Mohon tunggu...
Tania ZahraZhafira
Tania ZahraZhafira Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengaruh Ekspor, Impor dan Inflasi Terhadap Nilai Tukar Rupiah

7 Juli 2024   18:29 Diperbarui: 7 Juli 2024   18:40 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Teori perekonomian terbuka diterapkan pada perekonomian Indonesia yang melibatkan perdagangan modal dan produksi (barang dan jasa) dengan negara lain. Perdagangan Internasional tentu melibatkan Ekspor dan Impor di dalamnya, yang menjadi bagian penting dalam dinamika perekonomian global.  Perdagangan internasional tentunya memerlukan penggunaan mata uang bersama untuk transaksi, yaitu dolar Amerika Serikat (AS). Akibat penggunaan dolar AS, terjadi fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS secara berkala. Hal ini dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya fluktuasi nilai tukar yang disebabkan oleh ketidakpastian nilai tukar.

Nilai tukar dolar AS terhadap rupiah memberikan dampak positif yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Variasi impor, ekspor, dan inflasi yang terjadi saat ini menjadi penyebab utama pergerakan nilai tukar rupiah. Ekspor mempunyai pengaruh yang menguntungkan dan besar terhadap nilai mata uang rupiah dibandingkan dengan ekspor.. Nilai tukar biasanya naik ketika ekspor meningkat. Sebab, penerimaan negara dari penjualan barang ekspor meningkat sehingga menaikkan nilai rupiah. Di sisi lain, nilai tukar rupiah cenderung melemah seiring menurunnya ekspor.

Ketika ekspor meningkat, kebutuhan importir akan dolar AS untuk membayar barang-barang luar negeri juga meningkat. Permintaan dolar AS meningkat sehingga menopang nilai tukar rupiah. Selain itu, ekspor mempunyai kemampuan untuk mendongkrak cadangan devisa. Pemerintah Indonesia mendapat devisa lebih banyak dalam bentuk mata uang asing ketika ekspor meningkat. Jika terjadi tekanan pasar, nilai tukar rupiah dapat distabilkan melalui peningkatan cadangan devisa. Peningkatan ekspor juga dapat menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia berjalan baik dan menarik bagi investor asing. Dengan demikian, aliran masuk modal asing ke Indonesia dapat terpacu dan kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia dapat meningkat. Masuknya uang asing ini meningkatkan permintaan terhadap rupiah sehingga dapat meningkatkan nilai tukar rupiah.

Peningkatan ekspor dapat meningkatkan permintaan dolar AS sehingga berperan besar dalam menentukan nilai rupiah. Dalam perdagangan internasional, suatu negara yang melakukan ekspor tentunya akan menerima pembayaran dalam bentuk mata uang asing khususnya dollar Amerika, sehingga semakin banyak surplus ekspor, maka semakin banyak uang yang didapat oleh negara tersebut. Negara ini memiliki tingkat penerimaan dolar AS yang tinggi, yang berarti terdapat lebih banyak pasokan mata uang tersebut untuk mengantisipasi permintaan. Selain itu, hal ini juga dapat meningkatkan nilai rupiah terhadap dolar AS. Misalnya, ekspor Indonesia yang naik 4,5% pada tahun 2020 dibandingkan tahun sebelumnya, yang berdampak pada peningkatan nilai rupiah terhadap dolar AS sebesar 2,5%.

Impor dapat berdampak negative pada nilai tukar rupah. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa impor dapat meningkatkan permintaan mata uang asing. Ketika permintaan meningkat dan pasokan tetap atau menurun, maka nilai suatu mata uang akan terdepresiasi (melemah) dibandingkan mata uang lainnya..Kebutuhan dolar AS untuk membayar barang dan jasa impor meningkat seiring dengan pertumbuhan impor. Imbasnya, nilai rupiah melemah terhadap dolar AS.

Defisit transaksi berjalan menunjukkan Indonesia lebih membutuhkan devisa dibandingkan produksi ekspor ketika nilai impor melebihi nilai ekspor. Hal ini dapat memberikan tekanan pada nilai rupiah dan memaksa Bank Indonesia untuk masuk ke pasar dalam upaya menjaga nilai mata uang tersebut. Di sisi lain, impor tidak serta merta menekan nilai rupiah. Perekonomian Indonesia dapat memperoleh manfaat dari impor karena impor memberikan lebih banyak akses terhadap komoditas dan jasa. Melalui impor, konsumen Indonesia dapat memperoleh barang dan jasa yang tidak tersedia di dalam negeri atau lebih terjangkau dibandingkan barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri.

Kenaikan harga komoditas secara umum dan berkelanjutan disebut inflasi. Nilai tukar antara mata uang dan inflasi berkaitan erat. Variasi tingkat inflasi berpotensi berdampak pada pasar mata uang domestik sehingga mempengaruhi tren perdagangan global. Ekspor suatu negara akan menurun jika tingkat inflasi meningkat karena harga dalam negeri akan naik dan negara tersebut tidak mampu lagi bersaing dalam hal harga dengan impor. Permintaan mata uang eksportir menurun ketika pengiriman menurun.

Perubahan nilai tukar mata uang sangat dipengaruhi oleh inflasi.  Harga produk di Indonesia akan meningkat tajam jika tingkat inflasi negara tersebut meningkat secara signifikan sementara tingkat inflasi Amerika sebagian besar tetap stabil. Permintaan rupiah akan terpengaruh oleh kenaikan harga, karena konsumen akan memilih membeli barang di Amerika Serikat yang harganya relatif lebih rendah. Inflasi yang tinggi juga dapat melemahkan kepercayaan masyarakat terhadap nilai mata uang dengan menurunkan daya beli masyarakat, khususnya pada sektor manufaktur rumah tangga.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa, ekspor, impor, dan inflasi berpengaruh kompleks terhadap nilai tukar rupiah. Peningkatan ekspor umumnya berdampak positif pada kurs rupiah. Ketika ekspor meningkat, lebih banyak mata uang asing masuk ke Indonesia untuk membeli produk ekspor. Hal ini menyebabkan peningkatan permintaan dollar AS, dan memperkuat nilai tukar rupiah. Sebaliknya, peningkatan impor berdampak negative pada nilai tukar rupiah, ketika impor meningkat, lebih banyak rupiah yang dikeluarkan untuk membeli produk impor. 

Hal ini menyebabkan peningkatan permintaan rupiah, dan dapat melemahkan nilai tukar rupiah. Selain itu, inflasi juga dapat memiliki pengaruh pada nilai tukar rupiah. Ketika inflasi meningkat, daya beli rupiah menurun. Hal ini dapat menyebabkan investor asing menjadi kurang tertarik untuk berinvestasi di Indonesia, sehinga mengurangi permintaan rupiah dan melemahkan nilai tukar rupiah. Jadi, ekspor, impor, dan inflasi merupakan factor penting yang perlu dipertimbangkan ketika menganalisis pergerakan nilai tukar rupiah. Diperlukan kebijakan yang tepat dari pemerintah dan Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan mendorong perekonomian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun