Setelah PKS sempat curi start dengan melempar lima nama yang akan maju pada pilkada kota tangerang mendatang. Geliat pilkada 2018 mulai memanas, kehadiran Sahrudin ke kantor PDIP untuk mengambil formulir bakal calon untuk maju sebagai walikota kota tangerang pada Kamis (18/5/2017). Dalam siaran pers yang disampaikan bahwa kedepan dirinya akan membangun komunikasi politik dengan semua partai politik di Kota Tangerang. (http://wartakota.tribunnews.com/2017/05/18/wakil-wali-kota-tangerang-daftar-pilkada-melalui-pdip)
Keretakan hubungan antara Arief dan Sahrudin memang sudah terdengar semenjak pertengahan tahun. Pasalnya Sahrudin berniat untuk dapat menjadi Walikota pada pilkada 2018 mendatang. Tentunya dengan majunya Sahrudin sebagai calon Walikota Tangerang, sudah pasti akan berseberangan dengan Arief Wismansyah yang sudah dipastikan akan maju untuk kedua kalinya pada pilkada 2018 mendatang.
Jika melihat kekuatan politik yang ada di Kota Tangerang partai berbasis masa cukup besar adalah PDIP dan Gerindra. Melihat dari perolehan suara pada 2014 yang lalu, PDIP dengan 10 kursi dan Gerindra 6 kursi. Kendati pada pilkada Banten lalu PDIP dan Golkar berseberangan nampaknya dengan kedatangan Sahrudin dengan mengambil formulir bakal calon dari PDIP maka kedepan diprediksi Golkar dan PDIP akan menjalin koalisi pada pilkada 2018 mendatang.
Pada pilkada 2018 mendatang nampaknya tidak bisa mengesampingkan kondisi pilkada DKI yang cukup hangat. Pasalnya dengan jumlah kursi PDIP yang cukup signifikan di DKI dengan 28 kursi. Namun, dalam pertarungan yang terjadi pasangan yang diusung mampu dikalahkan oleh pasangan yang diusung oleh Gerindra dan PKS. Nampaknya kedepan koalisi yang terjadi polanya tidak akan berbeda jauh dengan DKI.
Jika melihat trend pilkada Kota Tangerang yang terjadi dukungan partai memang memiliki peran cukup signifikan. Namun, kekuatan personal tokoh juga merupakan faktor yang tidak bisa dikesampingkan. Berkaca pada pilkada 2008 dan 2013 nampaknya terlihat perbedaan yang cukup signifikan. Jika pada 2008 pasangan Wahidin dan Arief yang diusung partai Golkar mampu meraih suara terbanyak namun berbeda pada pertarungan pilkada 2013. Pada pilkada 2013 Partai Golkar, PKS, PKPB, PBB, PPI yang saat itu mengusung Abdul Syukur dan
Hilmi Fuad justru kalah dari Arief dan Sahrudin yang pada saat itu didukung oleh Partai Demokrat, PKB, Partai Gerindra. Hal tersebut mengartikan bahwa dua kali pilkada Kota Tangerang tidak menunjukan suara yang cukup konsisten kepada kedua pemenang jika melihat latar belakang partai. Namun, jika menuju kepada personal ada irisan yang terjadi yakni pada Arief Wismansyah yang saat itu menjadi Wakil Walikota pada 2008 dan kemudian menjadi Walikota pada 2013.
Pergeseran peta politik Kota Tangerang nampakya terus akan terjadi sesuai dengan manuver-manuver politik yang dilakukan oleh para kontestan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H