Euis ke antosan heula
Aeh..aeh saha eta?
Abdi sobat nu baheula
Idih..idih.. pari..pari bari?
Lagu "Euis.."Â di atas memberi "rasa" yang berbeda saat jogging jum'at pagi di Gasibu. Taman di belakang kantor pemerintahan provinsi Jawa Barat, yang kita kenal gedung sate itu, kini lebih bersahabat bagi warga yang ingin menikmati pagi hari dengan berolahraga atau sekedar jalan santai bersama keluarga.
Ya, pagi itu Gasibu ramai dengan warga yang datang untuk jogging, lari beneran, senam-senam kecil, bermain dengan bola, atau bermain dengan raket dan shuttle cock. Memang bukan spot olah raga yang sebenarnya seperti gelanggang olahraga yang ada di kota Bandung, tapi gasibu menjadi tempat alternatif bagi warga yang ingin berolahraga dengan santai.
Hari Jum'at memang identik dengan hari olahraga, banyak kantor-kantor yang mengadakan senam pagi bagi para pegawainya sebelum mulai bekerja. Di gasibu senam pagi biasanya dilakukan di hari minggu, tapi di hari jum'at lagu-lagu pengiring senam tetap dikumandangkan, sehingga suasananya jadi lebih bersemangat.
Lagu yang diputar pun bukan sembarang lagu, lagu-lagu sunda yang sudah di medley dan diaransemen dengan ritme cepat, memberikan kesan yang khas. Pendengar jadi merasakan sedang berada berada di tanah pasundan.
Dua orang kakek yang berjalan santai pun, tidak sungkan ikut bernyanyi saat lagu "tongtolang nangka" diputarkan. Satu keluarga dari tiga generasi berbeda, nenek, ibu dan cucu terlihat kompak jogging bersama. Ada juga komunitas runner yang berkumpul dan berlatih di track lari, meski tidak dengan kecepatan penuh, tetap terlihat mereka pelari sejati.
Selain datang dengan kendaraan bermotor, hari itu banyak juga yang datang mengendarai sepeda. Jangan khawatir untuk yang bersepeda, terdapat parkir sepeda di bagian dalam taman, jadi masih dapat diawasi dengan aman. Sedangkan yang membawa kendaraan bermotor, parkir terdapat di luar taman, tapi ada petugas parkir yang siap menjaga kendaraan.
Yang menarik dari Gasibu saat ini, bukan hanya aktivitas yang dilakukan warga yang kini terfasilitasi. Tepati juga aktivitas pengelolaan dan perawatan gasibu dan gedung sate itu sendiri.
Pada hari minggu petugas parkir di gasibu lebih istimewa dari petugas parkir di tempat lain. Para petugas adalah saudara kita yang memiliki keterbatasan pendengaran. Selain pada aspek kenyamanan warga, sepertinya pengelola memikirkan pemberdayaan masyarakat juga.
Hal itu juga tampak pada pemilihan petugas kebersihan. Beberapa ibu tampak sedang asik merawat bunga dan rerumputan di sekitar gerbang gedung sate. Sehingga gerbang yang biasanya menjadi tempat para pendemo mengaspirsikan tuntutannya, terlihat lebih cantik. Ditambah adanya air mancur yang membuat suasana jadi lebih sejuk. Semoga pendemo bisa menjadi lebih tenang.
Petugas kebersihan merupakan pemuda-pemuda usia belasan, yang bertugas membersihkan sampah yang terdapat di lapangan. Saya pikir mereka juga bagian dari pemberdayaan masyarakat, memberdayakan pemuda yang belum bekerja.
Petugas keamanan yang biasanya hanya terdapat di gerbang Gedung Sate, kini disebar di seputar gasibu. Ada yang tugasnya mengatur lalu lintas saat warga menyebrang, ada yang menjaga supaya angkot tidak ngetem, ada juga yang memastikan tak ada PKL yang berani mangkal.
Selain aktivitas olah raga dan kumpul-kumpul keluarga, gasibu juga sering jadi tempat syuting favorit di Bandung. Buktinya pagi itu, sekelompok orang sedang mengatur kamera, mengarahkan lensanya pada aktris wanita yang sedang berlari di depan Gedung Sate. "Rolling and action..!!!!" begitu teriak seseorang diantara mereka. Pemandangan itu menjadi hiburan tersendiri bagi kami yang sedang asik berlari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H