Mohon tunggu...
Tanah Beta
Tanah Beta Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mahasiswa Semester Akhir pada IAIN Ambon

menulislah sebelum dunia menggenggam nafasmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Perut dan Kepalaku Maluku

24 Agustus 2018   15:27 Diperbarui: 24 Agustus 2018   16:03 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis di salah satu spot di kampung warna-warni, Jalan Baru, Hunipopu, Nusaniwe, Ambon, Maluku, pada kegiatan Djalan Baru Cretive Festival DBC. (Foto Alan Tahir, seniman lukis). Ambon 22 Agustus 2018.

Oleh: Tanah Beta

Pada perutmuyang menyimpan harta

Biarkan bersemayan selama nanar mata

Orang-orang bangis belang bermuka dua

Sampai pun malu mampir berkata

Pada kepalamu yang menyimpan budaya

Teruslah mekar untuk putri-puta

Untuk seribu watu putaran masa

Sampai pun lenyap bangis mata-mata

Agar kau tahu

Bahwa Maluku punya rupa molek

Perlu dijaga dari tangan pelik

Orang-orang kehilangan sifat apik

Tapi untuk Maluku

Adalah perut dan kepala mesti

Terjaga membuka mata hati

Dari ritus orang-orang lain negeri

Biar kau tahu

Untuk satu masa rentetan sejarah

Ada bahu ibu dan bapak

Menjadikan Maluku negeri titisan sakral

Boleh Jadi: pada perut kau masukan cairan-cairan haram; pada kepala kau berikan asupan kotor.

Maka Maluku tak lagi molek

Pada perut, bengkak membengkaknya keburukan

Pada kepala, kotor mengotori kehidupan

Jadilah Maluku penuh kebencian-kebencian terelakan

Tapi itu setelah orde baru runtuh dan datang orderan baru.

Maka itu adalah masa pada waktu lalu

Yang perlu kau kenang, tapi

Tidak untuk kau jual lagi

Sebab Maluku adalah Malunya Aku

Pada pohon waru

Gagang cengkeh

Bunga pala

Jadi ekploitasi perut

Bahkan kau harus tahu

Bagaimana Maluku mesti dijaga

Bukan untuk dibunuh pada terik

Berlarut membakar amarah

Iya Maluku adalah Malunya aku

Pada karang

Ikan-ikan

Dan kekayaan laut

Dari eksploitasi kepala

Maka mari jadikan perut dan kepala

Adalah Maluku untuk menjaga nama

Dari kata-kata membelah kita

Dalam satu makna sejarah---Maluku Lumbung Damai.

Ambon, Agustus 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun