Mohon tunggu...
La Nogan
La Nogan Mohon Tunggu... -

Pemerhati lingkungan dan sosial.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Masih Gagal Paham: Mengapa Bir Dilarang Dijual di Minimarket

17 April 2015   14:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:59 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beleid larangan menjual bir di minimarket oleh Menteri Perdagangan sungguh sangat aneh kalau tidak bisa dibilang konyol. Dasar pelaranganya saja sangat kabur. Kalau karena alasan kesehatan seharusnya ada ratusan item lagi kelompok minuman dan makanan  (F&B) yang mungkin harus dilarang. Rokok misalnya, jelas merugikan kesehatan kok nggak sekalian dilarang juga? Minum bir dalam akdar tertentu malah dapat membantu meningkatkan ksesehatan. Tapi kalo kebanyakan ya pasti ada pengaruh buruk.

Soal pengaruh buruk tentu bukan melulu akibat minum bir.  Minuman air dalam kemasan kalau diminum 2 liter sehari bikin badan sehat, tapi kalo segalon apa nggak bikin bikin perut kembung? Intinya kalau melebihi takaran makanan atau minuman apapun, enak atau tidak enak, pasti punya pengaruh buruk utamanya terhadap kesehatan.

Kembali ke soal bir, apakah pelarangan terkait dengan agama tertentu? Kalau iya, tentu sangat disayangkan karena sampai detik ini NKRI bukan negara agama atau berdasarkan hukum agama tertentu.  Apa jadinya kalau nanti semua dikaitkan dengan agama? Saya khawatir menteri perdagangan yang notabene berlatar belakang pedagang ini sudah mulai berdagang politik pula. Bah, mau dibawa kemana negeri ini nanti?

Kalau megarah kesana, patut dicurigai ada skenario yang dalam jangka waktu tertentu bisa mencerai beraikan kesatuan NKRI nih. Lama lama barang yang sekarang dinyatakan "haram" terpaksa harus ditarik dari peredaran alias nggak bisa dijual dengan alasan merugikan masyarakat dan seterusnya. Nah kalau sudah begini apakah nggak mungkin akan ada penolakan dan gesekan sesama masyarakat? Kalau sudah ada gesekean, seperti pengalaman sebelumnya, "ongkos" memperbaikinya terbukti sangat mahal kan?

Kalau saya boleh saran, sebaiknya fokus  kerja menteri perdagangan cukup memikirkan arus distribusi barang supaya lancar. Ngga usah ngurusin yang ginian deh. Menteri Agama aja ngga segitunya ngelarang orang mengkonsumsi bir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun