Oleh: Tanah Beta
Pada perutmuyang menyimpan harta
Biarkan bersemayan selama nanar mata
Orang-orang bangis belang bermuka dua
Sampai pun malu mampir berkata
Pada kepalamu yang menyimpan budaya
Teruslah mekar untuk putri-puta
Untuk seribu watu putaran masa
Sampai pun lenyap bangis mata-mata
Agar kau tahu
Bahwa Maluku punya rupa molek
Perlu dijaga dari tangan pelik
Orang-orang kehilangan sifat apik
Tapi untuk Maluku
Adalah perut dan kepala mesti
Terjaga membuka mata hati
Dari ritus orang-orang lain negeri
Biar kau tahu
Untuk satu masa rentetan sejarah
Ada bahu ibu dan bapak
Menjadikan Maluku negeri titisan sakral
Boleh Jadi: pada perut kau masukan cairan-cairan haram; pada kepala kau berikan asupan kotor.
Maka Maluku tak lagi molek
Pada perut, bengkak membengkaknya keburukan
Pada kepala, kotor mengotori kehidupan
Jadilah Maluku penuh kebencian-kebencian terelakan
Tapi itu setelah orde baru runtuh dan datang orderan baru.
Maka itu adalah masa pada waktu lalu
Yang perlu kau kenang, tapi
Tidak untuk kau jual lagi
Sebab Maluku adalah Malunya Aku
Pada pohon waru
Gagang cengkeh
Bunga pala
Jadi ekploitasi perut
Bahkan kau harus tahu
Bagaimana Maluku mesti dijaga
Bukan untuk dibunuh pada terik
Berlarut membakar amarah
Iya Maluku adalah Malunya aku
Pada karang
Ikan-ikan
Dan kekayaan laut
Dari eksploitasi kepala
Maka mari jadikan perut dan kepala
Adalah Maluku untuk menjaga nama
Dari kata-kata membelah kita
Dalam satu makna sejarah---Maluku Lumbung Damai.
Ambon, Agustus 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H