Mohon tunggu...
Tanah Beta
Tanah Beta Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswa Semester Akhir pada IAIN Ambon

menulislah sebelum dunia menggenggam nafasmu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perkara

8 September 2018   02:30 Diperbarui: 8 September 2018   02:55 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"ini bukan soal kenal pun tidak, Beta bukan lagi anak ingusan yang harus menjadi bahan Bulian"

sontak Beta kaget mendengar kata "Bulian" keluar begitu keras dari mulut dia dengan air muka yang tampak memerah amarah. sepertinya itu bukan kawan yang Beta kenal. tapi Beta mencoba mengahadapi itu dengan tenang.

"begini, hari itu kami beramai sedang duduk bercerita untuk ketawa-ketawa, hanya untuk ketawa-ketawa!" seru Beta untuk meyakinkan.

"Beta seng punya niat untuk membuli atau hal serupa yang kau pikirkan. mungkin kau bisa mengerti!"

"ah... sudahlah, memang seperti itu dirimu" ia menuding.

"bukan sekali ini, sudah berulang kali kau bercerita hal tak baik tentang diri beta, dan Beta hanya dengar tanpa mencipta sak swasangka"

"sabar dulu, jangan terlalu mudah mendengar orang lain, kawan. kau dan aku itu sudah seperti saudara, tapi jika kepercayaan itu lebih berat ke orang lain, biarlah sudah menjadi demikian. tapi satu hal yang harus Beta bilang: tak ada hal buruk yang Beta ceritakan, hanya perkara biasa-biasa saja, tak ada yang lebih untuk menyakitkan" Beta coba yakini dia.

dia diam, tanpa sepatah kata lagi yang dikeluarkan. hanya menerjemahkan sembari menelan ludah ketika Beta coba menerangkan. apa yang sudah menjadi perkara atas kesalahan pahaman itu. lalu tak lama, terdengar bunyi pengajian dari arah yang begitu dekat dengan di mana kami berada.

rupanya sebentar lagi subuh akan pecah dan keperawanan gelap akan hilang direnggut terang hari. maka sampailah pada perjumpaan akhir yang sebenarnya masih membiking Beta dan Anwar pecah kepala menyelesaikannya.

Tapi, apa mau dikata. terlalu cepat ia datang dan tanpa permisi untuk menetap sampai pun sudahi saja perkara yang mencipta amarah seperti itu; ia datang membiking kantuk menyusup masuk lalu semua menjadi senyap.

Ambon, September 2018

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun