Alhamdulillah.. Tidak ada kata yang dapat aku ucapkan kecuali bersyukur pada Allah bahwa Dia telah mempertemukanku dengan seorang putri sholihah yang telah kusunting menjadi permaisuriku, pendampingku kala suka maupun duka.
Karena itu, hendaknya kita saling berselaras menjadi pakaian. Engkau pakaianku, dan aku jadi pakaianmu. Engkau menutup aibku, dan aku pun menutup aibmu. Dan semoga kita bisa mengembangkan dan makin menguatkan kelebihan pada diri kita masing-masing.
“….mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka….” (QS 2: 187)
Lagi pula, sepertinya tak baik rasanya di mata orang-orang – terlebih di hadapan Allah, bahwa kita saling menerima karena kita “sabar dengan kekurangan pasangan”. Akan lebih baik jika kita saling menerima karena “bersyukur dengan kelebihan pasangan.”
Kita saling menerima, karena agama dan akhlaq yang ada pada diri kita, bukan karena kekurangan fisik, atau kelebihan harta, atau yang lain-lain. Kalau agama itu lenyap dari kepribadian, lenyap pulalah keinginan untuk menerima.
Dari Jabir r.a., beliau meriwayatkan, Sesungguhnya Nabi SAW. telah bersabda, “Sesungguhnya perempuan itu dinikahi orang karena agamanya, kedudukan, hartanya, dan kecantikannya; maka pilihlah yang beragama.” (HR. Muslim dan Tirmidzi).
Karena, dengan agama, kita akan tahu bagaimana cara saling menjaga. Dengan agama, akhirat didapat, dunia mendekat.
Maka, ketika agama hilang dariku, ingatkanlah aku. Kalau sudah mentok tak bisa diingatkan, tinggalkanlah aku, karena boleh jadi aku hanyalah seorang pemimpin yang akan menjerumuskanmu.
Maka, ketika agama hilang darimu, relakan dirimu untuk menerima peringatanku juga. Kalau kau lebih memilih dunia, mungkin aku memang tak mampu menghadirkannya untukmu, dan kau boleh meninggalkanku.
Setelah ikatan itu terikat melalui pernikahan, marilah kita saling mengenal akhlak dan agama masing-masing. Sehingga kita tidak menyesal di kemudian hari.
Jangan khawatir, Allah telah mengunci janjinya,