Mohon tunggu...
Tanah Beta
Tanah Beta Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswa Semester Akhir pada IAIN Ambon

menulislah sebelum dunia menggenggam nafasmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Surat untuk Wali Kota Ambon

7 September 2018   12:04 Diperbarui: 7 September 2018   12:49 2222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bersama kompasianer amboina usai kopdar di Kanawa 3 tahun lalu. (Dok pribadi)

Salamualaikum.

SYALOM.

Salam sejahtera bagi kita semua.

Yang terhormat: Bapak wali Kota Ambon

Hari ini, di berbagai catatan: pada wall Facebook, buku harian, dan berbagai kertas. semua anak muda Ambon telah menulis tentang hari ini.

Kembali lagi setelah di bulan lalu, seorang lelaki berperawakan tak ayal abaikan preman, pada layar kaca berani mengkampanyekan ketidaktahuannya atas satu "bangsa". lalu ketika dicekam lewat berbagai sosial media (sosmed), dia terlihat kebingungan bercampur ketakutan. dia dipaksa untuk mengklarifikasi semua ucapan atas "bangsa" itu di depan khalayak umum (masyarakat) kota Ambon, lewat layar Tv, media sosial pun langsung turun ke kota Ambon.

Itu terjadi dengan sekejap mata. dia yang pada saat di layar kaca mengenakan kaca mata, berjas warna hitam itu berani mengatakan sembari melepas tawa seakan mengejek orang timur dan Maluku khususnya kota Ambon: bahwa generasi (anak muda) Ambon kesemuanya norak dan gaptek dengan teknologi. dan kalau tak salah begini ucapannya: "saya pernah ke Ambon dan di sana saya tanyakan ke anak-anak muda: Punya Facebook tidak, mereka menjawab itu kalau bapak sama ibu. yang punya Twitter angkat tangan, tak ada yang mengangkat, punya insta gram tidak, tak ada yang mengikat tangan." dia mengaku kalau pernah ke Ambon di tahun lalu untuk meriset sementara dia tak tahu kalau sekian banyak generasi Ambon sudah dari zaman baheula mengkampanyekan kedamaian lewat sosmed. memang dasar gila!

Lalu hari ini, ya! hari ini. harus dicatat dalam kepala kita. kalau ada pemberlakuan secara sepihak dari bapak kita sendiri, wali kota Ambon. dengan gesit dan cepat langsung menjadikan "dia" yang pernah merendahkan martabat generasi Ambon itu, di erikan sebuah kehormatan dari bapak kita, iya! bapak kita. yang benar-benar lupa terhadap berbagai kreatifitas anak muda Ambon, sampai-sampai tidak pernah ada sentuhan ke mereka.

Di Ambon bukan saja mereka yang banyak bermain sosmed, bahkan dalam kota sekecil ini, memiliki sejuta seniman: menulis (penyair, cerpenis, novelis), melukis, seniman suara (nyanyi), itu tidak pernah disentuh dengan memberikan sebuah penghargaan. seperti di hari ini, ia, yang katanya bapak kita, menjadikan orang lain sebagai duta perwakilan kota Ambon.  dan bagi Beta, ini sebuah kecelakaan berpikir yang signifikan, sepertinya sedang akut.

Bapak yang sungguh kami hormati, kami sudah memaafkan kesalahannya yang pernah dibuat Shafiq atas perlakuan diskriminatif terhadap kali dari sikapnya yang meremehkan kami atas ilmu pengetahuan. Namun hari ini bapak, kami semua terheran-heran dengan predikat "DUTA SOSMED AMBON" yang bapak berikan kepada "dia", seakan anak muda Ambon benar-benar adalah generasi yang gagal dalam memahami ilmu teknologi.

Maka dengan segala kerendahan hati, Beta ingin sampaikan pada bapak wali kota dan bapak Shafiq Pontoh (DUTA SOSMED AMBON) supaya cepat sadar dan tidak terus menciptakan kebodohan dan pembodohan terhadap kami generasi Maluku, khusunya kota Ambon. karena dengan apa yang berlaku hari ini, kami tahu kalau ini bukan saja sebuah penghinaan terhadap generasi Maluku (Ambon) secara geneologi, melainkan secara geografis telah terjadi sebuah sikap pembodohan.

Dan sampai kapan pun "KAMI AKAN MELAWAN SIKAP PEMBODOHON TERHADAP ANAK NEGERI ITU"

Ambon, 7 September 2018

Tertanda Anak Muda Ambon

Adam Makatita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun