Beberapa saat kang Parji tukang becak ikut bergabung, beliau juga amat setia nglinting dewe alasannya rokok pabrikan kurang mantap. Sambil nyerocos dan mulai nglinting dewe kang Parji menambahkan beberapa butir cengkeh. Dan harum asap mbako campur cengkeh menghibur ke udara disertai canda "ngene Iki wes enak".Â
Sungguh kenikmatan yang tiada tara menghisap udud hasil nglinting dewe diantara jamaah udud. Sambil dihisap sesekali mereka pandangi asap yang mengepul dan disambung kepulan berikutnya.Karena salah satu jamaah harus segera menunaikan tugas ia segera pamit dan sedikit lari sipat kuping berkejaran dengan sang waktu. Pekerjaan yang macam macam namun sanggup disatukan dengang nglinting dewe mbako dan cengkeh.
Ketika industri rokok semakin tidak bersahabat maka nglinting dewe semacam bentuk perlawanan sehari hari buat kaum buruh dan serabutan. Hehehe sok sokan heroik dalam menyikapi globalisasi industri rokok utamanya dominasi asing atas kretek nusantara.Â
Setidaknya jamaah nglinting dewe juga tidak menyalahi aturan pemerintah tentang cukai. Soalnya di masyarakat juga beredar rokok pabrikan tanpa cukai.Â
Harga murah jadi pertimbangan para pembelinya. Namun satu hal harus kucing-kucingan dan ketersediaan yang kurang. Maka jamaah udud nglinting dewe tetap bersetia mbako dan cengkeh yang dijual bebas di pasar.
Itulah keunikan  penduduk di nusantara , mereka sanggup menghadapi keadaan dan bersiasat memenuhi hajat hidup sehari-hari. Persis didepanku sekelebatan kucing berkejaran berebut hasil jarahan hahahaha. Udud nglinting dewe pancen elok tenan yo ngguyu keadaan sekitar yo ngguyu ndeleng tingkah polahe menungso liyane sing koyo kucing loro mau kui.
Maka pesanku untuk jamaah udud nglinting dewe se Nusantara, teruslah kepulkan asapmu. Karena ini soal keberadaanmu. Engkau nglinting dewe maka engkau ada.Â
Persis pandangan kaum filsof nusantara yang begini kira kira bunyinya. Luwe mangano, ngelak ngombeo, ngantuk turuo begitu sampai sebuah masalah apapun dihadapi dengan enteng. Seenteng nglinting dewe yang semangkin hari semangkin menggejala bahkan kaum urban muda di kota-kota.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H