Padangsari, Semarang (1 Agustus, 2021). Sampah sudah menjadi masalah yang tak kunjung usai. Kehadirannya tak bisa dipungkiri akan selalu ada dimanapun kita berada. Namun, di kala pandemi ini, Jumlah perhitungan produksi sampah pe-tahun berkurang.Â
Hal ini membuat seorang Mahasiswa Universitas Diponegoro yang tergabung dalam TIM II P2KKN UNDIP, Tan Faizal Rachman, untuk ikut andil dalam upaya pengurangan jumlah sampah, khususnya yang dihasilkan dari rumah.
Mengolah sampah memang selalu identik dengan bau yang tidak sedap. Terlebih sampah yang bersumber dari makanan atau minuman dan ber-air.Â
Masyarakat biasa untuk membuang sampah-sampah tersebut ke tempat penampungan sampah, atau bak sampah karena seringkali Niat untuk mengolah secara mandiri hilang karena takut akan bau yang dihasilkan. Padahal, jika ditangani secara benar, Sampah-sampah ini nantinya akan sangat berguna setelah diolah menjadi Kompos.
Maka Dari itu, Tan berinisiatif untuk mencoba mengedukasi warga untuk mulai mandiri mengolah limbah rumah tangga menjadi kompos dengan metode Takakura. Pengolahan limbah Rumah Tangga dengan metode Takakura ini punya banyak kelebihan, salah satunya adalah Tidak berbau dan ramah di kantong.Â
Dengan bahan-bahan sederhana, sampah rumah tangga bisa disulap menjadi pupuk kompos yang kaya akan nutrisi bagi tanaman dan lingkungan sekitar.
Dengan tetap mematuhi peraturan PPKM dan arahan dari Universitas, Ia memanfaatkan metode Daring dengan menggunakan Whatsapp Group RT setempat. Topik tentang edukasi ini bersamaan dengan inisiatif Tan untuk tidak hanya memberikan Ilmu secara tertulis, namun juga berbentuk video Tutorial.Â
Video yang diupload di platform YouTube itu dibuat guna memberikan tahap dan cara bagaimana menyusun media kompos Takakura dengan bahan-bahan sederhana.
Masa-masa KKN ini juga dimanfaatkan untuk Mengkampanyekan gerakan penggunaan Double Mask dan Pelaksanaan Protokol Kesehatan Di masyarakat.Â
Mengutip dari informasi dari KEMENKES RI, penggunaan masker ganda yang terdiri dari masker medis dan kain, dapat meningkatkan perlindungan sebanyak 85%.Â
Namun, masker hanyalah salah satu Perlindungan dari mobilitas di saat pandemi ini, apalagi dengan varian COVID-19 yang dengan cepat bermutasi dan melahirkan varian-varian lainnya. Maka dari itu, Kampanye ini Juga menyampaikan betapa pentingnya Protokol kesehatan tetap dijalankan.
Diharapkan, dengan adanya program-program ini, masyarakat bisa dengan mandiri mengadaptasi pola pengolahan kompos mandiri menggunakan metode Takakura, dan juga selalu patuh terhadap protokol kesehatan serta menggunakan Masker Ganda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H