Mohon tunggu...
Tania Agustina Suherman
Tania Agustina Suherman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nama : Tania Agustina Suherman NIM : 43222010008 Jurusan : S1 Akuntansi Dosen : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB 2 - Diskursus Gaya Kepemimpinan Visi Misi Semar pada Upaya Pencegahan Korupsi

11 November 2023   10:40 Diperbarui: 12 November 2023   09:58 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebagai makna simbolis dari "Kentut", mempunyai sifat sebagai berikut:

1. Selalu mengusung nuansa suara dan indra penciuman.

2. Sering berbau busuk atau tidak sedap.

3. Karena, "Kentut" itu juga bisa merujuk pada suara yang berbau atau memiliki nuansa yang sulit untuk didengar atau dirasakan.

Jadi kalau kita kombinasikan dengan simbol Semar seperti maka suara "rakyat" kecil yang bercirikan kesederhanaan itu akan membawa pada hakikat hikmah dan cara pandang yang murni yang mampu menghadirkan visi yang lebih murni  tanpa ada bias yang dapat menangkap maknanya. kebenaran  apa adanya.

 Oleh karena itu, senjata "Kentut" Semar mungkin memiliki makna simbolis berupa suara "rakyat" yang menyampaikan kebenaran yang sifatnya membuat para pemimpinnya merasa kembali ke jalan yang benar sehingga suaranya menguntungkan pemimpinnya. tajam bukan , kedengarannya asyik dan kalau dirasa bau banget karena kritiknya yang blak-blakan, yang cenderung  menyakitkan kalau untuk pemimpin rakyat.

Jadi, secara garis bisar kesaktian atau senjata Semar berupa "Kentut" ini secara simbolis dapat dipahami sebagai senjata pamungkas "rakyat" untuk menyadarkan pemimpinnya agar  kembali ke jalan yang benar yaitu moralitas dan etika. Harus dihormati. Pencapaian tujuan yang benar harus dilakukan dengan cara yang benar, sayang sekali jika kita dipimpin oleh seorang pemimpin yang membiarkan segala cara untuk mencapai tujuan tersebut (tanpa maksud untuk mengurangi nilai keberhasilan secara phisik yang telah dicapai selama ini). Nilai-nilai moral luhur masyarakat Jawa pada khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya selalu mengajarkan bahwa untuk mencapai tujuan yang baik  menuju Indonesia  adil dan makmur  harus  sekaligus mengamalkan moralitas  yang indah untuk mewujudkan cita-cita "Panang - Punjung". Panjang yang artinya menjadi teladan bagi negara lain, dan Punjung artinya mempunyai wibawa yang tinggi.

Pada tokoh Semar ini, kita juga dapat mengetahui Berbagai ajaran moral yang tercermin pada berbagai sebutan atau nama lain dari semar antara lain:

1. Semar bermakna hseming samar-samar yang artinya "sang penuntun makna kehidupan". Semar artinya tersamar atau tidak jelas. Semar secara semantik mempunyai pengertian gaib atau misteri, tidak dapat dijangkau oleh akal. Semar berasal dari kata "Sar" yang berarti suatu yang memancarkan cahaya (Sri Mulyono, 1982, 41-42). Semar artinya datan kasamaran sakaliring kahanan, ingkang gumelar ya kang gumulung.

2. Tokoh Semar disebut juga Badranaya terdiri dari kata badra yang berarti bulan (bulan) dan kata naya yang berarti pemimpin, pembimbing, tetapi dapat diartikan sebagai wajah. Istilah Badranaya berasal dari kata bebadra yang berarti membangun fasilitas dari awal dan kata naya atau nayaka yang berarti utusan. Jika digabungkan, keduanya dimaksudkan untuk menjalankan sifat konstruktif dan memenuhi perintah Tuhan demi kemaslahatan umat manusia. Ada pula penjelasan bahwa istilah Badranaya berasal dari badra yang berarti bulan, naya berarti ulat atau pasemon, artinya jika karakternya bahagia maka angka tersebut adalah seperti bulan purnama. Hal ini dikaitkan dengan bahasa Arab, kata badra berasal dari kata Bed-ru yang berarti bulan ke-14, bulan bersinar sangat terang (Musa Al Mochfoeld, 1976, 66).

3. Semar disebut juga Nayantaka, naya artinya ulat atau polatan dan antaka artinya kematian jadi nama ini artinya wajah Semar pucat seperti mayat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun