk menjamin kesejahteraan individu. Untuk mencapai kesejahteraan individu dan masyarakat, hukum harus mencapai empat tujuan:

1. Untuk memberikan atau menyediakan nafkah hidup

2. Menyediakan kelimpahan (menyediakan makanan yang berlimpah).

3. Memberikan rasa aman (memberikan perlindungan);

4. Mencapai keadilan (mewujudkan kesetaraan).

Berikut ini adalah Sebagian dari banyaknya Karya Jeremy Bentham adalah sebagai berikut ;

  • Karya Jeremy Bentham yang pertama yaitu buku yang berjudul A Fragment on Government yang rilis pada tahun 1776. Di dalam sub judul "Being an Examination of What Is Delivered, on the Subject of Government in General, in the Introduction to Sir William Blackstone's Commentaries" bentham disitu menemukan kesalahan yang terkait komentar untuk Blackstone tentang keengganan terhadap reformasi.
  • Jeremy Bentham menulis Defence of Usury yang rilis pada tahun 1787. Tulisan itu merupakan karyanya juga, tapi di dalam bidang ekonomi yang disajikan dalam bentuk serangkaian surat dari Rusia. Tulisan ini tuh memperlihatkan kalau Jeremy Bentham seakan murid dari Adam Smith.
  • Karya selanjutnya itu adalah mengenai politik ekonomi dengan prinsip laissez-faire dengan adanya beberapa modifikasi. Melalui karyanya Bentham yang berjudul Manual of Political Economy pada tahun1800, Jeremy Bentham memberikan daftar yang terkait apa saja sih yang harus dan tidak boleh dilakukan oleh negara.
  • Lalu karyanya yang berjudul An Introduction to the Principles of Morals and Legislation telah terbit pada tahun 1789. Di dalam karya tersebut, Jeremy Bentham itu mendefinisikan prinsip dari utilitarianisme sebagai 'kepemilikan setiap objek cenderung menimbulkan kesenangan, kebaikan ataupun kebahagiaan, atau berguna juga untuk mencegah terjadinya suatu kejahatan, rasa sakit dan ketidakbahagiaan bagi pihak yang kepentingannya sedang 'dipertimbangkan''.

Bagi Jeremy Bentham, umat manusia tuh diatur oleh dua motif yang berdaulat dalam dirinya yaitu rasa sakit dan juga kesenangan. Yang Dimana Prinsip utilitarianisme mengakui keadaan tersebut. Baginya, undang-undang harus menjadi 'kebahagiaan terbesar untuk masyarakat luas.

Utilitarianisme, seperti yang dikembangkan oleh Bentham, adalah teori etika konsekuensialis yang mengevaluasi moralitas suatu tindakan berdasarkan kegunaan atau kebahagiaannya secara keseluruhan. Utilitarianisme Bentham sering dikaitkan dengan konsep "kalkulus hedonistik", yaitu metode pengukuran kesenangan dan penderitaan untuk menentukan nilai etis suatu tindakan.

                Nah teman- teman Teori utilitarianisme yang digagas oleh Jeremy Bentham (bersama John Stuart Mill dan Rudolf von Jering) ini merupakan reaksi terhadap konsep hukum alam pada abad ke-18 dan ke-19 lohh. Utilitarianisme secara keseluruhan dirumuskan oleh Jeremy Bentham dan dikembangkan lebih lanjut oleh James Mill dan John Stuart Mill. Utilitarianisme kadang-kadang disebut teori kebahagiaan maksimum. Dengan demikian Hal ini mengajarkan bahwa setiap orang hendaknya mencapai kebahagiaan atau kenikmatan yang sebesar-besarnya untuk sebanyak-banyaknya. Karena sebuah kenikmatan adalah satu-satunya kebaikan yang pantas, dan penderitaan adalah satu-satunya kejahatan yang pantas. Bagi Bentham, moralitas bukanlah tentang menyenangkan Tuhan atau mengikuti aturan-aturan abstrak, namun tentang upaya untuk membawa sebanyak mungkin kebahagiaan ke dunia. Maka Bentham memperkenalkan prinsip moral tertinggi yang disebutnya "prinsip utilitas". Ia menyamakan utilitarianisme dengan hedonisme, seperti kata pepatah terkenal, "The Greatest Happiness of the Greatest Number" (Kebahagiaan terbesar bagi jumlah terbesar).

Menurut kamus bahasa Indonesia, hedonisme berasal dari turunan Bahasa Yunani."Hedon" (kesenangan) dan "isme". Hal ini diartikan sebagai paradigma berpikir yang menempatkan kesenangan sebagai pusat tindakan. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan hedonisme  sebagai pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama  hidup (KBBI, edisi ke-3, 2001). Secara umum hedonisme berarti kesenangan adalah satu-satunya manfaat atau kebaikan seperti yang saya sudah katakana dikalimat sebelumnya. Oleh karena itu, hedonisme dapat didefinisikan sebagai doktrin (filsafat etika) bahwa perilaku diatur oleh keinginan untuk kesenangan dan penghindaran semua penderitaan. Paradigma hedonistik berfokus pada mengejar kesenangan esensial dan menghindari segala penderitaan Namun saat ini materi tersebut benar-benar menjadi tidak ada artinya. Tampaknya belum ada pemahaman bersama mengenai kegiatan mana yang benar-benar mendatangkan kesenangan dan mana yang dapat menimbulkan penderitaan. inti dari filsafat hedonistik dapat mencakup nuansa seksual dan gagasan liberal.

Lalu disini ada beberapa gagasan penting Bentham juga dapat disampaikan, seperti:

  • Hedonisme kuantitatif yang merupakan ideologi orang-orang yang mencari kesenangan secara eksklusif dari perspektif kuantitatif. Kenikmatan bersifat fisik dan didasarkan pada sensasi.
  • Summun Bonum atau Kepentingan materialistis yang berarti kesenangan itu bersifat material dan tidak mengakui kesenangan rohani dan menganggapnya sebagai kesenangan palsu.
  • kalkulus hedonistic (Hedonistic Calculus) yaitu bahwa kesenangan dapat diukur atau dievaluasi dengan tujuan memfasilitasi pilihan yang tepat di antara kesenangan yang bersaing. Seseorang dapat memilih kesenangan dengan menggunakan perhitungan hedonistik sebagai dasar pengambilan keputusan.

Oiyaa teman-teman, Teori Jeremy Bentham tentu saja mempunyai kelemahan. Yang Pertama itu, rasionalitas abstrak dan dogmatis yang mencegah masyarakat dilihat sebagai satu kesatuan yang kompleks, campuran antara materialisme dan idealisme, aristokrasi dan kesederhanaan, di mana Bentham melebih-lebihkan kekuatan badan legislatif dan meremehkan kebutuhannya. kebijaksanaan dan fleksibilitas untuk mengindividualisasikan penerapan sistem hukum. Keyakinannya yang naif terhadap sifat umum dan prinsip-prinsip kodifikasi ilmiah sedemikian rupa sehingga ia mengabaikan perbedaan-perbedaan nasional dan sejarah dan mendekatinya dengan semangat yang sama. Lalu yang Kedua, hal ini merupakan akibat dari kegagalan Bentham dalam mengembangkan secara jelas konsepnya mengenai keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat. Bentham percaya bahwa kepentingan tidak terbatas dari begitu banyak individu secara otomatis mengarah pada kepentingan masyarakat, namun Bentham tidak menjelaskan mengapa hal ini terjadi.

Namun apa yang dikatakan Bentham mempunyai implikasi penting dalam sejarah filsafat hukum. Bentham menggabungkan ide-ide dasar filsafat dengan dalil-dalil hukum praktis, menempatkan individualisme di atas landasan materialis baru, menggabungkan hak individu untuk mengenal dirinya sendiri, dan banyak orang yang hidup dalam masyarakat dengan kebutuhan yang sama.

Nah disini, saya akan membahas lebih lanjut lagi mengenai Hedonistic Calculus itu sendiri.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Jeremy Bentham mengembangkan konsep Hedonistic Calculus sebagai bagian dari filsafat utilitarianisme yang ia anut. Utilitarianisme adalah teori etika yang mengutamakan tindakan yang memberikan kebahagiaan atau kepuasan sebanyak mungkin kepada sebanyak mungkin orang. Bentham percaya bahwa kebahagiaan atau kesenangan (hedon) adalah satu-satunya nilai intrinsik yang ada.

Jadi pada intinya, Hedonistic Calculus ini merupakan konsep yang diperkenalkan oleh filsuf Jeremy Bentham sebagai cara untuk mengukur kesenangan dan penderitaan dalam pengambilan keputusan etis. Idenya adalah untuk menghitung keseluruhan kebahagiaan atau kegunaan suatu tindakan dengan mempertimbangkan intensitas, durasi, kepastian, kedekatan, kesuburan, kemurnian, dan tingkat kesenangan atau rasa sakit yang dihasilkannya.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

 Berikut adalah komponen kunci dari kalkulus hedonistik:

  • Yang pertama yaitu ada Insensitas (Intencity)

Intensitas: Seberapa kuat kemungkinan rasa senang atau sakitnya?

  • Yang kedua yaitu ada Durasi (Duration)

Durasi: Berapa lama kesenangan atau kesakitan akan bertahan?

  • Yang ketiga yaitu ada Kepastian atau ketidakpastian (Certainty)

Kepastian atau Ketidakpastian: Seberapa besar kemungkinan kesenangan atau kesakitan akan terjadi?

  • Yang ke-empat yaitu ada kedekatan (Extent)

Kedekatan (Kedekatan Waktu): Seberapa cepat kesenangan atau kesakitan akan terjadi?

  • Yang kelima yaitu ada Fekunditas (fecundity)

Fekunditas (Kemungkinan Mengarah ke Kesenangan atau Kesusahan Lebih Lanjut): Seberapa besar kemungkinan tindakan tersebut akan menghasilkan lebih banyak kesenangan atau kesakitan di masa depan?

  • Yang ke-enam yaitu ada Kemurnian (Purity)

Kemurnian (Kemungkinan Diikuti oleh Sensasi Sejenis): Apakah tindakan tersebut kemungkinan besar akan menghasilkan lebih banyak kesenangan atau kesakitan yang sama?

  • Dan terakhir/ yang ketujuh yaitu ada Luas (Propinquity)

Luas: Berapa banyak orang yang akan terkena dampak tindakan ini?

Idenya adalah untuk mengukur masing-masing faktor ini dan kemudian menimbang kesenangan secara keseluruhan terhadap rasa sakit secara keseluruhan. Jika kesenangannya lebih besar daripada rasa sakitnya, maka tindakan tersebut dianggap benar secara moral, menurut utilitarianisme Bentham. Penting untuk dicatat bahwa kalkulus hedonistik telah dikritik karena kesederhanaannya dan kesulitan dalam mengukur pengalaman subjektif. Selain itu, hal ini tidak selalu memperhitungkan kualitas atau jenis kesenangan, yang dibahas oleh teori etika lain, seperti utilitarianisme kualitatif John Stuart Mill.

Nah teman-teman, dengan penjelasan barusan mengenai komponen kunci dari Hedonistic Calculus bisa kita simpulkan sedikit lebih rinci lagi untuk kita kaitkan dengan kejahatan korupsi di Indonesia.

Sekarang, mari kita telusuri potensi hubungan Kalkulus Hedonistik Bentham dengan fenomena korupsi di Indonesia:

  • Intensitas Kesenangan atau Kesakitan:

Dalam konteks korupsi, individu yang melakukan praktik korupsi mungkin akan merasakan kesenangan jangka pendek (keuntungan finansial) namun dapat menimbulkan konsekuensi negatif jangka panjang bagi masyarakat.

  • Durasi:

Dampak korupsi mungkin mempunyai dampak jangka panjang terhadap masyarakat, mempengaruhi pembangunan ekonomi, kepercayaan terhadap institusi, dan kesejahteraan secara keseluruhan.

  • Kepastian atau Ketidakpastian:

Ketidakpastian tertangkap dan dihukum karena kegiatan korupsi dapat mempengaruhi pengambilan keputusan individu yang terlibat korupsi.

  • Kedekatan atau Keterpencilan:

Keuntungan langsung dari praktik korupsi mungkin menarik bagi individu, meskipun konsekuensi jangka panjangnya merugikan masyarakat.

  • Kesuburan/ fekunditas:

Korupsi dapat menyebabkan siklus korupsi yang lebih besar karena individu melihat orang lain mendapatkan keuntungan dan tergoda untuk melakukan praktik korupsi.

  • Kemurnian:

Korupsi mungkin dipandang tidak murni atau tidak etis, namun individu mungkin merasionalisasi tindakan mereka dengan berfokus pada keuntungan jangka pendek.

  • Cakupan/Luas:

Meluasnya korupsi di suatu masyarakat dapat memperbesar dampak negatifnya terhadap kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Dalam konteks korupsi di Indonesia, ada yang berpendapat bahwa prevalensi korupsi mungkin dipengaruhi oleh individu yang mempertimbangkan keuntungan pribadi dibandingkan dengan dampak negatif jangka panjangnya. Kalkulus Hedonistik memberikan kerangka untuk memahami faktor-faktor yang mungkin dipertimbangkan individu ketika melakukan kegiatan korupsi. Penting untuk dicatat bahwa analisis ini merupakan eksplorasi teoretis, dan motivasi aktual korupsi dalam konteks tertentu cenderung rumit dan beragam. Faktor sosial, ekonomi, budaya, dan politik juga berperan penting dalam mempengaruhi perilaku korupsi.

Lalu berikut ini merupakan analisis terkait fenomena korupsi menggunakan kerangka konseptual dari Teori Hedonistic Calculus, yaitu

  • Maksimisasi Kesenangan Pribadi:

Korupsi seringkali dilakukan oleh individu atau pejabat yang mencari keuntungan pribadi. Dalam kerangka Hedonistic Calculus, pelaku korupsi berusaha untuk maksimalkan kesenangan pribadi mereka, seperti kekayaan, kekuasaan, atau status sosial.

  • Minimisasi Penderitaan Pribadi:

Para pelaku korupsi mungkin mengabaikan konsekuensi negatif yang mungkin timbul dari tindakan korupsi mereka. Mereka cenderung berfokus pada keuntungan pribadi tanpa mempertimbangkan penderitaan yang dapat ditimbulkan pada masyarakat.

  • Perhitungan Utilitas:

Pelaku korupsi mungkin menggunakan perhitungan utilitas dalam pengambilan keputusan mereka. Mereka dapat merencanakan tindakan korupsi berdasarkan perkiraan keuntungan yang akan diperoleh dan risiko penderitaan atau hukuman yang mungkin dihadapi.

  • Korupsi sebagai Pilihan Rasio-Kosten:

Dalam beberapa kasus, pelaku korupsi mungkin melihat tindakan tersebut sebagai pilihan rasional berdasarkan perhitungan biaya dan manfaat. Jika risiko hukuman rendah dan keuntungan tinggi, korupsi mungkin dianggap sebagai tindakan yang menghasilkan hasil optimal menurut perhitungan utilitas.

  • Dampak pada Kesejahteraan Masyarakat:

Korupsi dapat merugikan masyarakat secara keseluruhan dengan mengurangi sumber daya yang seharusnya digunakan untuk pembangunan dan pelayanan publik. Dalam perspektif Hedonistic Calculus, dampak negatif pada kesejahteraan masyarakat dapat diukur melalui penurunan kesenangan dan peningkatan penderitaan.

Meskipun Teori Hedonistic Calculus dapat memberikan kerangka konseptual untuk memahami motivasi di balik tindakan korupsi, perlu diingat bahwa fenomena kejahatan korupsi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, politik, dan ekonomi yang kompleks. Teori ini hanya memberikan satu perspektif dalam memahami fenomena kompleks seperti korupsi.

Penerapan Hedonistic Calculus dalam analisis korupsi dapat memberikan sudut pandang utilitarian terhadap tindakan korupsi. Kemudian "Bagaimana sih Hedonistic Calculus dapat diterapkan untuk menganalisis fenomena kejahatan korupsi?"

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil untuk menerapkan Hedonistic Calculus dalam menganalisis kejahatan korupsi:

  • Identifikasi Tindakan Korupsi:

Tentukan tindakan korupsi yang akan dianalisis. Ini bisa mencakup penerimaan suap, penyuapan, nepotisme, atau tindakan korupsi lainnya.

  • Identifikasi Konsekuensi Positif dan Negatif:

Identifikasi konsekuensi positif (keuntungan) dan negatif (kerugian) dari tindakan korupsi tersebut. Misalnya, konsekuensi positif mungkin termasuk keuntungan finansial bagi individu yang terlibat, sementara konsekuensi negatif dapat melibatkan kerugian finansial bagi negara, ketidaksetaraan dalam distribusi sumber daya, dan kerusakan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga publik.

  • Tentukan Intensitas Konsekuensi:

Nilai intensitas atau bobot dari konsekuensi positif dan negatif. Misalnya, seberapa besar dampak finansial dari tindakan korupsi, seberapa besar kepercayaan masyarakat yang hilang, dan sebagainya.

  • Hitung Total Hedonistic Value:

Hitung total nilai hedonistik dengan mengurangkan nilai konsekuensi negatif dari nilai konsekuensi positif. Ini dapat memberikan gambaran tentang sejauh mana kebahagiaan atau penderitaan yang dihasilkan oleh tindakan korupsi tersebut.

  • Bandingkan dengan Alternatif:

Bandingkan hasil perhitungan Hedonistic Value dari tindakan korupsi dengan alternatif tindakan atau kebijakan lainnya yang tidak melibatkan korupsi. Identifikasi solusi yang memberikan dampak positif terbesar atau dampak negatif terkecil.

  • Perhatikan Aspek Keadilan:

Pertimbangkan juga aspek keadilan dalam analisis. Apakah tindakan korupsi tersebut adil bagi semua pihak yang terlibat, atau apakah ada kelompok atau individu yang dirugikan secara tidak adil?

Penting untuk kita ingat nih teman-teman, bahwa penerapan Hedonistic Calculus dalam analisis kejahatan korupsi dapat menimbulkan beberapa tantangan, seperti kesulitan mengukur dampak secara objektif dan kesulitan dalam menilai nilai hedonistik untuk semua pihak yang terlibat. Namun, pendekatan ini dapat memberikan landasan untuk memahami konsekuensi moral dan sosial dari tindakan korupsi.

 

Jadi, Kesimpulan untuk keterkaitan hedonistic calculus pada fenomena kejahatan korupsi di Indonesia ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Motivasi Rasional dan Utilitarianisme: Hedonistic calculus, yang berhubungan erat dengan konsep motivasi rasional dan utilitarianisme, dapat digunakan untuk memahami perilaku korupsi di Indonesia. Pelaku korupsi cenderung mengukur manfaat dan kerugian secara rasional, dengan mempertimbangkan keuntungan pribadi yang diperoleh dari tindakan korupsi dan risiko hukuman yang mungkin dihadapi.

Pertimbangan Keuntungan dan Hukuman: Pelaku korupsi di Indonesia mungkin menggunakan kalkulasi hedonistik untuk mengevaluasi apakah manfaat pribadi yang diperoleh dari tindakan korupsi lebih besar daripada potensi hukuman atau risiko yang mungkin mereka hadapi. Faktor-faktor seperti ketidakpastian hukuman, tingkat transparansi, dan efektivitas penegakan hukum dapat memengaruhi kalkulasi ini.

Faktor Budaya dan Sosial: Penting untuk memperhitungkan faktor-faktor budaya dan sosial dalam menganalisis keterkaitan ini. Budaya yang kurang menghargai etika dan moralitas serta norma sosial yang tidak mendukung kejujuran dapat menjadi pendorong kuat untuk tindakan korupsi. Hedonistic calculus dapat terpengaruh oleh norma-norma sosial yang mengesampingkan nilai-nilai etika.

Perlunya Perubahan Struktural dan Sosial: Kesimpulan yang dapat diambil adalah perlunya perubahan struktural dan sosial dalam masyarakat untuk mengurangi insentif bagi tindakan korupsi. Ini melibatkan upaya untuk meningkatkan transparansi, memperketat penegakan hukum, dan membangun kesadaran akan konsekuensi jangka panjang dari korupsi.

Peran Pendidikan dan Kesadaran: Pendidikan dan peningkatan kesadaran juga sangat penting dalam mengubah paradigma masyarakat terkait korupsi. Dengan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang dampak negatif dari korupsi dan mendorong nilai-nilai etika, dapat diharapkan bahwa kalkulasi hedonistik akan berubah untuk lebih mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang.

Kesimpulan tersebut tuh menunjukkan kompleksitas dan multifaktor dalam memahami fenomena kejahatan korupsi di Indonesia dengan menggunakan konsep hedonistic calculus. Sementara motivasi rasional dan kalkulasi utilitarianisme mungkin menjadi faktor utama.

Jika keseluruhan hasil perhitungan Hedonistic Calculus menunjukkan bahwa tindakan korupsi menghasilkan lebih banyak ketidakbahagiaan daripada kebahagiaan, maka dari perspektif utilitarianisme, tindakan tersebut dianggap tidak baik. Oleh karena itu, pencegahan dan penindakan terhadap korupsi di Indonesia dapat dijustifikasi sebagai upaya untuk meningkatkan kebahagiaan masyarakat secara keseluruhan. Namun, perlu dicatat bahwa penerapan Hedonistic Calculus dalam konteks kejahatan korupsi bisa menjadi suatu hal kompleks dan kontroversial karena sulitnya mengukur dan menghitung dampak sosial, ekonomi, dan politik dari korupsi. Terdapat berbagai pandangan dan penilaian yang mungkin berbeda tergantung pada sudut pandang dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat dan pengambil kebijakan.

 

DAFTAR PUSTAKA

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun