Mohon tunggu...
Riri Tangahu
Riri Tangahu Mohon Tunggu... dosen -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Resensi] Novel Faith and The City, Apa yang Paling Berharga?

27 Januari 2017   23:02 Diperbarui: 1 April 2017   08:57 3364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Penulis: Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Cetakan I: 2015

ISBN: 978-602-03-2433-3

Faith and The City, bisa dibilang novel lanjutan “Bulan Terbelah di Langit Amerika”. Mengapa? Karena di dalamnya melibatkan peran Azima dan putrinya Sarah serta Phillipus Brown dan putri angkatnya Layla. Masih dengan latar Amerika, Faith and The City menyuguhkan perjalanan hidup pasangan suami istri Hanum dan Rangga selama tiga minggu, di jantung kota dunia, New York.

Keberhasilan pasangan suami istri ini dalam mempertemukan Azima dan Brown (“aktor” dalam sejarah terungkapnya kisah terorisdunia Abe Hussein, yang tidak lain adalah suami Azima), menimbulkan daya tarik bagi Cooper, orang yang berpengaruh di GNTV (Global New York TV), yang sedari dulu menjadi idola Hanum. Kesempatan ini digunakan dengan baik oleh Cooper, dengan mengiming-imingi Hanum menjadi produser acara GNTV yang meliput dunia Islam dan Amerika.

Hanum, yang selalu mendambakan ukiran prestasi hebat khususnya pembuktian kualitas diri sebagai wartawan hebat yang mampu menguak wajah dunia Islam yang sebenarnya kepada Amerika, merasa ini adalah kesempatan yang tidak akan datang lagi. Sementara di lain pihak, yang tak lain adalah suaminya, punya tugas dan tanggungjawab menyelesaikan tugas dari Prof Reinhard, demi nasib Ph.D nya di Wina, Eropa.

Hanum berada pada situasi, memilih karir sebagai wartawan atau karir sebagai istri sholehah, yang setia menemani Rangga. Demikian pun Rangga, memilih masa depan Ph.D atau mendukung Hanum mewujudkan mimpinya. Pilihan telah diputuskan sejak Rangga melihat raut wajah dan sorot mata istrinya saat mendengarkan tawaran dari Cooper—sesaat sebelum British Airwaysbertolak dari New York ke Wina.

Tiga minggu menjadi waktu yang penuh dengan gejolak batin, baik bagi Rangga maupun Hanum. Begitu juga yang dialami dengan Iqbal Fareed dan Faith. Waktu memiliki cara paling akurat untuk menunjukkan apa yang paling berharga dalam hidup kita (hal.142).

Apa yang paling berharga? Cooper dengan pesona nya, memaksa Hanum menentukan apa yang paling berharga di hidupnya. Apa yang paling berharga bagi Hanum, bagi Rangga? Seberapa berharganya pilihan mereka, sehingga menimbulkan konflik yang cukup hebat di antara Hanum dan Rangga. Berhasilkah mereka keluar dari jeratan konflik, dari pesona Cooper, dan dari kilauan New York?

Temukan jawabannya di Faith and The City. Novel yang nyaris sempurna, kalau saja tokoh Layla tidak dibuat secerdas itu untuk anak seumurannya. Selain itu, perkiraan-perkiraan waktu yang sangat teliti. Namun kekurangan ini, dapat menjadi kesan tersendiri di hati pembaca. Selamat Membaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun